PERCAKAPAN ANTARA LAWRENCE DENGAN AMICHAI [1]

Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)

NASIHAT-NASIHAT BEN ONKRI

Bagian Satu: 15 Nukilan “A Way of Being Free” (Phoenix House, 1997)

SESEORANG TELAH MENGACAK-ACAK MAWAR-MAWAR INI

Terjemahan atas pembacaan cerpen Gabriel Garcia Marquez

CETAK ULANG: "PADA SUATU MATA KITA MENULIS CAHAYA"

Cetak ulang buku Sepilihan Sajak oleh penerbit Garudhawaca

WAWANCARA ORTOLANO DENGAN COELHO

Terjemahan atas pembacaan wawancara antara Glauco Ortolano dengan Paolo Coelho

8.22.2011

TAKDIRKAN AKU SEBAGAI KATAKMU
















tertanda nenek lampat


[i]
selama perut masih girang beribu tahun lampau
selama dirimu tak pernah fiksi,
izinkan aku membenamkan diri ke rahim kesepianmu

lebih sulit rasanya jika batu batu ini kujelma
sebagai bunga bunga liar di ladangmu
daripada menjadi mahkota pangeran
sebab di rabun usiamu, aku belajar menghayati
tawar airmata mana yang benar benar menenggelamkan
warisan cinta adam

sebelum aku menatap nanar sesudah segalanya
lenyap karena tertelan ludah sendiri—sesudah manusia
tak lagi mengenal hikayatnya sebagai penyempurnaan
makhluk, aku benci dan sangsi jadi manusia
nek!

[ii]
niscayalah bujang katakmu, tak sekali anakmu semata
niscaya zamanmu itu nyata di belakang abad danau toba
dan seketika orang orang menamai sebuah tempat
dekat jurang terjal di jawa
:tangkuban perahu

ini aku. datang dari milenium ketiga
yang bersedia diberkati olehmu—oleh rapal doa doa
menjadi anak kedua berkulit hijau licin
bermuka katak

ini aku. jemputlah ke masa kini
atau doakan aku
supaya bisa tiba ke masamu
walau terkadang di duniamu
matahari tampak bayang
manusia tampak binatang

[iii]
silakan datang, nek
lahirkanlah kembali aku.
dunia ini bisa kau cipta
sebagai masa lalumu

dan barangkali, di balik kaki bukit itu
--yang kini penuh televisi, internet
blackberry pun ipad;
ada keyakinan
bahwasanya mereka tak pernah sanggup
memfiksikanmu juga si bujang anakmu
sama dengan manusia

“nenek lampat, demi namamu
aku takdir kemanusiaan katak
aku takdir hidup musibah milenium masa

takdirkanlah aku”




2011
Puisi ini terinspirasi dari sebuah pembacaan cerita rakyat: Si Bujang Katak
(Puisi masuk dalam antologi Pertemuan Penyair Nusantara v: "Akulah Musi")