Masih Membisu**
Orang-orang memanggilmu,
Merapi.
Menjulang tinggi tembus cakrawala
Laksana raja bertakhtakan mega
Naungi seribu jiwa penuh dosa.
Betapa bodoh kami ini,
berpaling sudah dari isyaratmu
yang terus merintih dalam bisu.
Kadang kau adalah surga,
namun juga hadirkan luka
sibak jendela tabu
antara mati dan dosa.
Kini kau,
Merapi
Ah. . .
Marah, murka, atau malah
Lara?
Bisu, masih bisu.
Mengapa kau hadirkan bencana
Di tanah daku ini?
Abu, wedhus gembel, lahar,
Menu favoritmu
Sudah. . .
Sudah. . .
Wahai Tuhan yang Maha Baik
Dengarkanlah doa kami,
Agar para petani,
Kembali memabajk sawah.
Agar para siswa,
Kembali ke sekolah.
Kini tinggal posko-posko kecil
Sebagai pengganti rumah,
Tuhan. . .
Akankah desaku masih sama seperti dulu?
*siswi kelas I SMA
**salah satu puisi yang saya himpun dari salah seorang remaja korban dampak bencana merapi
merapi merupakan tamparan
BalasHapusataukah suatu pertanda bagi bencana yang lebih besar
tapi yakin bahwa ini bukan azab
yakin bahwa ada suatu makna
yakin bahwa rencana-Nya tak pernah cacat
andai dulu aku bisa membantu..