PERCAKAPAN ANTARA LAWRENCE DENGAN AMICHAI [1]

Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)

NASIHAT-NASIHAT BEN ONKRI

Bagian Satu: 15 Nukilan “A Way of Being Free” (Phoenix House, 1997)

SESEORANG TELAH MENGACAK-ACAK MAWAR-MAWAR INI

Terjemahan atas pembacaan cerpen Gabriel Garcia Marquez

CETAK ULANG: "PADA SUATU MATA KITA MENULIS CAHAYA"

Cetak ulang buku Sepilihan Sajak oleh penerbit Garudhawaca

WAWANCARA ORTOLANO DENGAN COELHO

Terjemahan atas pembacaan wawancara antara Glauco Ortolano dengan Paolo Coelho

8.30.2015

NUKILAN MANUSKRIP "ANTOLOGI SEBELUM MENEMU RUMAHMU"



*beberapa tubuh sajak ini merupakan nukilan dari manuskrip "antologi sebelum menemu rumahmu", yang mana sempat memperoleh posisi sepuluh besar terbaik di ajang sayembara siwa nataraja award 2015 tempo lalu. publikasi ini semacam upaya penghargaan terhadap para sajak yang telah sedia mengikutsertakan dirinya:



IMPERASI DERMAGA

laut ibumu, telah lama menyusui kejatuhan cahaya
dan secara beraturan menggelindingkan pendarnya
dalam lengkung gelombang menuju pandanganku,
pandangan yang kemudian susut
terpelanting sejauh kapal-kapal angkutan
melampaui jeratan lanskap mata.

inikah namanya bagian yang tak terkatakan
atau tak tercatat sebab ia senantiasa kehilangan
tempat?

kail--yang bergerak sendiri sampai tambat pada arus ikan;
masa lalu yang berjalan tertatih, pelan-pelan jelma umpan
lalu diperas cahaya tua pada jarak tertentu
menghilang seperti ikan-ikan

waktu yang tak pernah padam, kita yang bertaruh rindu
ingat, pancingmu yang pernah bergoncang kecil
di dermaga tempat beberapa orang datang sekedar
membuang pandangan tak penting;

menjauhlah dari tipu gelombang
mendekatlah pada laut ibumu
yang kedalamannya belum benar kau kenali





CINTA PERTAMA MANUSIA DIGITAL

ular kesekian telah sengaja dicipta di alam tubuh kami
dan dunia bising membuatnya pertanda:pasangan
pertama berjenis manusia bermata cahaya
layar-layar digital. sebab kami baru saja jatuh cinta,
semoga tak ada kehidupan bunyi-bunyi monitor
untuk melarang apapun sebagai cinta pertama
yang pokok bijinya tetap sama. di firdaus baru:
lanskap jaringan sosial, tanah tempat mark zuckerberg
menggaruk-garuk kepala penciptanya





KEPILUAN PURBA

pada debu
pada sore
pada hujan
pada langit
dan segenap berita-berita di televisi
politik;
kemiskinan adalah saudara kandung kita
yang berwajah cemas

pada umat manusia
perasaan-perasaan tuhan
berjatuhan
sedalam-dalam semesta




MENYANGSIKAN YANG TAK PASTI

“but uncertainty is more beautiful still”
(wislawa szymborska)

siapa tahu angin ke mana, itu sebabnya
aku mulai tak merindukan apa-apa
selain mencari pecahan mimpi yang sirna;
pandangan kini yang condong ke utara
telah menyediakan maksud:
masa depan, kau tak perlu takut
ada sejumlah lentera yang dibikin gadis kecil
pendongeng korek api, ia bisa menyalakan
peta masa depanmu hingga kau tak merasa
terlalu sunyi di dalam pikiranmu sendiri.

masa telah menyebabkanku beriman pada angin
pada dongeng-dongeng yang gelap
sebab runtutan bencana tak tentu seperti rencana,
mereka telah sedemikian rupa membuatku
murtad terhadap diriku sendiri





HEADLINE DI BERANDA TUA

1.
sebuah pencarian tak akan lepas dari kilasan fana
pesan-pesan warisan yang tak sampai karena hidup
penuh dengan pandangan-pandangan yang ngadat
seperti tubuh prosesor tahun 90-an;
untuk sampai pada manusia utama, era hasrat nikmat
mesti dikaburkan, dilesatkan dari mata hening suryomentaram
atau jauh dari petasan nasihat derita sasrokartono.
tapi, tuan-puan, mungkinkah itu bisa dinyatakan
sebagai pengunguman penting
di antara kepadatan pasar-pasar terbuka?

2.
rupa-rupa lahir semakin tak murni,semakin tak tampak
dari jerih payah para pemahat arca-arca yang hilang
di museum, arsitektur rumah-rumah joglo yang kini
dipelihara orang asing

para pribumi yang tak mengindahkan
lengan-lengan etika para filsuf yunani
atau kaki-kaki ajaran serat-serat yang dibeli
oleh aurat para kolektor, mereka mencoba
mencari-cari semar yang terjebak
pada cahaya-cahaya kecil di lorong-lorong
cemasnya sendiri sebelum menjelma
foto-foto selfie

3.
seolah ada yang mencuri diam-diam
lalu perlahan menggali kuburan massal,
mempersiapkan monumen pahlawan kesiangan

pekik kehilangan akan indah pada waktunya,
tuan-puan!

lalu pada sebuah tatapan di headline koran
yang teramat lokal,
seorang tua tak mampu menghisap airmatanya
di beranda
:
jenazah kawannya (seorang kejawen)dilarang dikebumikan
di tempat pemakaman umum--tanahnya
sendiri



8.28.2015

BEBERAPA DARI EMILY DICKINSON


Emily Dickinson (10 Desember 1830 - 15 Mei 1886), penyair Amerika pada abad kesembilan belas yang lahir di Amherst, Massachusetts di sebuah keluarga terkemuka yang dikenal sebagai supporter lembaga pendidikan lokal. Kakek Emily, Samuel Fowler Dickinson, adalah salah satu pendiri dari Perguran Tinggi Amherst, ayahnya menjabat sebagai Pengacara dan bendahara di lembaganya. Selama kebangkitan agama yang melanda Massachusetts Barat pada era 1840-1850, Dickinson menemukan panggilannya sebagai seorang penyair. Salah satu penulis biografi dirinya menyatakan bahwa Dickinson memilih untuk menjadi penyair yang menggulati Malaikat dalam Kitab Yakub. Sebagian besar karyanya tidak hanya mencerminkan saat-saat kecil tentang apa yang terjadi di sekelilingnya, tetapi juga dari tema pertempuran dan tema dari apa yang terjadi dalam masyarakat. Sebagai contoh, lebih dari setengah dari puisinya ditulis selama tahun-tahun selama Perang Saudara Amerika. Pada saat hidup, tidak lebih dari 7 puisi Dickinson yang diterbitkan di antara 1.776 puisinya. Dickinson meninggal di tempat kelahirannya di Amherst, Massachusetts. Berikut ini saya terjemahkan secara alakadarnya beberapa puisinya yang terkumpul di Coradella Collegiate Bookshelf Editions:


Kemarilah Perlahan, Eden!

Kemarilah perlahan, Eden!
Bibir yang melekat padamu,
Yang canggung, menghisap melati daripadaMu,
Sebagai lebah yang pingsan,

Menyentuh di ujung bunganya,
Memutar dengung tubuhnya,
Menghitung nektar -memasukinya,
Lesap dalam cairan!



Hidupku Terpejam Dua Kali Sebelum Dipejamkan

Hidupku terpejam dua kali sebelum dipejamkan;
Hidup yang masih juga belum bisa melihat
Bilamana Keabadian menyingkapnya
Sebuah dunia ketiga datang kepadaku

Sedemikian besar, sedemikian sia-sia dalam angan,
Karena ini kali kedua yang menimpa.
Perpisahan adalah surga yang semua kita tahu,
Dan semua yang kita butuhkan dari neraka.



Sukses adalah Hitungan Termanis

Sukses adalah hitungan termanis
Oleh mereka yang tak pernah berhasil.
Untuk mengerti sebuah kemanisan
Mengharuskan perih kebutuhan.

Tak satupun dari semua tuan kemenangan
Yang mengambil bendera hari ini
Bisa mengungkap arti itu,
Jadi jelas, kemenangan

Saat ia, sekarat, dikalahkan,
Padanya pendengaran yang terlarang
Bentangan yang jauh dari kemenangan
Mematahkan dan membersihkan yang menderita!



Jiwaku, kita akan melupakannya!

Jiwaku, kita akan melupakannya!
Kau dan aku, malam ini!
Kau barangkali lupa kehangatan yang ia curahkan,
Aku akan melupakan cahaya.

Ketika kau telah melakukannya, doa yang mengatakan padaku
Bahwa aku bersama pikiranku bisa saja redup;
Gegaslah! agar saat kau sedang di belakang
Aku mungkin saja mengingatnya!



Ini Suratku Untuk Dunia

Surat kepada dunia,
Yang pernah ditulis kepadaku, --
Kabar sederhana yang Semesta ucapkan,
Lewat kelembutan maha agung.

Pesan yang ia serahkan
Demi kedua tanganku yang tak bisa melihat;
Demi cinta kepadanya, negarawan yang jelita,
Panggil aku dengan lembut!



Silsilah Madu

Silsilah madu
Tidaklah melulu soal lebah;
Setangkai semanggi, setiap saat, padanya
Adalah kemaha-megahan






*Sumber gambar: http://fineartamerica.com/featured/emily-dickinson-watercolor-portrait-fabrizio-cassetta.html

Semarang, 2015

8.10.2015

KEMATIAN POHON 1/4 ABAD*

:ode buat umbu

bersama ini, kukembarakan barisan sajak
yang luluh lantak terhisap oleh rimbun cahaya putik
di mekaran pendar kata-katamu;

bersama ini di hadapanku;
sebuah teras rumah yang dihuni oleh sebatang pohon
meminta masa lalu dikembalikan seperti mulanya,
tapi apatah arti kenangan itu seperti yang kini mukim
di keriputmu?

pangeran berkuda sumba tanpa parang
seolah menghampiri yang sedang berlarian
dari kejauhan kota; aku mengira itu dirimu
ternyata bayangan lain pantulan kuda-kuda
tanpa otot, sepatu, dan pelana

pangeran berkuda sumba tanpa parang
yang menyimpan duka dunia, kemanusiaan itu
menyerap percik keprihatinan di tanah kandungnya
sendiri; yang kerap menepi pada busa-busa bahasa
yang tiada berumah kecuali pada rahimnya, kata

bersama ini, serangkai pertemuan tak selalu dalam sua
pada sekian abad sekian mantra; berbatang kesunyian
yang getah potongannya telah sampai pada nadi-nadiku
:reranting kering. aku lain yang haus, cita lain
yang pupus; kehidupan lain.

beri aku tunas anginmu, pangeran.
agar lirih segala masa yang lewat






















2015
 *peringatan hari panjang umurnya