Secangkir kopi cukup
Menyalakan sepasang lentera mata yang hampir buta
Sedang kunang-kunang tak bosannya
Mengitari lelampu yang tampak memegahkan
Kerlap cahaya di antara berkas-berkas purnama
Lalu mengerlip di setiap ujung rambutku
Dan puisi setia menanti walau tak peduli
Penyair ini kadang lupa menangisinya
(Menengadahlah ia di bawah pesta perjamuan malam terakhir...)
2009