PERCAKAPAN ANTARA LAWRENCE DENGAN AMICHAI [1]

Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)

11.30.2015

PEREMPUAN A

: hester prynne  sebuah panggung telah disiapkan, para penonton dan nyanyian hukuman: lapangan bagi yang bersalah. perempuan yang menggendong anak di antara kerumun para pendakwa. ia yang menyangka setiap pagi adalah jalan keberanian untuk bersaksi bahwa cinta tidak bisa diadili dengan prasangka apa-apa; perempuan itu memberkati nasib di punggungnya, memegang kebencian para puritan untuk dilempar ke semak belukar, di luar sana penduduk...

11.29.2015

KEPADA INGATAN

sebenarnya ia sudah tak tahan bagaimana memperlakukan segala yang pernah tercerap, bergerak seperti sesuatu yang tak mudah dimaafkan ia hanya hendak belajar bagaimana cinta mesti patah serupa dahan-dahan pohon tua, lalu tumbuh tunas pada dahan lain sebenarnya ia sudah tak tahan tapi napasnya yang terpotong-potong oleh matapedang malam panjang terus membuat kedua matanya menutup membasahinya sampai kering sampai benar-benar tawar ingatan,...

11.28.2015

TERPUJILAH KEPALA: LAUT YANG PENUH KUNANG-KUNANG KENANGAN

aku hendak melarungkan namamu, di hadapan misteri yang mahamistik. aku hendak menenggelamkan diri dalam goncang ombak lautan, dalam diri para pesiar berbulan-bulan lamanya--tanpa menyebut namamu. bahwasanya ingatan adalah anugerah yang tak bisa dikutuk sesiapa, aku tetap teguh menyiarkanmu demikian gelombang utara mengucilkan harapan tanpa kompromi, mencuri seperti kematian. aku hendak menjauhkan namamu, sejauh lafasku yang mengingkari keutamaan...

11.27.2015

MEMBAYANGKAN ENGKAU, JOHN

membayangkan engkau mengunjungi sebuah negara dengan para rakyat yang saling menyimpan pistol di dada mereka, mengunci rindu yang pangkal bencinya menolak keadilan didentangkan sebagai reklame-reklame janji membayangkan engkau dalam suatu konser bertema jalan raya menyanyikan imagine di hadapan anak-anak jalanan, gelandangan, para pengemis dan orang-orang kesepian di lampu lalu lintas yang menyala selamanya merah; memandang engkau berdiri di...

11.26.2015

CERITAKAN KEPADA KAMI SOAL MARQUEZ, O VELASCO

ceritakan kepada kami tentang memori yang terpelanting sebagai awak kapal di pelabuhan cartagena. o velasco, dengan suara camar yang mengantar angin buritan melekuk- lekukkan gelombang. kota-kota telah dikepung air dan sebagian telah karam berabad lamanya. kami telah mendengar soal marquez, pengarang itu. yang baginya pahlawan bisa membedakan suara tuhan dan setan.  ceritakan kepada kami ya velasco, tentang tempat berlabuh dan...

11.25.2015

MELIPATGANDAKAN KETIDAKBAHAGIAAN

diperaslah jiwanya, seperti tubuh-tubuh para buruh kekuatan yang sebentar karam. menyisakan yang dikenang dalam kantung matanya. sebab hampir setiap malam ia dihadapkan pada lintasan-lintasan nanar yang memancar dari rak-rak bukunya. album-album itu. ia bahkan tak bisa melerai yang sedang bertarung di dalam pikirannya. diperaslah jiwanya, di ruang-ruang sempit yang pengapnya berangsur membuat kuyup sekujur badan. mimpi-mimpi telah dicatat sedemikian...

SEORANG SEPERTI AYUB MEMASANG LIANG BERPASIR

"sesungguhnya, orang bodoh dibunuh oleh sakit hati,dan orang bebal dimatikan oleh iri hati"[ayub 5:2] suatu pertanda yang sebenarnya ia hendak menolaknya membiarkannya berlalu; ia hanya memalingkan wajahnya menatap bahwa yang sarat ratap bersegera hablur lalu disimpan kubur terdalam. suatu pertanda yang tiba-tiba menjadi kabar seperti titah pencuri dalam sebuah sabda, mengucilkan nasibnya sekali lagi. melarikan keperkasaan yang sedang meninggi...

11.24.2015

SEORANG LELAKI YANG TAK PUNYA KESEDIHAN PALING MESRA UNTUK MERAYU

ada jalan yang mesti dilalui orang-orang, ada jalan yang hanya dilalui orang-orang tertentu. tapi, tenanglah, semua jalan dijadikan hanya menuju satu kesatuan. begitu seseorang lain berucap lirih kepada seorang lelaki sepetak kamar berukuran sepasang kekasih mulai menjelma bangunan sendirian. tapi memang seperti belum ada bahasa untuk mewakili segala kenangan yang pernah bernapas di dalamnya. seorang lelaki berusaha melupakan sekuat tenaga;...

11.23.2015

MENCIPTAKAN AKU

sejak itu aku menciptakan langit mangsi di dalam dadaku sendiri lalu musim baru yang menyemburkan kenangan-kenangan pada sejarah yang mulai bisa dipatahkan. waktu telah membukakan mata, kata-kata adalah pisau masa lampau yang kembali diasah dengan didih nafas gambar-gambar catatan di hamparan kepalaku. sejak itu aku menciptakan badai deraan perasaan pada ambang cinta usang yang mesti dikemas dalam kardus bekas. sebab itu aku tak hendak kembali...

MORFIN DI BANGKU KERETA

kita tak sedang bercanda, flu di tubuhku terus memburu kota sarat lelah-wajah di perhentian selanjutnya; kita yang sebenarnya sedang didera kabar, pada jalan tak pasti, ke mana kita musti sembunyikan masa depan? peluit panjang, antrean para penumpang aku berdiri meninggalkan kotamu, lalu kursi-kursi tunggu seolah hendak menegaskan bahwa manusia pernah sendiri di hadapan deret penantian. pintu kereta dibuka, para penumpang menjemput bangkunya masing-masing. di peron yang tak asing bagi kita. aku tak lagi fasih menyebut namamu, mengingat...

11.10.2015

BUNGA DI TANGAN MONSINYUR

gerimis menandai ini awal musim yang lain kesudahan untuk musim yang lalu. laron-laron mulai beterbangan di mendung pagi. awan-awan memang sedang kelabu. seperti puisi yang pernah ditulis, barangkali mereka sedang menjelma para malaikat, sedang hendak menjatuhkan sesuatu gerimis mungkin mitos bagi sebagian manusia tapi tidak bagi bunga-bunga. tangkai yang telah melahirkannya. mekar setelah kuncup. menunjukkan lekuk dan warna. ini awal musim yang lain; sementara bunga-bunga tidak hanya sedang akan mekar di hutan tropis. manusia menanamnya di mana-mana. musim...

INSANG KOTA

bila kenangan buruk rupa berlanjut di jalanan, mendung yang pertama di pancaroba. rasa-rasanya aku semakin kesulitan menerjemahkan kamu. tapi ini laku yang asyik, bukan pertama-tama hujan sebentar lagi menjatuhkan matapuitik, ini soal hubungan kita yang diciptakan kota beserta benda-benda sejarah yang membikin bernama. memang susah benar, kutemukan kamu di kantor-kantor yang berisi peraman masa depan. bernapas di sini seperti diajarkan untuk menjadi diri lain, bukan diri sendiri. tapi sekali lagi, hidup mesti dilanjutkan sebagaimana musim, musim...

11.09.2015

MEMANDANGMU DARI KEJAUHAN

yang berjejal dan berikat masker. hanya di rute paling hibuk ia menggantungkan kedua lengan saat berdiri pada sebuah bus yang berusaha memasukkan hasil pembakaran di dalam tas ransel dan seluruh agenda halaman buku pencari kerja. di sini kota tempat teks puisi ditenggelamkan, ujar seseorang. itu tak lebih bernilai daripada sampah-sampah yang dianggurkan oleh karena keringat para sopir angkot menandakannya tegar pada getar klakson yang nyaris tak putus-putusnya; ia hanya percaya: selain ia mesti menyimpan keringat ibukota separuh kaum gipsi telah...