DI
LANTAI SEKIAN
Suatu siang terik ia
pergi ke sebuah keramaian. Setelah meletakkan kuda besinya di luas lahan parkir
yang tak seberapa, ia gegas menuju pusat keramaian itu. Berbekal pengalaman
masa kanaknya, ia menelusuri jalan-jalan sempit cum sumpek yang kanan-kirinya serba padat barang-barang konsumsi -katakanlah
kebutuhan sandang dan pangan-, sedangkan jalan-jalan sempit itu penuh huru-hara
orang-orang lalu lalang. Tapi ada sesuatu yang menarik ketika ia naik ke
tangga. Di lantai yang ia namai sekian itu. Orang-orang ramai mencari buku-buku
pelajaran, ia malah ramai mendapati pelajaran mencari judul-judul buku.
LAPAK
KAYU LAPUK
Kadang, hidup itu yang
tidak realistis. Tidak hanya orang yang hanya pandai bermimpi dan fanatik idealisme di luar realita. Ia
sadar posisi dirinya, ketika ia berada di antara lapak-lapak lantai berangin
terik itu. Demi menemu judul-judul buku yang sudah ada di daftar kepalanya; Ia
tanya satu per satu yang ia temui. Memang waktu itu belum bisa berjodoh dengan
daftar yang telah ia hafal. Satu hal, di lapak yang pembatasnya terbuat dari
kayu lapuk, ia bercengkerama lama dengan harga Kamus Besar Bahasa Indonesia
edisi sembilan puluhan.
LANSKAP
LAWAS
Lantaran sebuah jarak di
luar menuju kota yang katanya bersejarah itu bisa ia pandang, namun di sini,
pandangannya dijejali oleh bertumpuk-tumpuk kertas berwarna agak buram, dengan
warna sampul bermacam. Lantaran sebuah jarak
juga ia ciptakan, di antara arsitektur karsten
dan cetakan-cetakan buku kuno; sebuah lanskap telah menjadi bagian yang
intim dari suatu nostalgia: potret masa
kanaknya bersama buku tulis halus cap banteng.
NAFAS
PEDAGANG TUA
ada yang
terengah-engah di sekitar perhatiannya. setelah ia sempat lewat beberapa waktu
lalu. Sebab ia percaya, pekerjaan adalah soal peribadatan. Ritual nafas yang dihembuskan demi tugas luhur seraya
jujur. Orang itu temannya, yang mengenalkan udara siang di bawah asbes.
WARISAN
YANG BELUM SEMPAT
Hal-hal dunia memang
tidak serta merta bisa diduga. ia mengerti
bahwa manusia mesti siap sedia. kehilangan dan datangnya sesuatu yang sekilas
asing. --menatap kobaran itu dari jauh. meratap ia pada yang belum sempat ia
kenal. Kita mesti berjaga untuk apapun, katanya
HANTU
API 9 MEI
1933 karsten mendesain dengan jeli, seluruh pondasi. Bangunan perkasa untuk
ingatan masa depan.
Jauh sebelum ia
merencanakan untuk kembali mencari halaman-halaman yang hilang dilalap si jago
merah dan tak berpikir tentang asuransi.
*tersebab terbakarnya Pasar Johar
Semarang,
2015
0 pembaca kata berbicara:
Posting Komentar
silakan rawat benih ini