Gabeba Baderoon lahir pada tahun 1969 di Cape Town, Afrika
Selatan, dan dibesarkan di
Crawford, Athlone. Dia belajar di Livingstone High School di Claremont sebelum di
Universitas Cape Town, tempat ia meraih gelar Ph.D. dalam prodi bahasa Inggris.
Dia juga belajar menulis kreatif di Sheffield Hallam University di Inggris dan di
Pennsylvania State University. Puisi Baderoon telah muncul di banyak media nasional dan jurnal. Dia menerima Daimler Chrysler Award dalam South African Poetry (2004), dan antologi yang ia menangkan diterbitkan dalam buku Museum of Ordinary Life (2005). Antologi lain puisi-puisinya
yaitu The Dream in the Next Body (2005) dan A Hundred Silences (2006).
Crawford, Athlone. Dia belajar di Livingstone High School di Claremont sebelum di
Universitas Cape Town, tempat ia meraih gelar Ph.D. dalam prodi bahasa Inggris.
Dia juga belajar menulis kreatif di Sheffield Hallam University di Inggris dan di
Pennsylvania State University. Puisi Baderoon telah muncul di banyak media nasional dan jurnal. Dia menerima Daimler Chrysler Award dalam South African Poetry (2004), dan antologi yang ia menangkan diterbitkan dalam buku Museum of Ordinary Life (2005). Antologi lain puisi-puisinya
yaitu The Dream in the Next Body (2005) dan A Hundred Silences (2006).
Berikut ini saya terjemahkan secara bebas dari empat puisinya yang tergabung dalam antologi puisi "Bending the Bow":
Mimpi pada Tubuh Berikutnya
Dari ujung ranjang, aku menarik
Dari ujung ranjang, aku menarik
sprei kembali ke asalnya.
Seorang pria tua menggambar sebuah matahari besar bergaris
Seorang pria tua menggambar sebuah matahari besar bergaris
dengan awan-awan dari tujuh warna biru.
Di antara pusat kemuning masing-masing
biru justru menjadi sendiri namun,
pada titik itu ia bertemu dengan yang lainnya,
Di antara pusat kemuning masing-masing
biru justru menjadi sendiri namun,
pada titik itu ia bertemu dengan yang lainnya,
penglihatan tidak dapat menerka sebuah perubahan.
Pergesekan udara, katanya,
dan warna-warna.
Ketika kamu menyentuh aku dalam mimpi,
kulitmu satu jam yang lalu tidak berakhir
di tempat ia bersama denganku. Tubuhku terus menerus
dalam gerakanmu. sesuatu berhamburan
di antara kita seperti burung-burung dalam kawanan.
Dalam sebuah jarak yang lebar dari dua tubuh kita
cahaya yang mengeras memisahkan kita lagi
tapi di bawah selimut perasaan
tubuh kita adalah satu, hangat berlubang.
Pergesekan udara, katanya,
dan warna-warna.
Ketika kamu menyentuh aku dalam mimpi,
kulitmu satu jam yang lalu tidak berakhir
di tempat ia bersama denganku. Tubuhku terus menerus
dalam gerakanmu. sesuatu berhamburan
di antara kita seperti burung-burung dalam kawanan.
Dalam sebuah jarak yang lebar dari dua tubuh kita
cahaya yang mengeras memisahkan kita lagi
tapi di bawah selimut perasaan
tubuh kita adalah satu, hangat berlubang.
Tempat Tidak Ada
Apa-Apa
Suatu waktu kita berjumpa dan pertama kali wajahmu
menamai dirinya sendiri
dari dunia,
Aku mencoba menemukan kata-kata
untuk menunjukkan tempat, dalam dadaku,
dua perasaan dalam api
seketika itu-
sentuhan dan suara.
Sebuah kata sebagai pegangan dan dengung bersama.
Sebuah kata sebagai petikan ketika
rantai logam dari sebuah jangkar cambuk
mengeras dan mencengkeram.
Atau kekuatan dari tangan-tangan
ketika penari trapeze menjalin satu sama lain,
Suatu waktu kita berjumpa dan pertama kali wajahmu
menamai dirinya sendiri
dari dunia,
Aku mencoba menemukan kata-kata
untuk menunjukkan tempat, dalam dadaku,
dua perasaan dalam api
seketika itu-
sentuhan dan suara.
Sebuah kata sebagai pegangan dan dengung bersama.
Sebuah kata sebagai petikan ketika
rantai logam dari sebuah jangkar cambuk
mengeras dan mencengkeram.
Atau kekuatan dari tangan-tangan
ketika penari trapeze menjalin satu sama lain,
dengan cekat, dalam pelukan akhir
kedatangan bersandar
di tempat kamu tahu
bahwa tidak ada
kedatangan bersandar
di tempat kamu tahu
bahwa tidak ada
sebuah peristiwa sebelumnya.
Menemukan Kamu
Dalam ketiadaanmu aku menghitung:
diambilnya pensil-pensil gambarmu demi catatan-catatan itu
dan tiba-tiba, senyum malaikatmu
tidak di sini.
Pemberianku berada di antara tumpukan, dan aku tidak tahu
nama-nama pada kartu yang telah kamu terima.
Gambar-gambarku berusaha mengelabuhimu, sebuah wajah
yang mencekal matamu.
Seperti aku mondar-mandir pada larik ini, aku memandang
tirisan lambat makna demi makna.
Pada sebuah amplop kepadamu aku
telah menulis daftar belanja.
Dari rahasia keindahan catatanmu
Aku tenggak kata-kata
seperti seorang tamu yang bebal;
pikiran-pikiranmu adalah penunjuk halaman catatan itu.
Cinta menyeret kita seperti kartu-kartu.
Mulanya
Aku mengarah ke sebuah sudut dan memandang wajahmu.
Hidup kita tampak seolah putaran yang keluar dari pandangan itu.
Aku menyerahkan segalanya untuk ini.
Aku ingat atas semua yang aku tinggalkan.
Kamu mengemasi buku-bukumu di rak lain milikku.
Pada sebuah amplop kepadamu aku menulis daftar belanja.
Kamu berbicara kepadaku tentang cinta yang terdahulu.
Kamu mengatakan bahwasanya aku cinta pertamamu.
Sebelum kita mulai kehidupan antara kita bersama,
sebelum kita merenungkan meninggalkan satu sama lain,
menyerahkan wilayah samar itu dari ranjang,
mari kita berputar lama pada muasal kita.
Aku mengarah ke sebuah sudut dan memandang wajahmu.
Hidup kita tampak seolah putaran yang keluar dari pandangan itu.
Aku menyerahkan segalanya untuk ini.
Aku ingat atas semua yang aku tinggalkan.
Kamu mengemasi buku-bukumu di rak lain milikku.
Pada sebuah amplop kepadamu aku menulis daftar belanja.
Kamu berbicara kepadaku tentang cinta yang terdahulu.
Kamu mengatakan bahwasanya aku cinta pertamamu.
Sebelum kita mulai kehidupan antara kita bersama,
sebelum kita merenungkan meninggalkan satu sama lain,
menyerahkan wilayah samar itu dari ranjang,
mari kita berputar lama pada muasal kita.
[ Semarang, 2014 ]