di belakangku, sore selalu
bergerak ke bawah
lekas membikin dinding kelabu,
pemandangan rumit itu kerap kali
memperanakkan pikiran-pikiran
kehilangan; tapi
nasib telah lapang menerimaku
lambat laun dinding kelabu jadi
tempat tanggalku
tempat meletakkan tubuh yang
dijauhi masa lalu
menyandarkan jemu perasaan yang
sudah-sudah
melepaskan perjalanan-perjalanan
buntu;
mengenakanmu, darah-daging
nafasku
di sini udara bertebar sayatan
ingatan
mantra membawanya serta sebentuk
angin gigil
mitos orang-orang kalian:
kepal, sengal, rapal, sakral,
kekal
lantas kuucapkan selamat
hari ini bahasa kalian gagal;
bahasa kalian, selamat
tinggal
...
( di suatu sore yang lain
aku tergoda bertanya,
mampukah dinding kelabuku
menghimpun sayatan ingatan
jadi sepi bangunan tanpa atap
mengerudungiku dari rimis hujan?
)
2014