PERCAKAPAN ANTARA LAWRENCE DENGAN AMICHAI [1]

Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)

8.16.2010

SAJAK DI JALAN BRAILLE : MENUJU MATA DAN TELINGAMU -2-

tersebab memoar Hellen Kellerke pulau mana lagi, engkau tambatkan waktu-hatimu. hari-hari sudah begitu hurufdi jemarimu yang lapang. orang-orang kini menyimpan perasaan-perasaan bersamapepatah hidup di balik tebal huruf-hurufmu. - mereka berseteru menyingkap kejujuranmu, mengungkapnya dengan pertanda bahwasanya ada sesuatu yang lupaterbaca - ke bahasa mana lagi, engkau sederhanakan kebutaan dan ketulian. sebab, buta dan tuli bukan lagi seperti sebuah novel atau puisi yang engkau renungkan berulang. bukanseperti sebuah autobiografi atau catatan-catatan...

SAJAK DI JALAN BRAILLE : MENUJU MATA DAN TELINGAMU -1-

tersebab memoar Hellen Keller bunga-bunga lili liar menaruh sejumlah bentuk perasaan yang tumpahketika engkau bermain dengan bahasa-bahasa eja pada jemarike pemahaman bibirmu lalu di antara semi pohon mimosa ada pikiran-pikiran tak terucap, jatuh bersama dengan bunga-bunga keringnya dekat pagar rumahmu dan hidung cabang-cabang basah mencium patahanaksara mimpi-mimpimu melalui tebal kambium waktu;kukira engkau benar bagaimana mengarahkan jendela-usiamenafsirkannya dengan cara hati-jemarimu, lantas mengatakankepada arakan anginlembah yang mengubah...

WO ES WAR, SOLL ICH WERDEN*

~1/kami adalah kelahiran hasrat-hasrat kami sendirisejatinya kami bukan waktu bukan batu yang menetapmembentuk kepala-kepala. sebab kepala-kepala kamimasih menyangkarkan kanak-kanak kami di masaketika kami baru saja menyadari oedipus komplekstelah mencatat bagaimana seharusnya kami menganggapayah dan ibu kami menjadikan kami seolah sepertipenyakit~2/kami tak ingin seperti kaum feminis, bengisterhadap keraguan mereka sendiri terhadapketaksadaran ambigu yang lesap yang menggunungbeku melampaui suhu pada derajat titik nol. kami pun raguapakah mereka...

AJARILAH KAMI MENANGIS TANPA TERSEDU DAN BERAIRMATA, AJARILAH KAMI BAHAGIA

sebab kami tak bisa berpangku-tanganhanya dengan bangkai doayang setiap malam dan pagikami pecah-susunkanke atas kepala timpang kami2...