“Kenangan, kenangan, apa yang kau harapkan dariku?”
[Paul Verlaine]
i.
tiga kartu tarot yang terbuka itu membacamu, sekali peristiwa
(mereka bukan bahasa tiba-tiba dari wajah orang-orang)
kartu pertama, ada sesuatu yang berat jatuh
dari langit. tujuh tongkat dan seekor anjing
menyaksikan: seorang ratu mematahkan
sebatang kayu
kartu kedua, tiga orang berjubah di atasnya
tiga bintang bersejajar
kartu ketiga, seorang prajurit berkuda
membawa sebuah cawan, prajurit itu baru saja
datang dari medan yang ingin dilupakannya
tiga kartu tarot itu tak lelah membuka, sementara
berkali-kali aku mengirim pesan pendek kepada kekasih
sebelum pada akhirnya orang-orang kepayang
masuk menuju penafsirannya sendiri-sendiri
ii.
pohon-pohon karet yang condong, mata kita tak tegap
tubuh kita linglung. aku berlangsung menulis kalian
tanpa mesti ada kertas dan tinta. kata-kata telah sepenuhnya
beringsut pada penantian, sebab ketika orang-orang masih
mempercayai matahari yang tak mungkin mengirimkan angin
dingin, aku mempersalinkan diri melebihi ucapan dan puisi
yang hanya
di atas sini tak ada selimut lagi, aku mengenakan sarung,
daun-daun gugur dan suara imsak terdengar sekali lagi
iii.
sekelompok pemuda membangun percakapan
dengan perapian. pukul setengah enam pagi,
masih saja ada yang khusyuk membikin kenangan
dari orang-orang pergi dan kartu tarot bergambar
tujuh pedang menusuk mati seseorang
sekelompok pemuda akhirnya kembali
begitu pula kesepian yang kerap dirasa berulang itu
: terjemahkanlah aku, katanya
iv.
tuan, puan,
saksikanlah
ini panggung
adalah acara yang tak pernah selesai
pun masai dari almanak kesekian
tuan, puan,
merendahlah
itu aku yang sama seperti kalian
belajar merawat panggung
dan kenangan bergantian
sebagai penonton
Sono Keling - Semarang, 2012
8.16.2012
SEBUAH TAROT PANGGUNG, CATATAN YANG KEDINGINAN, BESERTA FESTIVAL YANG SENDIRIAN
11.59
No comments
0 pembaca kata berbicara:
Posting Komentar
silakan rawat benih ini