5.18.2015

MEDIA INDONESIA, 17 MEI 2015 DAN TEKS ASLINYA


Berikut kabar dari sebuah media massa yang memuat dua puisi saya (yang mana teks aslinya diedit secara... hmmm).



TEKS ASLI:


ANTOLOGI SEBELUM MENEMU RUMAHMU

1. 
jam begini aku masih hendak terus menemukan kamu;
entah aku beranjak dari alamat mana
jalan-jalan dan tikungan-tikungan yang
bergerak melintasi tubuhku, pikiranku
perasaanku atas kamu -- aku tak pernah
tak berdaya. segala pencarianku bukanlah
mudah berhenti ditentukan waktu, sebab jarak
menguatkan otot-ototku untuk berjalan
memandang hanya ke depan 

2.
nama jalan tak pernah kuhapal
hanya nama tinggalmu kurapal;
perjalanan teramat panjang ini
adalah pangkal ketika diri
dibenturkan oleh bahasa
yang disampaikan rindu,
melubangi dadaku yang tajamnya
mematahkan ulangan-ulangan
ingatan

3.
menuju rumahmu
tak akan bisa ditebus
dengan doa yang biasa-biasa
airmata yang biasa-biasa
atau puasa;
sebuah usaha keras dilakukan
seperti menaklukkan kata-kata
sebelum dibentuk sajak
yang matang benar
sebuah silih mesti dirayakan
seperti itikad seorang penyair memilih
sendiri, sembunyi dari keramaian abad 

4.
rumahmu melebihi apa yang pernah
kutemukan di dunia;
melebihi kepercayan-kepercayaan
aku akan masuk surga
jika aku rajin mengumpulkan pahala
-- ah! surga yang mana?
sebab mengucap sumpah adalah kamus bebal
dari orang abad yang tak berani menepati janji
dan demi hidup yang maha penyair,
izinkanlah segala kelelahan ini
jatuh mencium tanah rumahmu


2014



ABAD YANG SELALU BAHAGIA

ia seka wajahnya yang terhimpit tingkap gedung-gedung
roda-roda jalan, asap, limbah liar yang tumpah, dan jadwal
penggusuran. perayaan-perayaan yang tumbuh meriah
di antrean mimpi-mimpi orang yang terbukti kesejahteraannya,
di antaranya kesakitan kiri berjejal di tubuh-tubuh kemudi
atas rasa cemas terhadap matahari masa depan. udara abu
menempel di pipinya saban kali ia menengok ke kanan,
sebab di hadapannya setiap rumah menjadi tempat ibadah,
dan batu-batu yang dibuang oleh para tukang bangunan
menjadi hiasan sepanjang sejarah yang disembunyikan dari
catatan rahasia sebuah rezim.

sebuah abad yang selalu bahagia; dari orasi aristoteles sampai
rama dalam kacamata gandhi, ketika masing-masing
kemiskinan yang miris kembali untuk menatap matanya;
sebab katanya, itu semua surga yang merdeka dari cinta
luka-luka batin nenek moyangnya


2014


0 pembaca kata berbicara:

Posting Komentar

silakan rawat benih ini