~ bencana merapi dan mentawai * ada orangorang menggulung dadanya yang rusak sedang kami menjadi batu di masing-masing mata; ikat yang kami kenakan di kepala begitu pitam menanyai ke mana tubuh lain yang sedang gagal mengikat liat airmata kami kini, orangorang itu tumbuh menjadi tanah pekuburan dengan segala pengingatan untuk melupakan siapa dan apa yang menamakan dirinya mayat; maka kami tak akan merusak mata dan dada yang engkau berikan, ibu- -sebab di desa dan pulau kami masih setia memeram lara di pundak dan menanam bunga kamboja putih di setiap kepala ** pulau kecil kami sedemikian sesak oleh tsunami yang ingin belajar diam dan redam pun ombakombak lautan tak kenal lagi ke mana ia biasa menjadi anak pesisir jauh di matadoa kami yang kecil, kami tak pernah ingin rumah menjadi pasir menjadi remasan bagi dada kami masing-masing *** apakah engkau sungguh tidur atau sedang insomnia di desa kami yang sorga? biarlah kami sesekali menjadi debu dari arah gunung menjadi awan yang panas dan lahar yang dingin lalu berkalikali bernama jasad yang menuju lugu bibir pertiwi kami sebagai pertanda bahwasanya kami sedang tak ingin datang menciummu, ibu? 2010
11.04.2010
MAAF PERTIWI KAMI SEDANG TAK INGIN MENJADI ANAKMU, IBU?
16.59
No comments
0 pembaca kata berbicara:
Posting Komentar
silakan rawat benih ini