[i]
suatu pagi, mungkin akan mengingatkan deru sejarah pada seribu tujuh ratus akar
aliran pedang di buku gorin no sho. sebelum dentum perang, sebelum merayakan
pedang. kitab ini lamat lamat ingin mengantarkan petang yang datang supaya
menulis tentang zaman jepang. abad abad manusia dengan segenggam kembang
di padang sekigahara, hasrat yang tak pernah habis ditenggak sampai pulang
ke pangkuan lawan. di luar sana, api berkobar. lalu asap keluar dari segala mata.
tempat kutumpahkan pecahan kata fiksi yang terjatuh dari musim gugur pohon
sakura milik eiji yoshikawa. lalu kupilin jadi penawar yang pandai meramal sejauh
mana abad terus berkata bahwa dinasti sudah mati di tangan tokugawa. senja itu
penuh bau sakura: kepulan masa yang hilang tertusuk tusuk oleh salju. salju yang
muncul bergantian di sebalik kertas dan turun dari asapmata dari kabut paling pagi.
suatu pagi yang senja, aku tetap menulis diri dan pedang pedang yang mati,
nyanyian nyanyian mesiu dalam tinta menjelang bab berkisah tanah
para pengembara dengan kimono dan ikat rambut panjang.
[ii]
takezo,
aku takuan yang ditulis oleh penyair itu!
sesekali aku meneriakimu, seketika pohon liu bercabang di desa-desa para bandit.
dan kemudian tumbang pada sebilah pedang pada teriakkan yang kesekian kalinya,
teriakkan dari halaman romawi yang ingin menyatakan bahwa ada tuan penerjemah
berikthiar untuk membesarkan negaranya.
aku membacamu cermat cermat, menuliskanmu di tubuhku. o, takezo. aku ingin
merayakan upacara teh denganmu. menyarungkan perang dan saling dekap,
di bab sebelum mengantarkanmu dari petualang para samurai kepada bab paling
damai. mendentangkan bel sebelum sarung sarung pedang kembali kosong;
purnama yang luruh ke atas kriptomeria tua. aku puisi yang ingin terbang
menjelang giring giring kecil membukakan novel. menjadi kata pengantar
yang tak terjemah dan meninggal di kisah negeri samar.
2011
Keterangan:
Gorin no sho adalah buku tentang lima cincin yang berisi urain Musashi tentang permainan samurai.