sore tadi hujan bilang padaku, “mendung tak pernah paham tentang jalanan yang jadi becek dan berbahasa diam.” pada tempat-tempat kau melempar kutuk pada suara-suara kau menanak parau, hujan tetap saja adalah tubuh paling bidadari. dan tulisan yang kini berbincang tentang pesakitan telah lama melingkar-erat di dadamu, untuk menjawab maaf yang palsu. maka dengan segenap pengaduhanku akan roma yang tak lagi ada, bibirku telah bersusah menuju kakimu untuk sekedar dipahamkan atas apa yang selalu pergi dan datang dari pintu perasaan. ...