11.25.2015

SEORANG SEPERTI AYUB MEMASANG LIANG BERPASIR



"sesungguhnya, orang bodoh dibunuh oleh sakit hati,
dan orang bebal dimatikan oleh iri hati"
[ayub 5:2]


suatu pertanda yang sebenarnya ia hendak menolaknya
membiarkannya berlalu; ia hanya memalingkan wajahnya
menatap bahwa yang sarat ratap bersegera hablur lalu
disimpan kubur terdalam. suatu pertanda yang tiba-tiba
menjadi kabar seperti titah pencuri dalam sebuah sabda,
mengucilkan nasibnya sekali lagi. melarikan keperkasaan
yang sedang meninggi seperti api.

sebuah pukulan telak memang sedang menimpanya
menciptakan bilur-bilur dan racun di nadinya. terlentanglah
ia di antara deraan. hingga mimpi, ia pun beroleh penglihatan:
seorang seperti ayub berjalan di atas sungai yang hampir
meluap. hujan deras. orang-orang yang mukim di pinggiran
menyimpan cemas, berharap harta berharga tak terkuras arus.
ayub membawa petaka, tapi ia tak nyata.

tapi orang-orang tidak sedemikian cemas, seperti ia;
bebannya terasa berat, dan lebih berat, ia memanggul sendirian
tanpa simon dan tangisan para perempuan. berdarah-darah ia,
setelah pertanda di hari sabat, segala yang ia pandang berjejal
menjadi perasaan-perasaan penuh liang; ayub tak serta merta
datang di bulan yang penghujan pun tidak luruh sepanjang hari,
yusuf si juru tafsir mimpi, membawakan keledai untuk ia
menerjemahkan pertanda: "jalanmu berpasir, luka-lukamu
akan segera menuju ke hilir, ayub hanya lambang nasib 
yang sebentar terkilir"


2015

*Lukisan berjudul "The Athenaeum - Waves" karya Akseli Gallen Kallela


0 pembaca kata berbicara:

Posting Komentar

silakan rawat benih ini