
kusebut engkau puan, sebab kesunyian rohani kita telah tertawan;
puan, kita selalu mengenal mimpi yang tak sengaja kita
ciptakan dengan rajah di lebam wajah, lalu kita tak lupa
mengucap ah yang disinari perasaan megah atas laku pasrah
sesuatu sedang membuntuti kita, puan, ia bertaring
tapi tak perlu kau khawatir, sebab sudah ada yang menjaga
nasib kita. tapi kita perlu menghamili kembali waktu, puan;
demikian kita menyelamatkan sebuah masa di...