PERCAKAPAN ANTARA LAWRENCE DENGAN AMICHAI [1]

Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)

NASIHAT-NASIHAT BEN ONKRI

Bagian Satu: 15 Nukilan “A Way of Being Free” (Phoenix House, 1997)

SESEORANG TELAH MENGACAK-ACAK MAWAR-MAWAR INI

Terjemahan atas pembacaan cerpen Gabriel Garcia Marquez

CETAK ULANG: "PADA SUATU MATA KITA MENULIS CAHAYA"

Cetak ulang buku Sepilihan Sajak oleh penerbit Garudhawaca

WAWANCARA ORTOLANO DENGAN COELHO

Terjemahan atas pembacaan wawancara antara Glauco Ortolano dengan Paolo Coelho

5.28.2009

TENTANG SENJA


5# - decresendo

C#m

Alfa di C#m. Desiran ombak terus menggerus karang-karang pantai yang lama dipenuhi lumut dan lapuk, kini.

Di teduh pantai itu. Ada sangkar nada. Mulailah berdecak, maka.


Dm

Berlanjut ke Dm (menggantikan kunci sebelumnya).

Langit yang menjingga dan nyiur dahan-dahan kelapa memanjakanmu. Lama setelah kau terus menampakki wajah-wajah kesal, murung atau karena dikejar waktu. Namun, penyabar kau. Menepis apa pun. Bukan karena apa. Melainkan kau memang betapa...


Em

Lantas bersambung pada Em.

Sesungguhnyalah, dengan warna nadamu kepada

segala. Segala yang tak tertuliskan, tak terlukiskan, tak terpetakan. Dibawanyalah kepada ombak untuk ditepikan. Mengendap lalu. Olehmu yang menjadikan segala, seperti bunyi-bunyian yang takkan pernah terdengar kembali sampai malam usai menggigil.


G

Berkabunglah.

Karena pada hakikatnya sama. Sama. Akhir yang tak terhindarkan. Akhir yang tak pernah sia. Ya. G menjadikan akhirmu. Ingatlah kita akan ini. Akhir kita. Akhir kau, aku, dan dia.

Segala mengendap, mengendap segala.

Oleh senja. Senja. Senja.


TENTANG SENJA


4# - aku, kau dan perempuan itu




Jurnalku masih berkutat tentang kau. Tentang kau yang tak sedang beranjak karena perempuan itu.

Tak habis kumeminummu. Mata-airlah kau. Semenjak puisiku masih sanggup menyelami lautanmu

menemui wajah-wajahmu tersipu malu selalu di sudut mataku.

Jurnalku masih berkutat tentang kau. Tentang kau yang tak akan beranjak karena perempuan itu.

Tiba-tiba saja kau bersanding bersama keriut pohon-pohon bambu, menyandarkan tubuhmu. Dan serulingmu kau mainkan seiring menyurutkan wajah malumu sembari menanti perempuan itu berlalu di depanmu.

Jurnalku masih berkutat tentang kau. Tentang kau yang dinamakan senja karena perempuan itu yang dinamakan rembulan mungil yang hampir lewat.


TRILOGI LUKISAN DEWI DURGA

1#


akulah sebabmu

ada dan tiada

yang adalah alasan manusia berwajah


akulah akibatmu

gurau dan sendu

yang adalah petuah ciptaan manusia


akulah lembaran potret tak sangka

tergurat oleh karmawibhangga


dipahat hingga berbentuk relief -yang-hidup-

terpaku oleh tangisan nafsu

dipahat hingga masih tampak luka yang sama

teriris oleh hujam kama


akulah kamadathu

kamadhatu akulah


2#


akulah yang terkubur di antara

nisan-nisan asing

terpatri oleh rupa simbol

kembali sama dengan manusia


merekalah,

jatakamala

lalitawistara

gandawyuka


menjadikan relungmu oleh bentuk

terukir kepada jalanmu

likaliku yang dikutuk


menjadikan pula relungmu oleh rupa

terukir kepada dagingmu

kesementaraan yang tak tahan busuk

akulah rupadhatu

rupadhatu akulah


3#


akulah -yang-abadi-

tampakku hanya dalam berkas

tak rupa, tak bentuk


akulah yang-abadi

sangkar nafsu dan kamamu adalah sia

tinggal semadi sepi dalam mozaik ruang

menunggu sehembus nafas gerbang nirwana


yang lepas darimu, darimu

juga ketiadaanmu, ketiadaanmu

hanya ilusilah semata, ilusilah


bukan sebab atau akibatmu

bukan pula reinkarnasimu

tapi alfa, omega -yang-abadi-


sampai terbebas semua

semua dariku

dariku semua


akulah arupadhatu

arupadhatu akulah


*) yang dicetak miring adalah istilah-istilah Budhisme yang berkaitan dengan manusia dan nirwana.

2009