Judul : Saya Pengen Jadi Copywriter
Penulis : Budiman Hakim
Cetakan : I, 2015
Penerbit : Indonesia Cerdas
Jumlah Halaman : xv + 187 halaman
ISBN : 978-602-8728-47-8
Ada banyak profesi yang beririsan dengan
dunia tulis menulis. Mulai dari genre fiksi sampai non fiksi. Copywriter,
sebuah istilah profesi yang sebenarnya tidak asing bagi saya. Sekilas mendengar
istilah tersebut terkesan menarik dalam batin saya. Siapakah dan bagaimanakah rupa-kerja
seorang copywriter? Sebelum saya menemukan deskripsi yang jelas mengenai tugas
seorang copywriter, saya sebenarnya dibingungkan dengan istilah yang belum
dialihbahasakan ke dalam Bahasa Indonesia tersebut. Lalu saya mencoba untuk
membelahnya, maka didapatkan: writer
adalah penulis, sementara copy adalah
salinan, sehingga jika digabung maka menjadi: “penulis salinan”. Demikiankah?
Ah... ya, itu tugas para pakar bahasa yang memasukkan lema-lema baru ke dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Namun, istilah tersebut saya rasa penting untuk
dibahasa-indonesiakan. Bukan kenapa-kenapa, melainkan supaya nasionalisme dalam
berbahasa semakin ditegakkan (alahhh...). Selanjutnya, saya mencoba
mengorek-ngorek bagaimana “google” memberi klu terhadap definisi copywriter, begini
saya memperolehnya:
“Copywriter adalah profesi di
lingkungan periklanan yang bersifat komersial yang tugasnya menulis naskah
iklan, baik untuk iklan cetak (print ad), iklan televisi (TV Commercial), iklan
radio (Radio Commercial) dan segala macam bentuk komunikasi merek." (wikipedia,
2015)
Selain
itu, di sebuah situs lain (http://www.copywritingskill.com)
mengartikan bahwa “copywriting pada
dasarnya adalah ilmu mempengaruhi orang melalui kata-kata untuk menjual produk
dan/atau jasa, menciptakan image
tertentu di benak konsumen, untuk membuat orang menyetujui suatu ide, dan
bahkan juga bisa untuk merubah budaya sebuah bangsa.” (tujuan terakhir keren
juga tuh....)
Ya,
dunia copywriting sudah pasti tidak
bisa dipisahkan dengan periklanan. Saya
tidak akan mengupas secara mendalam menyoal definisi terkait copywriter
(sementara di buku Budiman Hakim juga tidak secara gamblang dijelaskan mengenai
sejarah tetek-bengek copywriting).
Saya hendak memberikan semacam testimoni kecil dari buku yang saya baca. Salah
satu alasannya karena saya rasa menarik untuk memulai sesuatu tulisan di blog
ini dengan tema yang agaknya berbeda.
Budiman
Hakim (melihat dari riwayatnya) adalah seorang aktivis copywriting. Dalam
deskripsi tentang CV-nya di belakang buku tersebut, ia menyebutkan kurang lebih
dua puluh tahun menjadi seorang copywriter (hal. XVI). Tentu bukan usia yang
pendek dalam jenjang karier menjadi copywriter. Di buku Om Bud (panggilan
umumnya) kali ini diulas tentang
bagaimana copywriter bekerja dengan bahasa yang mudah dicerna dan
terkesan semacam transkrip dari percakapan sehari-hari. Om Bud tentu mempunyai
pertimbangan tentang penyajian bahasa dan juga ilustrasi untuk pembaca
berkalangan apa dan siapapun. Salah satu yang dapat diduga di sini adalah
karena alasan pasar. Profesi copywriter memang belum banyak yang mengenal lebih
jauh, namun bahasa dan ilustrasi yang menarik dalam buku ini memberikan
pemahaman bahwa copywriter adalah sebuah profesi yang menyenangkan.
Merujuk
pada isi buku, pembaca (baca: pembelajar) ditawarkan menjadi seseorang yang berproses menjadi
copywriter terampil. Adapun tema-tema pembelajaran yang dijadikan bahan antara lain
dimulai dari bagaimana merangkai kata hingga menjadi seorang risk taker. Pelajaran-pelajaran tentang
copywriter dibawakan secara ringan oleh penulis dengan bahasa metropolitan sehari-hari. Berdasarkan
pengalaman-pengalaman pribadi yang bisa saja barangkali tidak semuanya nyata,
tapi penulis tetap memposisikan diri sebagai provokator pembaca untuk terus
menerus menyelesaikan pelajaran sampai akhir. 24 tema pelajaran yang
ditampilkan dalam buku ini merupakan satu kesatuan. Bahkan pembaca diajak untuk
merenung-renung seperti bagaimana kreativitas diperlakukan sebagai sikap hidup.
Penulis menyertakan intisari di setiap bab pelajaran. Hal ini tidak lain untuk
membuat pembaca mudah dalam menyerap pokok pelajaran di setiap bab. Lantas,
apalagi yang belum dilakukan penulis untuk membuat pembaca bertahan dan nyaman?
Ada yang agaknya menarik dan dapat dijadikan
prinsip sebagai awal kepenulisan (yang notabene bukan hanya untuk wilayah
copywriting saja) di antara bab-bab pelajaran dalam buku ini. “Gue sih pengen latihan nulis tapi nggak tau
harus nulis apa. Kalau kalian mempunyai masalah yang sama, cobalah gunakan
rumus 3P” (hal.134). 3P itu antara
lain, pengalaman, pengamatan, dan pengemasan. Prinsip ini merupakan pegangan
yang mutlak mesti dimiliki seorang penulis manapun. Hal elementer seperti
inilah yang kemudian menjadi buku ber-cover kuning-hitam ini semakin berbobot. Adapun
penulis menawarkan teknik-teknik kepenulisan yang mana jarang dibeberkan dalam buku-buku
kepenulisan, seperti belajar dari mantra, belajar dari plesetan, belajar dari
makna ganda, belajar dari teka-teki, belajar dari jokes, belajar multitasking,
belajar dari supir truk. Pembelajaran semacam itu seolah memberikan dorongan
kepada pembelajar untuk mengasah sensivitas terhadap lingkungan sekitar dan
terlebih pada diri sendiri.
Sebagaimana
iklan mempunyai hakikat sebagai ujung tombak dalam penglaris suatu produk, demikian copywriter adalah profesi yang semestinya mempunyai pedang berbahasa yang tajam dan mengkilat untuk menebas dan menembus keramaian pasar, sehingga profesi ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Penulis kemudian memberikan nasihat-nasihat penting yang bertujuan dapat merangsang para pembaca untuk terus bergerak mengasah diri dan percaya bahwa copywriter adalah pekerjaan menjanjikan: "inti dari tulisan ini adalah kalau Anda
mau jadi penulis maka caranya cuma satu: LATIHAN! Percaya deh! Bakat itu Cuma
1%, sisanya yang 99% adalah latihan dan latihan (hal.137). "...saya cuma mau
bilang bahwa sukses hanyalah milik orang-orang yang berani". (hal.183)
2015
*Ditulis oleh Ganjar Sudibyo untuk keperluan semata belajar dari "hiburan"