seperti pagi ini yang kau panggil-panggil dari uap susu panas, lihat saja rasa ngungunkuyang terbias di percakapan warna putih tulang semakin renyai menembus alam pikirtentang kenapa kita mesti menyeka airmata. dari es yang pagi-pagi sama-sama beruapseumpama susu panas itu, aku tak yakin bahwa kegiatan minum-meminumterlalu sentimentil untuk disebut ibu dari segala kepanjangan awal hari. segelas susuwaktu itu menciptakan pagi yang tak pernah fiksi. setiap hari, kasihku. dan kau pastimengenali upayaku menerjemahkan deru mesin yang mulai mendera kesunyiandi...