ia berjalan pelan menuju sebuah taman;
taman yang penuh bunga-bunga dan daun-daun
jatuh. di kursi yang hanya ia, setiap senja
ingin saja ia simpan pada selaput embun
untuk esok pagi. senja adalah perihal pemandangan
yang ramai dikunjungi anak-anak. sebab orang-orang
cemas selalu merindukan ini
ia tak ingin terjebak pada imaji:
jalanan lengang di luar atau
ingatan kenang di kepala.
maka ia duduk saja mendengarkan
apa yang berlalu, berlewatan
di hadapannya. mata yang kosong itu
sebenarnya telah hibuk melepas
sepanjang pemandangan yang suaranya
seperti deru ombak malam hari
ia mencoba melepas tubuhnya
sebab terlalu pengap ia kenakan
hingga ia mencari-cari celah
tubuh inikah atau jiwa inikah
yang harus tanggal seperti daun-daun tua;
dalam kolam ia mencoba bercakap pada
bayangannya
siapa yang membungkus rona senja
menjadikan kita kerdil, asing di rumah sendiri
....dalam dada, kita mengenal tepukan-tepukan
suara-suara yang malu untuk diketahui siapa
“tuanku, sayangilah riuh ini
sayangilah daun-daun,
mereka sedang berdetak di atas tanah.
menunggu angin menariknya
percaya saja,
kelak segala yang asing akan hanyut
dengan sendirinya”
begitu katamu
ia berjalan pelan meninggalkan taman
keluar dari rumahnya, memeluk anaknya
menyepikan tahun-tahun yang linang
(daun-daun diam begitu saja)
seorang penyair datang dari kejauhan
menyulap daun-daun jatuh beserta air kolam;
ia tetap saja memeluk anaknya
menyepikan tahun-tahun yang linang
mengecup kesunyian
yang tumbuh menjelma daun
2013
5.10.2013
MEMUNGUT DAUN SAPARDI
18.37
No comments
0 pembaca kata berbicara:
Posting Komentar
silakan rawat benih ini