PERCAKAPAN ANTARA LAWRENCE DENGAN AMICHAI [1]

Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)

NASIHAT-NASIHAT BEN ONKRI

Bagian Satu: 15 Nukilan “A Way of Being Free” (Phoenix House, 1997)

SESEORANG TELAH MENGACAK-ACAK MAWAR-MAWAR INI

Terjemahan atas pembacaan cerpen Gabriel Garcia Marquez

CETAK ULANG: "PADA SUATU MATA KITA MENULIS CAHAYA"

Cetak ulang buku Sepilihan Sajak oleh penerbit Garudhawaca

WAWANCARA ORTOLANO DENGAN COELHO

Terjemahan atas pembacaan wawancara antara Glauco Ortolano dengan Paolo Coelho

7.22.2010

SEKUMPULAN DIAM


tertanda almarhum



//: nenek//
perlihatkanlah aku sesuatu yang bukan batu, nenek
sebab batu sudah bosan memakai namamu

perlihatkanlah aku mengenai diam seperti sangkar kosong
tempat sejarah seekor merpati membawa pesan menuju
pasangan yang kabur terperangkap waktu

perlihatkanlah aku sesuatu. sesuatu dalam diam
selain namamu yang kini memilih padam

- sebab, perpisahan adalah penanda perjumpaan
antara Batu, Waktu dan Diam -

//:eyang//
kanak-kanakku mendapati nisanmu yang dijaga oleh para malaikat
di bawah pohon kamboja, aku melihatmu
menggendong usia kanak-kanakku
berulang-ulang dengan nyanyian ninabobo
berkali-kali menganyam doa. supaya kelak
para malaikat menujuku karena ketiadaanmu telah bersekutu
memunguti arwah airmata dan mimpiku sebagai kamus hawa
bagi sorga barumu bagi rusuk terlarang yang kembali pada Diam

//:kakek//
apakah kedamaian ada memakamkan Diammu, kek
sebab silsilahmu adalah silsilah pohon beringin
yang kehilangan ranting-rantingnya....lalu
ke mana kedamaian yang suka bergelantungan?

//:paman//
di penantian selanjutnya, paman
kutanggalkan Diam pada kemeja ungumu
supaya ketika tiba waktunya
darah dapat mengerti kenapa ia berbercak
atas keputusasaan

//:aku//

mataku, DiamMu


2010

PUISIPUISI YANG MEMASANG KEPALAMU


//malammalam//

di pengaduhanlah, perasaan selayaknya malammalam insomnia. malammalam
yang dinyanyikan oleh segerombol jangkrik, kelelawar dan gagak. malammalam yang
mengetuk pintu rumahmu. malammalam yang berjaga dan mungkin saja malammalam itu
telah sampai menghamili sepimu di kacakaca jendela kamarmu dekat gantungan
kepalamu.

//elegielegi//
di pengamaranmu waktu juli, sesuatu menggantikan elegielegi yang bersahutan
meraung-ruang sepanjang gerimis menghimpun cerita tentang kepalamu tentang
malammalam puisimu. sesuatu menyetubuhi malaikatmalaikat hitam yang bertangkar di
sangkar airmatamu. sesuatu itu sudah mendera lama pada sketsa takdir riwayatmu atas juli.
juli yang menanak elegielegi sebagai pundi bagi malaikatmalaikat hitam sehabis engkau
lepaskan supaya kamarmu penuh dan retas dari bunyi doa.
- sehabis juli bermakam, engkau tikam diamdiam elegielegimu supaya engkau abadikan
bersama malaikat-malaikat hitam yang memotong sayapsayapnya sendiri untuk
menerbangkan puisipuisi menuju sesuatu itu
: kepalamu -

//jamjam//
di penafsiranmu atas waktu, setiap jam yang engkau elegikan adalah kesementaraan.
demikian setiap pembaca-waktu tahu, “kita ada bukan karena jamjam, sebab segala tentang
waktu sejatinya berhasrat menuliskan kita atas dengkuran kanak-kanak mimpi di lembar
sejarah airmata” - sejatinya jamjam berputar mengikuti kompas dari kepalsuan yang
berdentang bagi setiap pukul kepalamu -

//araharah//
di kota penciptaanmu, tuhan berkenan memberkati puisipuisi sorga dan kebaikan bagi
manusiamanusia yang tak butuh puisi. tuhan berkenan menetapkan araharah bagaimana
kitabkitab berjalan mengunjungi setiap manusia yang sedang memenggal jam pemikirannya
kepada api-permohonan asap-pengabulan. bahwasanya darinyalah araharah menyemadikan
pendahuluan bagimu sebelum kepalamu terpasang oleh puisipuisi yang perlu sebelum
puisipuisi arah;

tuhan di kepalamu.




2010

7.19.2010

O


jika engkau menemui sukar untuk menafsirkannya

mungkin engkau perlu memunguti purnama
mengantonginya ke dalam matamu


2010

ALIENASI

tertanda d.

adakah yang mendapati seorang psikolog membohongi perilakunya sendiri
menyamarkannya di pengasingan yang lain pada tempat-tempat malpraktik
atau malterapi, sedang seorang klien bahagia meramal umurnya dari sakit tanpa
merasa asing?


2010

7.13.2010

PELAMINAN YANG TIBA, CINTA YANG TUNGGAL

buat Pak Hans dan Istri

*
wajah-wajah madu merasa bahwasanya bulan umpama sebentuk pasang-cincin;
di jari-jari manis - - ada kecupan kenang, menjadi ikat yang benang

kepada agape yang bertubuh janji, kedua bolamata telah berubah
seperti kerling teratai tujuh warna bagi lipatan-lipatan cahaya; memendarkannya

: pelaminan yang tiba

**
menuju dada sepasang merpati bersarang
membangun kota bagi suhu kanak-kanak mimpi
untuk setiap tetas telur dari eraman hangat-bibir
di luar dunia yang puisi

ada yang jatuh pada bingkai gambarmu
lalu terbawa pergi entah ke firasat selanjutnya
sampai kitaran-waktu tak habis menafsirkan
mazmur-arung kesederhanaan doa

: cinta yang tunggal



Yogyakarta - Semarang 2010

7.11.2010

NUBUAT ELEGI MATA

kepada agus suwito


semenjak pagi yang pejam mencuri cara dari permainan waktu
kini ada nubuat-nubuat tak biasa berusaha memindahkan arah matahari;
- nubuat itu terbaca oleh hasrat yang berlarian menuju mulut-puisi.

di sekujur purnama pertama yang sakit
indera-puisiku melihatmu sedang membenamkan potongan luka
pada segelas kopi yang segan menjadi dingin

lalu dengan segenap perasaan yang berkeping atas takdir
aku mengenal lingkar-lingkar petaka pudar di kedua bola matamu
dan garis-garis nyalawaktu berpendar seperti tangis lelampu
pada sisi-sisi trotoar manakala orang-orang duduk bersimpuh
di bawahnya

siapa tak mengenalmu, siapa tak menyangkalmu
bahkan dukamu yang liang telah ternubuatkan
oleh sisa perasaan bernama cinta;
sejatinya, ia mendiam dan berlepasan
dari ruang-raung elegi abadi
matamu
:
argghhh!


[terlahir atas ingatan pertemuan pertama dengannya]
Semarang, 2010

JALAN SAJAK - 4 -

tertanda Malioboro


*
apakah gerimis yang tiba di awal bulan juli
memperingatkan kita akan kerinduan lampau
bahwasanya ada tempat penawar kedewasaan,
bukankah di toko-toko baju itu kita temukan
siapa mengarahkan kita pada harga pengingatan

**
di sisi manakah, tubuh yang merasa sakit lalu berjejal sembuh
ketika ada deru-hujan berkecipak pada langit-langit sore
menuju simpang tiga kecil dekat kios-kios dagadu
dan para penjual pakaian batik
- kita baru saja mendapati para tukang becak dan pak kusir
sedang meramal hujan yang rupa doa atas roda-roda rupiah mereka
menggelinding di antara para pedagang kaki lima -

ketahuilah, di sini di malioboro
almanak yang sebenarnya kita peram
telah tetas
jadi obat pengabulan atas penyakit-ingatan!



Yogyakarta, 2010

JALAN SAJAK - 3 -

tertanda Jl. Ring Road Barat


*
petak-petak sawah seperti ingin mengasingkan diri
pada tubuh juli yang kini menanggalkan suara-suara
para pengendara di setiap malam menuju gerbang
:
camp-camp kerinduan

rumah-rumah yang terangkai dengan jarak sedemikian rupa
adalah perlewatan teramat kenang bagi pengingatan padam
tentang pejalan dan arahnya

di sisi-sisi pembatas jalan, roda-roda berseteru bagaimana
memainkan rerambu yang patah dan gerah untuk memenjarakan
angin-gerimis pada rerobek kertas-kertas pamflet tanpa
menyisihkan cara mengenal muasalnya

**
tiga puluh menit dua puluh delapan detik,
ternyata ada ruang jalan membisukan teduh pohon
tempat kerikil-kerikil terserak menyimpan pertanyaan
kota dan nama jalan mana yang bisa menyembunyikan
nasib

sebuah mobil diam menyuarakan kesaksian nelangsa
tulisan yang tinggal sejarah dan eja dari kitab-elegi si empunya
pada pergantian Jalan Ring Road Barat;

oleh puisi, aku membacanya!





(fenomena diabadikan dalam foto pada hari sabtu, 10 juni 2010 pukul 11.27 waktu setempat)
Yogyakarta, 2010

JALAN SAJAK - 2 -

tertanda Jl. Unta Raya


* I *
ilalang selalu saja hijau meski mengenal cuaca
yang sekarang tak pasti kapan kemarau kapan
penghujan. di sisi sisi jalan yang kerap kali air
memenuhi liang tubuhnya, rumah rumah tua
seolah ingin pergi dari nasibnya ketika waktu
menetapkan masa penggusuran, dan ilalang.
ilalang akan menjadi saksi sebuah angka
kalender yang ungu bagi setiap rumah
sepanjang jalan di mana doa setiap
pagi, tumbang.

* II *
ingatan tentang sejumlah anak di bantaran
sungai adalah ingatan bagaimana aku
mengejar layang layang kanak kanakku.
meski, aku masih lupa ke mana jalan menuju
rumahku yang dulu beralamat ganjil. sudah
semestinya aku mencari kegenapan bagi
keganjilan seperti alas kakiku yang tertinggal
untuk diketemukan pada tubuh jalanan itu
bersama sejumlah ingatan di setiap pucuk
rerumput yang hampir ikut terbakar
di samping bau timbunan sampah
dan polusi.

* III *
maka kenanglah

karena masa telah setia menandakanmu untuk
tak sekedar dijadikan abu bakaran atau arang
dari pohon yang telah lama merancang
segala siang.
- pada nama jalan itulah, aku memberi tanda
bukan sebagai marka melainkan pengusir
petaka masa lalu –

* IV *
pada Jalan Unta Raya yang sering kali dingin
bagi setiap malam berkunang, aku ingin
sesekali menjadi tangisan lampu yang kadang
dipadamkan oleh sebab tengadah doa
yang sekarat lalu menjadi mayat.

* V *
sepuluh tahun lalu, sorga sorga kecil ada
di sekujur jalanan itu.


Kota Semarang, 2010

7.08.2010

IBU DI CARRIKFERGUS



melaluimu,

aku mengingat masa kanak-kanak; Ibu merendanya

membuatkan susu yang masih murah waktu itu

menyalami mimpi agar tak ada yang menerkam

atau menggigit lagu-lagu pengantar tidur

bahkan memadamkan doa-lugu di bawah dengkur bantal


carrikfergus, pada seberang kaca-kaca jendela

aku meletakkan gambar Ibuku sedang menatang sore

menyimpan matahari di sakunya

hingga tiba waktu

aku bisa membacanya bersama ingatan

melelapkannya kepada kanak-kanak usia

yang hampir habis oleh mimpi-mimpi mahal

tanpa arah tanpa sorga


o, carrikfergus!

sampai ke mana aku

melaluimu


Ibu?



2010

SEDEMIKIAN RUPA


kepada nanoq da kansas



hilangmu simpanan tebusanmu

akan detak yang jantung ke atas pualam rindu

tempat engkau taruh raga-puisi

dari cinta yang sedemikian rupa

mekar di pucuk utpala

tanpa menyebut namamu



Semarang, 2010

7.01.2010

TENTANG POHON JAMBU DI TERAS RUMAH

:tertanda musim


(“aku akan tetap duduk-berada
di setiap siklus musim yang bertanah
pada akar akar tunggangmu”)


//musim kemarau//
1.
bulan bulan matahari tertanggal di kambium merah-cokelatmu;
ia akan selalu hijau walaupun daun daunmu terbakar, atau
menguning lalu berjatuhan kembali pada muasal yang menciptanya
2.
daun daun tak akan bisa jujur pada dahan dahannya
sebelum dahan dahan bersuara mengumandangkan
lagu lagu-air yang tak pernah mengecewakannya
3.
bila sebuah kemarau memuarakan bahasa yang sengat
pada sekujur tubuh-rimbunmu, maka dengan segenap
doa yang engkau pelihara berpuluh-tahun lamanya
setidaknya akar akarmu masih terjaga bersama
februari yang nisan di sisimu

//musim pancaroba//
sebenarnya pancaroba tak sudi menamakan dirinya
pada daftar daftar siklus musim yang pasti, tapi sesuatu
telah mencungkil angin muson yang garang
sesuatu itu melepasnya, menjelma
hingga akhirnya pancaroba mengetuk
daun daun keringmu

//musim penghujan//
1.
rasanya masih di musim kesekian yang sama. tapi,
engkau dengan berani memangkas batang batang setengah kering
untuk engkau tanggalkan pada punggung seorang penjual kayu bakar
supaya bisa sedikit memberi api-rindang pada nyala doanya
2.
“wah....ternyata, musim bukanlah penipu!”
suara itu melesat menuju sesuatu yang jatuh di hampir setiap malam
: engkau yang berbuah-tabah,
engkau yang tekun membaca kompas kejujuran musim
engkau yang menjadi tanah untuk setiap gugur putik bunga-jambu
3.
tersebab waktu yang tak bisa memutar balik
penghujan takkan berjanji melupakanmu, pohon jambuku
meski kini di namamu tinggal separuh batang cokelat dan akar akar tua
tinggal peribahasa penghujan yang terekam pada kobaran api tiga tahun lalu

sedang aku sudi menjadi basah bagi buah buahmu beserta akar akar tunggangmu
yang bebicara tentang banjir pencurian musim yang gagal kududukkan di tanah
redup sepuluh tahun kanak kanakku.



Semarang, 2010

TIGA PUISI UNTUK SAYA DARI TIGA PENYAIR

rupa-rupanya ada yang membuatkan puisi dan puisi tersebut didedikasikan untuk saya. hm,
mengesankan. berikut ini dua puisi yang terlahir dari permenungan tiga penyair:

PUISI I
Oleh Penyair Dimas Arika Mihardja

PECANDU KATA
: ganz

siapa melangkah tengah malam menyorotkan cahaya kata
bagi jiwa lata? sebuah tanya tak mesti berjawab, sebab perjalanan
menembus gelap menyisakan erang tertahan.

siapakah yang menawan kata di kedalaman penjara dada
lalu merajut huruf hidup dan huruf mati
yang berkelojotan di atas tikar sembahyang
sementara awan berkawan dengan hujan dan petir meledak
lalu meledek kesendirian kata?

aku mabuk, merasuk ke dalam bilik sunyi
berjalan sendiri meronce sore dan menjadikannya malam
aku tenggak lagi tuak sajak sehabis-habis gelegak :
beri aku sajak yang paling tuak!


bengkel puisi swadaya mandiri, jambi 17 juni 2010





PUISI II
Oleh Penyair Nanang Suryadi

CANDU KATA KATA

buat: ganz

adalah candu yang lebih candu: kata. yang berbahaya bagi para penguasa yang bebal
dan suka aniaya. adalah kata yang lebih candu dari candu yang menelusup ke dalam
jiwa jiwa yang merana dihina tiada habisnya. kata.

Juni 2010



PUISI III
Oleh Penyair Mutiah A. Rasta

BERJALAN DI KELOPAK MATA

-Ganz

(akan seperti apakah perut hidup yang berpuisi itu?
mungkin kataku
dan kau?)


kerikil yang menggugus di halaman telah lama menjadi dingin, saat bulan menutup
kornea malam dan membuka tubuhnya untuk dilapangkan bahwa malam adalah langit
paling ganas.

seketika orangorang dengan rangkaian bunga di telinganya mencoba terbang dengan
kaki, lalu seperti apakah mereka merajut bulu dengan jarum dari sebuah cerita ayam dan
elang.

di situlah bayangan dikukuhkan. dan ketika ia sampai pada puncak altar, seluruh tubuh
akhirnya setengah melingkar. dalam tengadah terbalik : ribuan mantra yang tersimpan di
bawah laci lidah dirapalkan

dengan sedikit kidung yang terasing, lalu hendak dipejamkan di mana mata. hendak
ditenggelamkan di mana kornea

alis yang tumbuh menanjak di setiap kening waktu: serupa kita yang hendak terbang.
mengendapkan beberapa langkah di jembatanmata. hingga menjadi dada langit yang
mengapungkan waktu. dan malam : berjalan di kelopak mata


palembang, 2009-2010