(“kenapa burung-burung tak takut ketinggian, bu?”)langit itu, langit yang lagi-lagi seperti sebuah jendelayang dibuka pagi-pagi sekali. kau, kau layaknya sudah lamasekali menjemur mimpi tentang seekor burung mudayang belajar mengenakan sayapnya. lalu sebuah mesin cucimencoba berulang-ulang mengeringkannya, karena hari iniwarna langit bergerak cepat. orang-orang tampak sibukmembenarkan letak tas di punggungnya. tapi, kau masihsaja percaya, aku akan datang untuk menyelamatkanmimpi itu, bukan sebagai mesin cuci, sebagai orang-orang,atau sebagai langit...