dini
hari dalam halaman-halaman bukumu
kutemukan
seekor anjing menyalak di hadapan
dongengmu:
malin kundang keluar dari nyala televisi
yang
separuhnya hampir terbakar oleh kemarau panjang;
dunia
kian riuh, sindu. malin tetap tak percaya benar
ia
dikutuk ibunya – jauh di seberang pulau, laut jawa
yang
perkasa kini menyimpan suara-suara
panggilan
burung-burung
yang tak kembali. sarang yang semakin
tak
mereka kenal, sebab kota-kota telah pengap
diikelilingi
hitam sungai, pohon-pohon tumbang
digantikannya
gedung-gedung bertingkat seribu satu
zaman
yang berang, kekupu hanya menelorkan
kepompong-kepompong
busuk, rama-rama
yang
kehilangan rumah, kelelawar petang hari
mengunyah
buah-buah doa yang ritusnya tak dijaga;
lalu
gerhana yang katamu mengajak sangkuriang
mengaku
dosa di depan wajah-wajah barbie
di
salon-salon kecantikan – nah, ke mana anak-anak
sekarang
mendandani diri dengan layar-layar video kekerasan
dan
buku-buku pelajaran menjadi robot penyantap
mie
instan?
ya
ya
...ya
sindu
dini
hari aku melihat api di ketinggian 1000 kaki
lewat
bahasamu mau kau apakan sejarah dan kisah
yang
tak akan pernah bisa menjadi abu;
barangkali
hanya ada sayup gonggong anjing dari kejauhan
melihat
negeri yang ngeri dilupakan tuannya
2014
0 pembaca kata berbicara:
Posting Komentar
silakan rawat benih ini