PERCAKAPAN ANTARA LAWRENCE DENGAN AMICHAI [1]

Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)

11.29.2011

MEMBURU PERTANDA

gerimis adalah perjalanan muda yang menerangkanair serupa pasir-pasir yang dari jauh ke kakimenginginkan naik ke atas kepala kita,ombak seperti bersikeras menghabisi karangkarang di tepian, entah bagaimana kita kianhangus saja sebagai pendatang. hangusditemaramkan matahari yang hampir masukke laut jauh itu--tanpa percakapan dan ucapanselamat jalan.sungguh, kita tak tahu menahu bahwasanyapesisir ini semakin basah menyertai tubuh kitayang lelah. padahal di sini sebuah perahu menantikankelepasannya dengan gagah untuk bisa mengangkutmatahari selanjutnya....

11.24.2011

KERIKIL YANG ASING

jalan raya pudak payung menuju sukun:sepanjang jalan itu seperti mempertautkan antara yang kelak dan barangkali, yang kelak: seketika tujuan adalah muka yang perlu kita kembalikan kepada nafas pengharapan pada kegelapan, baik di atas langit, baik di dalam tanah yang barangkali: seketika perjalanan adalah uji coba perjalanan selanjutnya tanpa begitu ambien dengan keramaian pun kelengangan kedatangan-kepulangan, kecemasan-kebahagiaan lalu kita mesti fasih meletakkan segalanya pada sebelah dada yang tepatsupaya tak...

11.22.2011

VIGILI SEORANG WARIA TULI DI PINGGIR KALI BANJIR KANAL

yang datang atas nama luput bunyi doa panjang,panjang sepanjang deras arus kali iniantara geliat hunian triplek dan kayukerlip lelampu yang sama seksinyadengan lelagu dangdut koploberjogetlah tuan!bersama busung dada palsuku:--terpujilah bahasa manusia yang dibungsukankemuliaan kepada kecemasan,ia begitu sabar memerankan malaikat kecildi malam sewaktu gambar bulan datangmengambang sebagai jelangkung dengan luka jantungpada lolong muka muka mata yang tak pernah menamakandiri manusia--salam ya suara suara telanjangseperti permulaan saban orang orang...

ATAS NAMA SAMPAN

atas nama sampan, tariklah aku ke luap sungaike negeri air bengawan—ke negeripaling ngeri rakyatnyaatas nama sampan, kemudianlah kita menyatakanbahwa air itu telah membakar rumah rumahpinggir kali hitam. lalu aku melihat beberapapetani mengairi hijau pepadi denganapi hitamatas nama sampandada kita telah sama sama sumpahkepada setiap arusuntuk diangkat, diayunkan,didorong ke pinggiran yang lebihtenang riciknya. tak lagi jauh pasangtak lagi berwarna apiatas nama sampan, nenek moyang kitaadalah perahu bocor2...

KELUH KAU PASANG SORE DI JEMBATAN KARTINI

oleh karena sepanjang rumah di pinggir kali banjar timur kau panggil kematianbertalu-talu yang berlalu lama mendiami isyarat kehilangan kota--peta yangsebentar dilupakan orang-orang. seketika kau seolah dijatuhkan burung pelikansore itu ke air yang terbakar tanah. sore itu terlalu muda untuk kau maknaisebagai angin yang lantang berlari dari selatan, dan derak jembatan akan terusmenyuarakan seberapa jauh kau mesti berkata kepada dirimu sendiri--seberapa luas kau simpan keluh di kesesakan tanpa harus menyatakansesal demi sesal. sungguh kau, meski...

ELEGI YANG MENULISMU KEMBALI

tertanda m.p. "1. ada wajah ada yang mulai menulismu dengan hati-hati"maka kau kembali kepada waktu yang pernahmenyempurnakan muasal rajah di tubuhmu:o, dengan penghiburan kutulis namadengan kesesakan kutulis nama,nama itu engkau yang turun menjadibasah ke pipi. basah menjadi putih di bibirmukarena sejatinya segala peristiwa yang demamtak akan membuatmu pucat, atau sepasi harapanyang suatu waktu kuletakkan di dingin telapaktanganmu:inilah pertemuan yang kusangsikaninilah pengembalian yang pernah kita percintakantanpa perhitungan "2. ada puisi...

11.04.2011

MATA PECAH MATA PEJAM

…Dan kini mataku pun bersenandung. Tatap tajam-tajam iramanya, lempar dirimu ke dalam api.” [Octavio Paz] - Lelaki itu paham, ia tak sedang memelototi jendela yang sarang atas debu bertahun-tahun. Debu yang sewaktu-waktu ia pasang di mata sipitnya. Hanya di matanya yang sipit dan sayu itu, ia pernah simpan sesarang debu demi setetas nazar. Sekali lagi, ia tak sedang memelototi jendela, hanya saja entah kenapa ada yang layak ia pertahankan di lubang mata setiap menjelang pukul setengah enam sore. Pun, ia tak jarang mengaduh karena kegetirannya...

EUROPESCHEBUURT*

karena langit terus basah50 bangunan lupa ke manajalan pergi ke abadnyakita masih menghitung lelampu yang padamdi sini dengan sekalian pencahayaan tanpaada banyak laron datang menyalakan kegelapan,ruhku seolah bersegera merasuk ke perlintasanera-era yang didirikan mengimitasi kampung asing,padahal aku seringkali bertanya-tanya: paving-pavinginikah yang membuat kenangan melahirkan suara-suaraderap-derak orang-orang pertengahan, para pedagang,dan runtuhan kastil--inikah jalan yang mengasingkan kotanyasendiri, lantas kita ikut melupakan arah di mana...

11.01.2011

PAGI DAN SEGELAS SUSU INI KEKAL SEMENTARA MENJADI AIRBIRU MATAMU

seperti pagi ini yang kau panggil-panggil dari uap susu panas, lihat saja rasa ngungunkuyang terbias di percakapan warna putih tulang semakin renyai menembus alam pikirtentang kenapa kita mesti menyeka airmata. dari es yang pagi-pagi sama-sama beruapseumpama susu panas itu, aku tak yakin bahwa kegiatan minum-meminumterlalu sentimentil untuk disebut ibu dari segala kepanjangan awal hari. segelas susuwaktu itu menciptakan pagi yang tak pernah fiksi. setiap hari, kasihku. dan kau pastimengenali upayaku menerjemahkan deru mesin yang mulai mendera kesunyiandi...