PERCAKAPAN ANTARA LAWRENCE DENGAN AMICHAI [1]

Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)

NASIHAT-NASIHAT BEN ONKRI

Bagian Satu: 15 Nukilan “A Way of Being Free” (Phoenix House, 1997)

SESEORANG TELAH MENGACAK-ACAK MAWAR-MAWAR INI

Terjemahan atas pembacaan cerpen Gabriel Garcia Marquez

CETAK ULANG: "PADA SUATU MATA KITA MENULIS CAHAYA"

Cetak ulang buku Sepilihan Sajak oleh penerbit Garudhawaca

WAWANCARA ORTOLANO DENGAN COELHO

Terjemahan atas pembacaan wawancara antara Glauco Ortolano dengan Paolo Coelho

3.28.2013

MENINGGALKAN PERJAMUAN




pada seisi ruang yang kami sebut
sebagai sakramen: tuanku, kekasih kami,
koyakkanlah dada dan baju kami
dengan setetes anggur
beserta sepotong roti

piala ini adalah peringatan bahwa kami
ingin menyatu pada setiap perasaanmu
yang jatuh kemudian tumbuh
sebagai jalan-jalan duka
yang tak pernah sekalipun
dilalui orang-orang


2013 

ANAMNESE GETSEMANI




yang datang sebagai raja, yang datang sebagai pelayan

kau memberkati sedekat-dekatnya lengan
pada dahi, sedekat-dekatnya bibirmu yang suci
pada kaki--salik kami;
dengan kata-kata yang pasi
kau menuntun kami pada lorong-lorong
yang tak sekedar meninggalkan alamat
penebusan dan tradisi kesedihan.

kau yang lahir dari gelap maupun terang,
bagaimanapun kami mempercayai getsemani
adalah tempat tubuh ini berjaga dan merawat doa
: bagi kami, perasaan inilah waktu ketika kau
menyerahkan diri, puasa para malaikat beserta doa-doa

yang datang sebagai raja, yang datang sebagai pelayan

tuanku, kekasih kami,
kepada siapa lagi kami membikin detak cintamu
dari lubuk airmata,
selain kepada diri kami sendiri?


2013

DI SAM POO KONG, KITAKU




[1]
gerimis di sini tiba-tiba jadi semacam doa penunjuk arah;
ya, sebuah rencana yang tak dapat kita reka-reka
namun jangan sampai kamera kita basah, bukankah
kita akan merekam semuanya. semuanya yang berdiri
di kota ini--Semarang, tempat kita menelusuri gedung-gedung
yang jadi museum, restoran, tempat nongkrong atau peziarahan.

gerimis di sini tiba-tiba jadi hujan. baiklah, kita duduk-duduk sebentar
di antara relief patung-patung dewa dan warna-warna merah emas;
daripadanya: hujan, klenteng-klenteng yang perkasa membuat kita kian
khusyuk memandang. kitaku, dengan perasaan-perasaan yang kesemutan,
kita telah lama ingin mengenal semua ini: sejarah-sejarah yang tak
berhenti memperbincangkan cerita pun dongeng-dongeng. nun di sini
orang-orang Tionghoa tak putus saling berceramah dari asap dupa
ke asap dupa yang lain, dari warisan tahun-tahun pelayaran
nenek moyang;
“kami masih meyakini Sam Poo Tay Djien yang mulia itu,
baju zirahnya yang tak pernah ditanggalkan adalah
segenap perasaan syukur di hamparan tanah subur
beserta kebajikan-kebajikan yang senantiasa bergerak
seperti deras sungai simongan di penghujan,
kami masih meyakini Sam Poo Tay Djien yang mulia itu,
persinggahan ini adalah langit yang juga kami tinggikan
demikianlah kami menghaturkan berkali-kali harapan”

[2] 
hujan seperti merayakan para peziarah yang sedang saling salam
sujud bersujud dalam sembahyangan King Sing,
lalu bersama gantungan lampion-lampion, orang-orang mengabarkan
bahwa malam akan bersegera tiba, hujan akan bersegera reda;
sebagian orang bersegera melepas kimono dan asesoris-asesoris
dari Cina, para tukang foto bersegera mencetak foto-foto mereka.

kitaku, kita paham bahwasanya di kota ini sajalah kita temukan
berbagai lambang dan cara untuk mengabarkan cinta dari seberang;
demikianlah, demikianlah, kita bersama-sama mengamini:
tanah ini, negeri yang selayaknya menjadi tempat orang-orang
memandang dan mengabadikan, lalu menyalakan sejarah
kamera-kamera mereka untuk belajar tak membenci
lembaran-lembaran klise perihal perbedaan
bahasa foto demi foto


2012-2013

ANAK-ANAK SELEKAS MENGHENINGKAN CIPTA



bagi anak-anak penyandang tuna grahita

(“bersama ketabahan yang harum,
doa-doa ini adalah jalan seraya langit
bagi kalian;
bagi kita...”)

kita jadi hafal sekali,  anak-anak yang menyanyikan lagu
mengheningkan cipta saat upacara bendera tadi lekas
bergantian mengucap salam sebelum meletakkan
alat tulis beserta rupa-rupa pelajaran ke atas meja
masing-masing.

“anak-anak adalah pangkal keselamatan”, kata kalian;

kita jadi saling mengeja dan mengabarkan tentang bagaimana
anak-anak sekolah itu mempertunjukkan gerakan-gerakan bibir mereka
lalu bagaimana kosa kata berlahiran—sebentar melupakan kekurangan
meski tanpa alasan yang mesti dan pasti.

kita jadi saling begini dan begitu. melihat tatapan-tatapan asing
dan mendengar cerita-cerita melankolis; anak-anak selalu
saja begini bilamana kita berusaha membenarkan
letak pensil yang dipakainya. pun kita selalu saja
begitu seketika ada anak yang tiba-tiba menangis
menatap jendela, mencari kunci pintu, dan menggedor-gedor
pintu berulang kali.

aduhai, kita ini mengapa selalu begini dan begitu,
padahal ada yang lebih dekat untuk kita percakapkan
dan pertautkan. anak-anak seperti itu telah mengajari kita
dengan bahasa mereka, sebenarnya;
kita tak perlu khawatir, sebab bab-bab mengenai kemanusiaan
telah hadir pada tindakan-tindakan mereka.
barangkali kita bertemu untuk belajar mengizinkan
melepas sepatu mereka di tempat lain
sekembalinya kita memahamkan ini semua
sebagai kerendahan yang lapang, sedasar kata-kata
:
biarkan waktu menanak
biarkan waktu menanak
biarkan waktu membawa anak-anak beserta
keselamatan menuju luar kelas, 
menuju luar sekolah
menuju dunia yang menyusun letak
gambaran penebusan manusia-manusia 
yang kelak;
demikian kita belajar kepada rerupa anak-anak
...biarkan waktu menanak


2012 - 2013