PERCAKAPAN ANTARA LAWRENCE DENGAN AMICHAI [1]

Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)

2.25.2011

PRIMUM EST NON NOCERE*

sejauh aku mengikrarkan bahwasanya senja, takkan larilebih dari sehari ketika aku mendekapi angin yang lekasbersetubuh dengan kota kota pesisir. sejauh itu, aku menanampepohon kelapa di kepala supaya bersiuran menghadap ombak:gelombang gelombang masa kanakku yang bahagia membangunrumah rumah pasir…..beserta ibu dan bapak, tepian ingatan. karena masa silam menempuh jaraknya sendiri, menyuburkanmasing masing kepala tanpa merusak masa depan. dan sekarangaku belajar menemukan nasihat yang sedang menjadi pria tuaentah ke mana ia ada. sebab aku pernah...

2.24.2011

KELINDAN

untuk pakdhe totok[i]rindumu mesin jahit yang memilin. seperti jenteratakkan berhenti berputar dari jarum ke jarum, dadamukini lubang yang kau namai lubuk di gambar baju koyak.rindumu menciptakan jahitan jahitan ikan yang sabarmenyarangkan telur di tubuhnya. dan bajumu adalahbekas rajutan kekal dari rusuk ke rusukberlambang kuk dengan genangan darah ikandi bawahnya. [ii]sekarang jari jarimu tak lagi lihai, memindai kepiluan yang pintal.sedang cincin di kelingking kini penuh kutuk uzur namamu;berkali kali ibumu nyaring di telingamu, memintabenang...

2.19.2011

SEPATU RAK SEPATU

sore sore, saya membersihkan rak sepatu. rak sepatu ini tergolong kekarsudah sejak tahun delapan sembilan masih saja berwarna cokelat muda.masih tahan menampung dua puluh satu pasang sepatu. pun, tidak adarerayap yang mau berkoloni membangun sarang. saat bersih bersih, sayamenemukan sepatu milik ibu saya yang penuh debu. entah, kapan terakhiribu memakai sepatu di tahun kemarin. tapi sepatu ini seperti tak berhentimemohon supaya ada yang mengelapnya. saya mengabulkan permintaannya.sepatu ibu ternyata warnanya sama dengan rak sepatu. ah, tapi untukapa...

KEPRIBADIAN SEORANG SAJAK BERNAMA GANZ

di sajak yang tak ingin bohong, saya sungguh merasa jadi seorang ganz;penyair muda yang sedang berbangga belajar ilmu psikologi. ho ho ho.tentu, saya terbaca terlalu narsis sebab ini langkah saya supaya eksis. ya ya,bolehlah jika anda berpikiran saya ini ganz si penulis yang kerap mencetuskansajak sajak, esai esai, dan sejumlah pemikiran absurd di facebook. namun,bagi anda yang terlahir sebagai kata, saya berharap anda masuk di ruang saya.bukan untuk menjadi ganz. tetapi untuk menjadi anda. karena anda tetap anda,saya tetap saya, ganz tetap ganz....

KURSI TUA YANG TERBAKAR

jendela itu sekarat, mungkin sebentar lagi meninggal di tubuhnya keluar asap asap. seketika seorang penyair dudukmeramalkan usianya sendiri sepeninggal puisi tak lagimenjadi sebuah taman bermain yang luas bagi masakanak kanaknya, melainkan keranda bagi dirinyasetelah kursi tua menyematkan apilebih panas dari bara merapi tahun silam. jendela itu penyair. kursi tua itu puisi.dan seseorang itu adalah jasad merekayang tak ingin kubur dari masa. 2...

2.17.2011

CINTAMU DAUN PEPAYA

cintamu masih kukepal, seperti senja biasanyadan sisa bau rambutmu masih menggambar ramalanguratan di telapak tangan kiriku. sesekali aku membuatlobang yang pernah mendadaimu, mengucap bahwaaku tak pandai membawa ke mana bau rambutmu haruskusimpan. aku sekali lagi masih senja. ya. dan kaukini berambut remaja bersama segenggam perasaanyang tak mau jatuh. cintamu masih kukepal. jari jariku kesemutan dan hampir beku.aku ke luar. ke luar jemariku. di luar sanakutemukan sebuah pohon berbuah di pekarangan. ia yangpaling tinggi dan sedikit dahannya. satu...

2.13.2011

SEORANG ANAK DAN KELERENG

[1]seorang anak keluar dari senjamencari kelerengnya yang hilangdi tumpuk pasir, ia temukankelereng kelereng berjatuhandari dasar matanya [2]sepasang kelereng ia simpan di sakukecilnya. saku berlubang, kelereng hilang.ada pak guru lewat menggariskan tanahtempat kehilangan adalah keterbatasan.di perbatasan, sepasang kelerengia gariskan sebuah tanda tanpa namabahwa permainan tak segan mengenalanak berseragam apapun [3]seorang ibu bingung, anaknya pergientah ke mana di pojok gang rumah sebelahdi bawah pohon kresen, seorang anaksibuk menghitung kelereng...