PERCAKAPAN ANTARA LAWRENCE DENGAN AMICHAI [1]

Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)

NASIHAT-NASIHAT BEN ONKRI

Bagian Satu: 15 Nukilan “A Way of Being Free” (Phoenix House, 1997)

SESEORANG TELAH MENGACAK-ACAK MAWAR-MAWAR INI

Terjemahan atas pembacaan cerpen Gabriel Garcia Marquez

CETAK ULANG: "PADA SUATU MATA KITA MENULIS CAHAYA"

Cetak ulang buku Sepilihan Sajak oleh penerbit Garudhawaca

WAWANCARA ORTOLANO DENGAN COELHO

Terjemahan atas pembacaan wawancara antara Glauco Ortolano dengan Paolo Coelho

6.05.2010

JALAN SAJAK -1-


tertanda Jl. Gombel Lama

* I *

rumah rumah di kaki bukit tak banyak

mengungkapkan bagaimana jalanan aspal

memperkenalkan kepada setiap pengendara

garis garis marka yang luntur karena musim

si pencuri warna putih untuk dibagikan

pada ramalan awan yang merengek meminta

asap supaya tidak datang menjelma anak anak

polusi

-rumah rumah di kaki bukit ternyata sudah lama

menyimpan suara dari atap atap berlumut,

hanya saja jalanan belum mendengar:

“sebentar lagi longsor bisa saja turun”-


* II *

lapangan golf tak sekedar bangga pada warna

hijau pada telaga kecil pada telikung jalan

sempit pada mobil dan motor di depan nama

gapuranya, karena mereka sebenarnya bukanlah

mesin mesin penggusur hutan yang pernah menjadi

nenek-moyangnya seabad silam.

-lapangan golf tetap nampak anggun dengan segenap

kelengkapan permadaninya. demikian, ia tak akan pernah

menyesal pada gusuran dosa masa lampau-


* III *

adakalanya trotoar bukanlah tempat bagi

para pejalan kaki, sebab ia kadang buta; dibutakan

oleh lubang siang dari matahari yang lupa pada

apa ia membuat persembunyian bagi keyakinan

asing bahwasanya tak pernah ada jalan-sorga

untuk mengenang alamat tempat tinggal

para penyesal penghujan dan kemarau


* IV *

suatu ketika di bibir rumah tua

seorang pengendara menemu amplop lama

berisi nama jalan dan sajak kecil

:

“dua ribu sepuluh;

pada sisi sisi Jalan Gombel Lama

nafas nafas berarak rapi, merodakan

percakapan doa yang ingin sendiri”



Kota Semarang, 2010