I jikalau ada yang berbicara tentang perjuangan maka kami tak lepas balas untuk siapa yang pantas dirangkul, menggerilya musuh berabad-abad silam belajar menjumlah kemenangan mengurangi pengkhianatan lalu mengkalkulasikannya dengan nama kemerdekaan jikalau ada yang berkaca tentang negeri seribu pulau maka tumpahlah darah nenek-moyang kami yang dulu beku sebelum peluru-peluru membombardir batavia, bandung, surabaya, aceh, papua, laut-laut tasik, dan desa-kota pulau-pulau sauh jauh bertuan tanah negeri ini telah ditandakan kehidupan bernama INDONESIA bersama sejarah seribu tulah bagi tempat-tempat yang menyalakan nyali kepada tahun-tahun peninggalan reraung tetulang pejuang yang bukan dongeng bukan hikayat perayaan tari orang-orang malang oleh sebab masa kami masih tiba untuk sebuah peradaban manakala tak ada lagi pengasingan singgah ke sekian kalinya mencuri nyawa-nyawa demi mengisi gudang-gudang kolonial menjadikan penghidupan layaknya tempat huru-hara, membakar setiap nama yang teriak membawa pembebasan dan keadilan negeri ini negeri para pendatang yang diam-diam merobek dada mengail otak untuk diremas bersamaan dengan lembar-lembar tanda para tangan menulis kuasa tanpa tahu ke mana segala bersua batas di gejolak keringat kami pada keterasingan yang dingin, nafas adalah pagi yang tak pernah mati! II lubuk kami, tuan lubuk kami adalah setiap pelunasanmu atas berabad bencana dan airmata berjuta peninggalan tak tertuntaskan olehmu sebab ikan-ikan doa yang dulu tetas di saban adat-istiadat kami telah mengarung panjang ke mana perahu-perahu nelayan dan kapal-kapal perang dikaramkan, lalu melalang pergi mengeram bahasa leluhur yang fasih untuk diperanakkan kepada orang-orang yang berani mengatakan dirinya tak jua sabar dari ketelanjangan nasib serta aib tentang nyanyian ladang-ladang nazar panggung ini, tuan adalah haluan keniscayaan penghulu segala yang ada karena setiap bangsa yang berdikari menyebut-nyebut barisan peneriak dengan nama kerelaan dan keribaan menuang kegelisahan, berlepas-sulang di deret pelantang-pelantang suara mengikat pita merah-putih pada lengan-lengan batu bahkan ketika waktu benar-benar menunjukkan jasadmu, kelak di sepanjang pendirian tanah kami tak akan habis membaca sejarah negeri bertumpah-limpah pahlawan! Yogyakarta-Semarang, 2010
12.05.2010
MEMBACAMU, INDONESIA TANAH TUMPAH-LIMPAH PAHLAWAN
09.06
No comments
0 pembaca kata berbicara:
Posting Komentar
silakan rawat benih ini