rupa-rupanya ada yang membuatkan puisi dan puisi tersebut didedikasikan untuk saya. hm,
mengesankan. berikut ini dua puisi yang terlahir dari permenungan tiga penyair:
PUISI I
Oleh Penyair Dimas Arika Mihardja
PECANDU KATA
: ganz
siapa melangkah tengah malam menyorotkan cahaya kata
bagi jiwa lata? sebuah tanya tak mesti berjawab, sebab perjalanan
menembus gelap menyisakan erang tertahan.
siapakah yang menawan kata di kedalaman penjara dada
lalu merajut huruf hidup dan huruf mati
yang berkelojotan di atas tikar sembahyang
sementara awan berkawan dengan hujan dan petir meledak
lalu meledek kesendirian kata?
aku mabuk, merasuk ke dalam bilik sunyi
berjalan sendiri meronce sore dan menjadikannya malam
aku tenggak lagi tuak sajak sehabis-habis gelegak :
beri aku sajak yang paling tuak!
bengkel puisi swadaya mandiri, jambi 17 juni 2010
PUISI II
Oleh Penyair Nanang Suryadi
CANDU KATA KATA
buat: ganz
adalah candu yang lebih candu: kata. yang berbahaya bagi para penguasa yang bebal
dan suka aniaya. adalah kata yang lebih candu dari candu yang menelusup ke dalam
jiwa jiwa yang merana dihina tiada habisnya. kata.
Juni 2010
PUISI III
Oleh Penyair Mutiah A. Rasta
BERJALAN DI KELOPAK MATA
-Ganz
(akan seperti apakah perut hidup yang berpuisi itu?
mungkin kataku
dan kau?)
kerikil yang menggugus di halaman telah lama menjadi dingin, saat bulan menutup
kornea malam dan membuka tubuhnya untuk dilapangkan bahwa malam adalah langit
paling ganas.
seketika orangorang dengan rangkaian bunga di telinganya mencoba terbang dengan
kaki, lalu seperti apakah mereka merajut bulu dengan jarum dari sebuah cerita ayam dan
elang.
di situlah bayangan dikukuhkan. dan ketika ia sampai pada puncak altar, seluruh tubuh
akhirnya setengah melingkar. dalam tengadah terbalik : ribuan mantra yang tersimpan di
bawah laci lidah dirapalkan
dengan sedikit kidung yang terasing, lalu hendak dipejamkan di mana mata. hendak
ditenggelamkan di mana kornea
alis yang tumbuh menanjak di setiap kening waktu: serupa kita yang hendak terbang.
mengendapkan beberapa langkah di jembatanmata. hingga menjadi dada langit yang
mengapungkan waktu. dan malam : berjalan di kelopak mata
palembang, 2009-2010
7.01.2010
TIGA PUISI UNTUK SAYA DARI TIGA PENYAIR
11.05
No comments
0 pembaca kata berbicara:
Posting Komentar
silakan rawat benih ini