sumber foto: www.gopixpic.com
GO (Glauco Ortolano): Pemenang Hadiah Nobel Oe Kenzaburo pernah berkata bahwa Paulo Coelho telah menemukan rahasia alkemi dalam kesusastraan. Saya yakin ada banyak penulis muda tertarik untuk belajar tentang rahasia ini. Apakah Anda berkenan membagikannya kepada kami?
PC (Paolo Coelho): Rata-rata sekali cetak sebuah novel di Amerika atau Perancis sekitar tiga ribu eksemplar, hampir sama dengan di Brazil. Adapun formula rahasia, itu tidak ada: seorang penulis yang mencoba mengekspresikan dirinya dengan hanya memikirkan pasar barangkali akan memiliki buku yang sangat sukses, tapi ia kemungkinan besar tidak akan mengulangi kesuksesan yang sama, yang mana tidak akan memungkinkannya untuk mencari nafkah dengan menulis. Dalam kasus saya, saya melakukan satu-satunya hal yang mesti saya lakukan: mendayagunakan tulisan-tulisan saya untuk tujuan mengenal diri lebih baik. Sepanjang saya tetap setia pada diri sendiri, tanpa mencari formula, pembaca juga tetap setia. Sastra telah jauh banyak memperoleh berbagai kritik justru yang bukan semakin tradisional, kritik sastra telah menjadi semakin reaksioner. Dengan demikian, kritik sastra memiliki kuasa untuk menjual maupun menghalangi penjualan buku. Pembaca, di sisi lain, mengamati realitas lebih dekat dan membeli apa pun yang mencerminkan keadaan pikiran atau status quo-nya. Akibatnya, dua golongan telah muncul: mereka yang ingin menghidupkan kembali masa lalu di masa kini (banyak akademisi yang masih terikat dengan serangkaian tradisi lama) dan orang-orang yang benar-benar hidup di masa sekarang (para pembaca).
GO: Selama tahun-tahun kepenulisan awal Anda, siapa penulis brasil atau penulis asing yang mempengaruhi masa depan kepenulisan Anda?
PC: Jorge Luis Borges, Jorge Amado, Henry Miller, dan William Blake.
GO: Cerita-cerita Anda jarang mengambil setting tempat di Brasil, yang kemudian menyebabkan beberapa kritikus mengucilkan tulisan Anda dari kanon sastra di Brasil. Bagaimana tanggapan Anda melihat ini? Apakah Anda memandang diri Anda sebagai penulis brasil?
PC: Menariknya, karya saya sedang digunakan di sekolah-sekolah di seluruh Brazil, dan setiap buku yang berhubungan dengan sastra brasil pasca-1990 pasti akan membuat referensi ke salah satu karya saya. Satu hal untuk menulis tentang Brazil adalah cukup dengan memandang dunia lain melalui mata seorang brasil -- sesuatu yang hadir di setiap baris yang saya tulis. Tidak ada yang pernah berpikir bahwa Hemingway adalah penulis Spanyol, atau Henry Miller adalah penulis Perancis, meskipun kedua penulis telah menulis tentang wilayah-wilayah di Amerika Serikat.
GO: Anda baru saja dikukuhkan sebagai anggota terbaru Brazilian Academy of Letters (Academia Brasileira de Letras - ABL) yang bergengsi terlepas dari semacam perlawanan tertentu oleh beberapa anggota yang konservatif. Menurut pendapat Anda, apa faktor kunci untuk mengubah sikap mereka?
PC: Beberapa perlawanan tidak hanya wajar, tetapi diperlukan -- itu adalah bagian dari proses kreatif. Badan ABL terdiri dari empat puluh anggota, dan saya menerima mayoritas mutlak suara (dua puluh tiga orang), meskipun kandidat lainnya juga luar biasa dalam kualifikasi sastra. Sebenarnya ABL tidak perlu pasar dan tidak mengantarkan pada apapun seperti alasan saya diterima. Oleh karena itu, merupakan sebuah fakta konkret: parameter kriteria untuk penempatan telah berubah. Dan karena kita menemukan akademi hari ini dipenuhi individu-individu yang sensitif terhadap arus isu-isu (dan bukan ke masa lalu, sebagai legenda berjalan), ini membuat penerimaan saya menjadi mungkin. Iklim budaya telah berubah, kemudian orang-orang telah menyadari bahwa penting untuk mengesampingkan prasangka dan mencoba mengevaluasi kesusastraan sebagai cermin masa kini dan bukan sesuatu yang berada dalam beberapa konsep masa lalu.
GO: Pekerjaan Anda tampaknya tidak merangkul setiap pandangan politik atau ideologi. Apakah benar untuk menganggap bahwa Anda benar-benar tidak memiliki kepedulian kepada kelompok tertentu, ataukah saya yang tidak bisa membaca yang tersirat?
PC: Kepenulisan saya benar-benar diarahkan untuk sebuah sikap politik baru: manusia dalam pencarian identitas dirinya. Hal semacam ini tidak berurusan dengan golongan tua dan usang dari kanan dan kiri. Ada sebuah revolusi yang perlahan disiapkan, yang tidak pernah tampak dan dimunculkan oleh pers. Jika saya harus meringkas gagasan hanya dalam satu ekspresi, saya akan mengatakan bahwa sikap politik baru untuk zaman kita adalah untuk "die alive”. Dengan kata lain, menyadari dan berpartisipasi pada hal-hal sampai hari kita tiada -- sesuatu yang jarang terjadi. Orang akhirnya tiada dengan dunia pada hari mereka meninggalkan impian mereka. Setelah itu, satu keberangkatan dalam perjalanan seperti yang dilakukan Ulysses, menerima berbagai tantangan dan mengetahui bahwa kadang-kadang kita harus berjuang sendirian, meski demikian memahami bagaimana ia berdiri demi seluruh umat manusia.
GO: Dalam penyebutan tren sastra Amerika Latin yang menghasilkan seperti penulis besar antara lain seperti Mario Vargas Llosa, Gabriel GarcÃa Márquez, dan Julio Cortazar, banyak penulis yang dituduh mengorbankan kualitas sastra untuk pembaca yang lebih besar. Akankah Anda katakan bahwa sikap ini dibenarkan di era kita komunikasi massa?
PC: Saya akan mengatakan bahwa siapapun yang mengkritisi para penulis ini tidak tahu banyak tentang sastra. Tidak satupun dari antara para penulis ini telah memberikan dalam tekanan-tekanan komersial. Mereka ini adalah individu-individu sehat yang sangat jujur dalam pekerjaan mereka.
GO: Sekarang karya-karya Anda telah lebih banyak dibaca daripada penulis kolombia, Gabriel GarcÃa Márquez. Demikian hingga menjadi penulis Amerika Latin yang paling banyak dibaca sepanjang masa, kita bisa menganggap bahwa akhirnya periode ledakan sastra Brasil telah tiba?
PC: Buku saya telah terjual secara internasional selama tujuh tahun sampai sekarang. Permasalahan saya bukan soal sebuah ledakan tren dalam kancah nasional, disebabkan terutama para penulis brasil yang sangat berbeda dan merefleksikan banyak realitas yang berbeda. Ledakan tren Amerika Latin berkaitan adalah suatu temuan dari para kritikus yang tidak pernah meninggalkan batas-batas Amerika Latin. Penulis yang telah mencapai ketenaran -- yaitu, Borges, GarcÃa Márquez, dan Vargas Llosa – sungguh benar berbeda dalam hal tema dan gaya penulisan. Satu yang tidak bisa dijadikan generalisasi atau sekedar mode dengan menggunakan sastra sebagai alat untuk katalisasi: mereka ini menjadi terkenal karena mereka telah menulis sastra berkualitas dan bukan karena mereka berasal dari benua yang sama.
GO: Banyak tanda keberhasilan dari pekerjaan Anda, setidaknya sebagian, hingga waktu di mana kita hidup. Sejak pernyataan tentang kematian bagi semua ideologi, tampaknya ada hasrat untuk kembali ke waktu di mana ada perhatian yang lebih besar untuk situasi kemanusiaan. Pekerjaan Anda, dalam segala kesederhanaan, tampaknya telah bertemu hasrat semacam ini. Bagaimana Anda menanggapi komentar seperti itu?
GO: Anda telah menerima penghargaan-penghargaan penting oleh beberapa negara, seperti Perancis, Jerman, Italia, Israel, dan Brasil. Apa pentingnya penghargaan-penghargaan tersebut bagi Anda? Apakah sekarang Anda merasa memiliki tanggung jawab sosial yang lebih besar daripada ketika Anda pertama kali memulai karier Anda sebagai penulis?
GO: Sebagai penulis sendiri, saya paham dengan baik bahwa setiap pekerjaan seumpama anak-anak kita dan bahwa kita biasanya tidak suka berbicara secara terbuka tentang anak yang kita favoritkan. Tapi kalau saya boleh meminta Anda untuk memungkinkan pengecualian di sini dan berbicara tentang beberapa karya favorit Anda, yang mana di antara mereka?
*Percakapan ini bermula dari bahasa portugal kemudian dialihbahasakan oleh Glauco Ortolano (seorang novelis Brasil yang saat ini mengajar di Departemen Bahasa Modern, Sastra, dan Linguistik di University of Oklahoma, di mana ia juga beekontributor sebagai editor WLT) menjadi bahasa inggris yang kemudian dialihbahasakan secara bebas oleh Ganjar Sudibyo menjadi bahasa indonesia. Percakapan diambil dari teks aslinya yang berjudul "AN INTERVIEW WITH PAULO COELHO: The Coming of Age of a Brazilian Phenomenon" dari Majalah World Literature Today, edisi Apri - Juni 2003.
PC: Kematian ideologi belum dinyatakan. Apa yang telah berlangsung adalah kematian seluruh sistem pemikiran kolot. Manusia akan selalu membutuhkan sesuatu yang ideal, karena itu adalah bagian dari sifat manusia. Semua manusia dalam pandangan saya seumpama gunung berapi. Gumpalan terakumulasi tetapi tidak ada yang berubah di permukaan. Suatu ketika seorang manusia bertanya pada dirinya sendiri: Apakah hidup saya selalu seperti ini? Kemudian lahirlah saat persitiwa proses erupsi. Jika ia cerdas, ia akan membebaskan lava di kedalaman dirinya supaya mengalir keluar dan mengubah lanskap sekitarnya; jika ia tidak demikian, maka ia akan mencoba mengendalikan letusan dirinya. Sejak saat itu, ia akan menggunakan semua energi dalam berusaha menjaga gunung berapi di bawah kontrolnya. Saya pribadi yang cukup pragmatis untuk memahami pada saat-saat tertentu dalam hidup saya, maka perlu menahan rasa sakit yang disebabkan oleh letusan tersebut demi menikmati pemandangan baru di sekitar saya. Ada banyak pendapat mengenai mengapa manusia selalu mencari etika sendiri. Seorang teman saya mengirimi saya sebuah cerita; suatu saat tentang seorang manusia yang kemudian memberitahu cucunya, ada sekitar dua binatang yang lahir untuk menghuni jiwanya: anjing yang melindunginya dan serigala yang akan melahap apa pun yang ditemukan. Cucunya kemudian bertanya yang mana yang terkuat di antara keduanya, orang itu menjawab bahwa terkuat selalu yang makanannya terbanyak, tergantung pada keadaan. Ideologi utama umat manusia, dari awal waktu, adalah hormati orang terdekatmu.
GO: Anda telah menerima penghargaan-penghargaan penting oleh beberapa negara, seperti Perancis, Jerman, Italia, Israel, dan Brasil. Apa pentingnya penghargaan-penghargaan tersebut bagi Anda? Apakah sekarang Anda merasa memiliki tanggung jawab sosial yang lebih besar daripada ketika Anda pertama kali memulai karier Anda sebagai penulis?
PC: Siapa saya ditemukan di setiap salah satu buku saya. Mereka mewakili beberapa aspek yang berbeda dari kehidupan saya, masing-masing dengan kesakitan dan ekstasi sendiri. Mereka tidak mewakili alam semesta yang saya idealkan, tapi alam semesta yang telah tinggal dalam saya. Oleh karena itu, saya bertanggung jawab atas setiap baris saya menulis. Di sisi lain, keberadaannya selalu konstan berubah, dan saya harus tetap memperhatikan perubahan ini hingga terus menjadi pantas terkait apa yang saya tulis. Ini adalah jawaban saya: jujur dengan diri saya sendiri. Dan sekarang bahwa saya memiliki status selebriti yang pencapaiannya berat untuk tidak dibayangkan bagi seorang penulis, saya mengerti bahwa saya bisa menggunakan ketenaran saya untuk memperjuangkan hal yang saya yakini. Itulah alasan saya memutuskan untuk membuat Paulo Coelho Institute, yang peduli untuk anak-anak dan orang tua di Brasil dengan stipendium tahunan sebesar $ 300.000. Saya juga telah diterima menjadi terlibat dengan beberapa lembaga yang cita-citanya saya percayai. Saya menjadi penasihat khusus program UNESCO pada Konvergensi Spiritual dan Dialog Antarbudaya, menjadi anggota dari Shimon Peres Foundation, dan melayani di Dewan Schwab Foundation, yang telah menciptakan struktur baru untuk bidang sosial kewirausahaan -- yaitu, orang-orang yang bertanggung jawab tidak hanya memproduksi tetapi juga untuk memahami bagaimana produksi mesti dicapai.
GO: Sebagai penulis sendiri, saya paham dengan baik bahwa setiap pekerjaan seumpama anak-anak kita dan bahwa kita biasanya tidak suka berbicara secara terbuka tentang anak yang kita favoritkan. Tapi kalau saya boleh meminta Anda untuk memungkinkan pengecualian di sini dan berbicara tentang beberapa karya favorit Anda, yang mana di antara mereka?
PC: Jawabannya terletak pada pertanyaan tersebut: kita mencintai anak-anak kita dengan cara yang sama. Beberapa memang membutuhkan perawatan lebih daripada yang lain -- tetapi akan menjadi tidak adil untuk mencoba untuk mengklasifikasikan karya ini atau itu. Kita semestinya tidak menghakimi cinta, kita cuma sebaiknya tinggal di dalamnya.
*Percakapan ini bermula dari bahasa portugal kemudian dialihbahasakan oleh Glauco Ortolano (seorang novelis Brasil yang saat ini mengajar di Departemen Bahasa Modern, Sastra, dan Linguistik di University of Oklahoma, di mana ia juga beekontributor sebagai editor WLT) menjadi bahasa inggris yang kemudian dialihbahasakan secara bebas oleh Ganjar Sudibyo menjadi bahasa indonesia. Percakapan diambil dari teks aslinya yang berjudul "AN INTERVIEW WITH PAULO COELHO: The Coming of Age of a Brazilian Phenomenon" dari Majalah World Literature Today, edisi Apri - Juni 2003.
semarang, 2014
0 pembaca kata berbicara:
Posting Komentar
silakan rawat benih ini