petang
terbiasa menunggu sesuatu yang tumpah
kering
disesap oleh cahaya-cahaya kedua; lalu
di mana pisau mata
sunyi yang pernah membikin
bulu mata merahku
berembun sedemikian rupa?
tangan-tangan
perih kini semakin tak menyesal
sebelum
berkali-kali bersalaman, sadar
kerna
pada petang mereka gampang sembunyi
bahkan
jelma jadi bayang bayangan susut
dihisap
kelip neon jalanan
yang
petang kutemukan di lain mataku, nubuat berahi
yang
dirampas demi menggenapi nas:
kulepas
cintaku, sepisah jiwa yang akan tampak agung
bilamana dipercikki
oleh pendar sengsara dari langit
petang
terbiasa tak tuntas kerna cintaku
berlalu
lalang jadi orang-orang
memanggil-manggil:
nabi,
nabi,
kenapa
kita mesti sembunyi mengasah dosa sendiri?
2014