PERCAKAPAN ANTARA LAWRENCE DENGAN AMICHAI [1]

Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)

NASIHAT-NASIHAT BEN ONKRI

Bagian Satu: 15 Nukilan “A Way of Being Free” (Phoenix House, 1997)

SESEORANG TELAH MENGACAK-ACAK MAWAR-MAWAR INI

Terjemahan atas pembacaan cerpen Gabriel Garcia Marquez

CETAK ULANG: "PADA SUATU MATA KITA MENULIS CAHAYA"

Cetak ulang buku Sepilihan Sajak oleh penerbit Garudhawaca

WAWANCARA ORTOLANO DENGAN COELHO

Terjemahan atas pembacaan wawancara antara Glauco Ortolano dengan Paolo Coelho

7.30.2015

BERITA ACARA PEMENANG SAYEMBARA SIWA NATARAJA AWARD I TAHUN 2015

(sumber dari facebook Siwa Nataraja pada tanggal 29 July 2015 at 01:30)


I. PEMBUKA
    Sayembara Sastra Nusantara SIWA NATARAJA merupakan program yang digelar oleh Sastra Welang Pustaka, divisi penerbitan sastra Teater Sastra Welang Bali. Sebagai program yang dirancang tahunan, Siwa Nataraja merupakan sayembara manuskrip ( kumpulan karya ) yang dibagi menjadi dua kategori yakni manuskrip puisi dan manuskrip cerpen. Berikut ini berita acara pemenang Siwa Nataraja Awards I.

    II. ISI

    2.1 SIWA CERPEN


    Untuk kategori manuskrip cerpen, tahapan yang dilalui oleh para peserta adalah sebagai berikut :
    1. Per 12 Januari 2014 Panitia Siwa Nataraja 1 menerima kiriman manuskrip melalui surat elektronik sebanyak 112 manuskrip.
    2. Dari 112 manuskrip kemudian diadakan penyeleksian oleh kurator Moch Satrio Welang yang menghasilkan 26 manuskrip cerpen yang lolos menuju Ring 2 Siwa Nataraja. Penilaian berdasar pada struktur cerita, penggunaan bahasa, pengolahan ide, teknik bercerita dan pesan yang ingin disampaikan.
    3. Panitia mengumumkan peserta yang lolos Ring 2 untuk mengirimkan manuskrip dalam bentuk hardcopy rangkap 4 untuk dewan juri Siwa Nataraja. Per 10 April 2015, dari 26 manuskrip yang lolos, panitia menerima kiriman 19 manuskrip dalam bentuk hardcopy,yang kemudian diserahkan kepada dewan juri manuskrip cerpen.
    4. Dewan Juri Manuskrip Cerpen Siwa Nataraja 1 yang terdiri dari Cok Sawitri, Damhuri Muhammad dan Moch Satrio Welang menentukan nominator dan pemenang manuskrip cerpen.


    2.1.1  CATATAN PENJURIAN MANUSKRIP CERPEN  

    Tidak gampang menentukan pemenang lomba dari sejumlah manuskrip kumpulan cerita, yang sebelumnya telah diseleksi oleh panitia Siwa Nataraja Award 2015. Dalam setiap manuskrip yang rata-rata menghimpun 3-5 cerita, bisa jadi ada 1 atau 2 cerpen yang memenuhi kualifikasi untuk terpilih sebagai pemenang, tapi sisanya bisa saja cerpen-cerpen yang bahkan untuk dipilih sebagai nominator saja hampir tidak mungkin. Oleh karena itu, sebenarnya jauh lebih gampang memilih cerpen yang berdiri sendiri ketimbang memilih draft buku antologi cerita pendek di mana mutu dan pencapaian masing-masing cerpen tidaklah bisa sama, dan tidak mungkin pula diukur secara rata-rata.

    Kesulitan semacam ini menjadi bagian penting dari kerja penjurian Siwa Nataraja kategori cerpen. Cerpen-cerpen dalam setiap manuskrip, sebagian besar memang memperlihatkan upaya-upaya eksperimental, baik secara tematik maupun dari aspek teknik penyajian cerita. Namun, hampir semuanya tidak berhasil mengeksekusi kisahnya hingga penyelesaiannya akhirnya terasa datar,  dan jauh aspek dramatik yang mengejutkan.

    Begitu pula dengan ungkapan-ungkapan prosaik yang digunakan oleh para penulis. Dalam beberapa cerpen terasa begitu menonjol, kuat, dan tajam, tapi sebagian besar cerpen terasa hambar bahkan sangat verbal. Berangkat dari kesulitan-kesulitan itu, maka kriteria atau parameter yang paling aman untuk memutuskan manuskrip kumpulan cerpen yang paling unggul adalah keterampilan berkisah.  Itupun bukan berarti semua cerpen dalam manuskrip yang terpilih sebagai pemenang, telah memenuhi kriteria tersebut. Adapun yang sungguh-sungguh memenuhi kualifikasi tersebut paling banyak hanya 3 cerpen untuk setiap manuskrip.

    Berangkat dari situlah, kami bersepakat untuk memutuskan bahwa pemenang Siwa Nataraja Award 2015 sebagai berikut :

    PEMENANG MANUSKRIP CERPEN:
    Penanggung Tiga Butir Lada Hitam di Dalam Pusar karya Niduparas Erlang.


    NOMINATOR:  Bebegig karya Langit Amaravati
                         Kisah Kusut di Kereta karya Setiyo Bardono
                         Di Angkot Mas Gondo karya Ken Hanggara

    Demikianlah berita acara ini yang dibuat atas kesepakatan dewan juri manuskrip CERPEN Siwa Nataraja 1 tahun 2015 yang dibuat tanpa ada proses surat menyurat karena itu keputusan dewan juri bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.

    Denpasar, 28 Juli 2015


    Damhuri Muhammad
    Cok Sawitri
    Moch Satrio Welang


    2.2 SIWA PUISI




    Untuk kategori manuskrip puisi, tahapan yang dilalui oleh para peserta adalah sebagai berikut :
    1. Per 12 Januari 2014 Panitia Siwa Nataraja 1 menerima kiriman manuskrip melalui surat elektronik sebanyak 165 manuskrip puisi.
    2. Dari 165 manuskrip kemudian diadakan penyeleksian oleh kurator Moch Satrio Welang yang menghasilkan 64 manuskrip puisi yang lolos menuju Ring 2 Siwa Nataraja. Penilaian berdasarkan pada kekuatan karya baik itu struktur puisi, kedalaman karya, pemilihan kata, kemurnian, sublimasi, dan pesan yang ingin disampaikan.
    3. Panitia mengumumkan peserta yang lolos Ring 2 untuk mengirimkan manuskrip dalam bentuk hardcopy rangkap 4 untuk dewan juri Siwa Nataraja. Per 10 April 2015, dari 64 manuskrip yang lolos, panitia menerima kiriman 45 manuskrip dalam bentuk hardcopy,yang kemudian diserahkan kepada dewan juri manuskrip puisi.
    4. Dewan Juri Manuskrip Puisi Siwa Nataraja 1 yang terdiri dari Joko Pinurbo, Warih Wisatsana dan Wayan Jengki Sunarta menentukan nominator dan pemenang manuskrip puisi.

    2.2.1 CATATAN PENJURIAN MANUSKRIP PUISI

    Salah satu tema yang tampak menonjol dalam manuskrip kumpulan puisi peserta lomba adalah pencarian jatidiri manusia di tengah gejolak perkembangan jaman. Tidak mengherankan jika diksi “pulang” dan “rumah”, misalnya, menjadi diksi-diksi kunci yang menjadi simpul atau benang merah yang menghubungkan satu puisi dengan lainnya. Renungan mengenai pergulatan mencari jatidiri itu bermuara antara lain pada sikap arif untuk tidak meninggalkan akar dan sumber-sumber spiritual yang membentuk pertumbuhan seorang pribadi di tengah lingkungan dan situasi jaman yang melingkupinya.

    Renungan mengenai sangkan paraning perjalanan hidup manusia itu disampaikan dalam gaya pengungkapan yang tetap berbasiskan lirik, yang dimodifikasi dengan mendayagunakan unsur-unsur narasi. Modifikasi lirik ini kemudian diperkaya dengan menggali dan mengolah unsur-unsur budaya lokal yang menjadi habitat penyair dan di sana-sini ada juga usaha untuk menampilkan objek-objek yang diambil dari dunia urban sebagai sumber penciptaan. Pada sebagian karya kreatrivitas dalam memodifikasi lirik ini mampu menghasilkan kesegaran ungkapan yang membuat kita yakin bahwa lirik masih menyediakan banyak kemungkinan untuk dibuat lebih variatif. Yang terutama masih harus ditingkatkan dan disiasati dengan lebih sungguh-sungguh adalah (1) menciptakan efisiensi berbahasa tulis dan (2) menghindari ungkapan-ungkapan klise yang bukan penyair pun bisa membuatnya.

    Jika Alusi ( Perjalanan Seratus Tahun ) dipilih sebagai yang terbaik, itu karena manuskrip ini mampu menyuguhkan refleksi dan kontemplasi mengenai pergulatan mencari jati diri dengan pengungkapan yang sublim, efisien, jernih, terang, dan tertata dengan baik atau koheren tanpa meninggalkan ketaksaan makna yang menjadi salah satu daya tarik puisi. Manuskrip ini di sana-sini juga mampu memberikan kejutan melalui perspektif atau cara pandang yang unik dan segar terhadap suatu objek atau peristiwa.  Satu hal lain yang patut dicatat dari manuskrip ini adalah kesungguhan penyairnya ini untuk berusaha menghindari susana klise dan monoton, baik melalui gaya pengungkapan maupun pilihan materinya.

    Berikut ini daftar pemenang Manuskrip Puisi

    PEMENANG MANUSKRIP PUISI :  Alusi ( Perjalanan Seratus Tahun) karya Alfian Fawzi

    NOMINATOR :  Malagi karya Soetan Radjo Pamoentjak
                          Rumah, Sebuah Perjalanan Panjang untuk Pulang karya Willy E. Cahyadi

                          I Thought I Saw Your Face Today karya Marsten L. Tarigan
                          Babad Pohon karya Zen Ar


    10 BESAR  : Akar Musim  karya Muchlis Darma Putra
                         Daun - Daun Malam karya Fahmi Diannafi Abdillah
                         Sebelum Menemu Rumahmu karya Ganjar Sudibyo
                         Buku Harian Kakek  karya Kurnia Hidayati
                         Lagu cinta yang Berantakan karya Willy E Cahyadi

    Demikianlah berita acara ini yang dibuat atas kesepakatan dewan juri manuskrip PUISI Siwa Nataraja 1 tahun 2015 yang dibuat tanpa ada proses surat menyurat karena itu keputusan dewan juri bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.

    Yogyakarta – Denpasar, 28 Juli 2015


    DEWAN JURI MANUSKRIP PUISI
    Joko Pinurbo
    Warih Wisatsana
    Wayan Sunarta

     III. PENUTUP

    Demikianlah BERITA ACARA pemenang manuskrip puisi dan cerpen Siwa Nataraja 1 yang dapat kami umumkan. Selamat kepada para pemenang, yang akan melanjutkan pada tahap selanjutnya yakni pembuatan buku Siwa Nataraja 1 tahun 2015 yang akan dihubungi oleh panitia. Melaju terus Sastra Indonesia!


    Denpasar, 28 Juli 2015



    Moch Satrio Welang
    Ketua Teater Sastra Welang

    MENGGAGALKAN RENCANA


    ia yang percaya mendengar sayup
    dari dekat pandangan kirinya
    semacam orkestra tua yang sisi nada-nadanya
    berulang, bukan main, bukan secara kebetulan,
    masa lalu yang lalu lalang di antara ruko-ruko
    mereka tak pernah lengang, sekalipun
    menjauhi ke mana sisi suara-suara lainnya

    langit yang lampau mencoba menggerakkan
    yang tak kasat mata di dalam batinnya sendiri;
    selain upaya untuk kembali jatuh mencinta
    putaran perjalanan di atas kepastian
    yang dilelahkan genggaman orang-orang

    kini sebuah rencana utuh telah ia bentuk
    tapi apa daya seperti kawanan babi dikutuk
    terjerumus ke jurang, yang-lalu itu merasuk
    semacam ramalan bintang jatuh. sungguh
    ia yang paham: ada yang tak ingin
    ditinggalkan melebihi lidah kenyataan


    2015

    7.22.2015

    MADAM


    madam, terbikin dari apakah itu cinta kini;
    ahasveros lain yang tak ingin lahir di dunia
    suatu masa di antara bayang-bayang shakespeare
    atau semacam petunjuk arah kisah-kisah picisan?

    sungguh di wajahmu, kami tak mampu memandang terlalu dalam
    sebab kami tak punya cukup ketelanjangan yang layak
    untuk disimpan ke dalam bunga-bunga kotak pikiran picasso;
    ruang-ruang gelap dan dihindari orang-orang,
    nasib yang disusui kesunyian itu sendiri

    modigliani, cinta lain kami adalah sisi dari hasil
    bahwasanya percintaan tak melulu bisa diberhentikan oleh
    paras siapapun, bahwasanya ia terlahir dari rahim imaji dalam
    derit pusaran waktu, yang kami pun tak pernah tahu
    kapan jarak bisa berkabar

    hingga derita telah semestinya bekerja
    rindu tetap tak bisa berbuat apa-apa
    pada kuas yang sama: ancaman sedang dipatahkan
    oleh seorang pelukis itali
    di sudut remang himpitan sebuah galeri perkabungan



    2015


    7.17.2015

    PERIHAL YANG MENDEKAT


    seperti sophie, mencipta rasa gumun yang tak henti
    aku dan kamu yang tak pasti;
    dalam biru langit menataplah
    sebab pada mulanya cinta itu sebongkah ratap
    yang jatuh untuk dipahat

    berkali kita dihadapkan pada sesuatu
    yang sama; perasaaan, pikiran, laku;
    sesuatu-sesuatu itu membentuk kita
    membantu mencipta sophie kecil
    yang dirancang mirip bagaimana
    riuh dunia mengasuh kita

    kini sebelum ada yang perlamban mendekati
    mari kita rayakan pertemuan-pertemuan
    yang kelewat perih, mari kita rayakan kepergian,
    barangkali di sana ada seri airmata
    sebelum manusia pertama mengenal bahasa dan cinta


    2015
    *sumber gambar: www.milton.edu


    7.11.2015

    PERSEMBAHAN SEORANG KAWAN: AMAL BAYU RAMDANA



    PENGGOYANG LONCENG
    untuk ganjar sudibyo



    /1/
    Pertama bermula adalah malam.
    Diberkatilah, kau pendengar yang budiman.
    Sebelum itu, membran di telinga dan seluk-seluk
    jantungmu sudah kaupuasakan.
    Tanpa cemar cerita dari lahat dan pusar kota:
    Pengabar yang itu-itu juga; mencoleng akhir berita,
    nun menujumnya jadi sengketa — kau ingat,
    yang sana itu memerlukan kata-kata
    agar bisa bersiasat dalam satu upacara.
    Apalah, kau memang tidak senang bertanya.
    Yang sana itu boleh jadi butuh pengeras suara
    agar bisa turut serta dalam dunia yang digesa.
    Tak lebih, kau hanya suka memaklumi kantukmu
    sendiri, menyemai-nyemai bakal mimpi.

    Karena kau suka waktu pulang, suka jika tidak ada
    lagi yang menduga-duga-menjawab-menerjemahkan.


    /2/
    Betul, dia hanya suka membunyikannya sesekali,
    tidak ingin mengenal sebentuk hirukpikuk
    yang entah telah dinasibkan dalam arisan, layar tv,
    lampu merah, jejalan ruang ganti — tapi tidak akan
    digaduhkan nostalgianya sendiri sebab tahu betul
    kepada apa alur jalannya. Ke pintu tidur? Jangan bertanya.
    Mungkin sebab sunyi saja yang bakal menguduskannya.
    Sungguh mungkin sebabnya dia karib dengan takzimnya
    sendiri ketika loncengnya berayun pelan —
    dan sama sekali tidak mau ingkar
    menukar bunyi lonceng itu dengan bunyi peluit
    pada sebuah dermaga dalam peta, atau bunyi
    burung kukuk yang masih saja bersarang di jam dinding
    sejak hari kelahirannya. Tidak terbang, tidak ke mana.

    Dia hanya suka membunyikannya demi mengiringi
    nyanyian yang masih hidup dekat pokok lehermu:
    lagu yang tidak berhasrat memeluk lirik-lirik,
    lagu yang rindu menebus kembali bahagia asingmu
    setelah kau terlempar dari rahim atau kepul asap cerutu.
    Setelah namamu tidak mampu lagi bergoyang
    memprotes datangnya perkenalan itu.


    /3/
    Kau adalah pendengar yang budiman.
    Dan dia akan singgah mengiramakan malam-malam.












    Bekasi, September 2012
    Amal Bayu Ramdhana

    7.05.2015

    KEPADA UR


    rindu sekerat, jarak semusim
    ur yang kusebut namamu berulang;
    nama yang disucikan oleh jalan derita
    bahwasanya hidup adalah ruang belajar
    liku laku prihatin

    pada malam, orang-orang sibuk
    mengenakan busana baru, aku terantuk
    sengat cahaya-cahaya sebelum benar-benar
    keluar dari pandangan kota yang ditinggalkan
    sejarahnya sendiri

    ur, ataukah cahaya-cahaya lampu itu
    yang meniadakan rasa kasmaran kita
    kepada yang mahakuasa, sebab mulanya
    kita buta dan tak bernama ?


    2015