I
jikalau ada yang berbicara tentang perjuangan
maka kami tak lepas balas untuk siapa yang pantas
dirangkul, menggerilya musuh berabad-abad silam
belajar menjumlah kemenangan mengurangi pengkhianatan
lalu mengkalkulasikannya dengan nama kemerdekaan
jikalau ada yang berkaca tentang negeri seribu pulau
maka tumpahlah darah nenek-moyang kami yang dulu beku
sebelum peluru-peluru membombardir batavia, bandung, surabaya,
aceh, papua, laut-laut tasik, dan desa-kota pulau-pulau sauh jauh bertuan tanah
negeri ini telah ditandakan kehidupan bernama INDONESIA
bersama sejarah seribu tulah bagi tempat-tempat yang menyalakan nyali
kepada tahun-tahun peninggalan reraung tetulang pejuang
yang bukan dongeng bukan hikayat perayaan tari orang-orang malang
oleh sebab masa kami masih tiba untuk sebuah peradaban
manakala tak ada lagi pengasingan singgah ke sekian kalinya
mencuri nyawa-nyawa demi mengisi gudang-gudang kolonial
menjadikan penghidupan layaknya tempat huru-hara, membakar
setiap nama yang teriak membawa pembebasan dan keadilan
negeri ini negeri para pendatang yang diam-diam
merobek dada mengail otak untuk diremas
bersamaan dengan lembar-lembar tanda para tangan
menulis kuasa tanpa tahu ke mana segala bersua batas
di gejolak keringat kami pada keterasingan yang dingin, nafas
adalah pagi yang tak pernah mati!
II
lubuk kami, tuan
lubuk kami adalah setiap pelunasanmu atas berabad bencana
dan airmata berjuta peninggalan tak tertuntaskan olehmu
sebab ikan-ikan doa yang dulu tetas di saban adat-istiadat kami
telah mengarung panjang ke mana perahu-perahu nelayan
dan kapal-kapal perang dikaramkan, lalu melalang
pergi mengeram bahasa leluhur yang fasih untuk diperanakkan
kepada orang-orang yang berani mengatakan dirinya tak jua sabar
dari ketelanjangan nasib serta aib tentang nyanyian ladang-ladang nazar
panggung ini, tuan
adalah haluan keniscayaan penghulu segala yang ada
karena setiap bangsa yang berdikari menyebut-nyebut
barisan peneriak dengan nama kerelaan dan keribaan
menuang kegelisahan, berlepas-sulang
di deret pelantang-pelantang suara
mengikat pita merah-putih pada lengan-lengan batu
bahkan ketika waktu benar-benar menunjukkan jasadmu,
kelak
di sepanjang pendirian tanah kami tak akan habis
membaca sejarah negeri bertumpah-limpah pahlawan!
Yogyakarta-Semarang, 2010