PERCAKAPAN ANTARA LAWRENCE DENGAN AMICHAI [1]

Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)

NASIHAT-NASIHAT BEN ONKRI

Bagian Satu: 15 Nukilan “A Way of Being Free” (Phoenix House, 1997)

SESEORANG TELAH MENGACAK-ACAK MAWAR-MAWAR INI

Terjemahan atas pembacaan cerpen Gabriel Garcia Marquez

CETAK ULANG: "PADA SUATU MATA KITA MENULIS CAHAYA"

Cetak ulang buku Sepilihan Sajak oleh penerbit Garudhawaca

WAWANCARA ORTOLANO DENGAN COELHO

Terjemahan atas pembacaan wawancara antara Glauco Ortolano dengan Paolo Coelho

8.16.2010

SAJAK DI JALAN BRAILLE : MENUJU MATA DAN TELINGAMU -2-

tersebab memoar Hellen Keller

ke pulau mana lagi, engkau tambatkan waktu-hatimu. hari-hari sudah begitu huruf
di jemarimu yang lapang. orang-orang kini menyimpan perasaan-perasaan bersama
pepatah hidup di balik tebal huruf-hurufmu. - mereka berseteru menyingkap
kejujuranmu, mengungkapnya dengan pertanda bahwasanya ada sesuatu yang lupa
terbaca -

ke bahasa mana lagi, engkau sederhanakan kebutaan dan ketulian. sebab, buta dan
tuli bukan lagi seperti sebuah novel atau puisi yang engkau renungkan berulang. bukan
seperti sebuah autobiografi atau catatan-catatan kecil penuh perjuangan dan kemalangan.
bahwa engkau telah memulainya dengan menerjemahkan bibir Anne Sullivan ke dalam
inderamu adalah muasal dari kesederhanaan itu. - buta dan tuli adalah bagaimana orang
melihat dan mendengarmu sebagai wanita dengan peninggalan sarat intuisi serta penciptaan.
seperti Dr. Bell memecah mitos Prometheus, seperti engkau meretas mitos braille -

Hellen, o Hellen...maka kitablah segala pengharapan, sebab sejatinya buta dan tuli
lepas mengupas kelopak matamu meremas gendang telingamu untuk sekedar
menjadi pagi di pecahan--kenangan meja belajarmu. sekedar menjadi pengucapan,
lafal pada lidahmu yang vokal tanpa menyatakan sedih bagi anugerah airmata
:
ada kebahagiaan saat engkau lupa pada keadaan dirimu.*


2010

*) penggalan kalimat dari catatan Hellen Keller

SAJAK DI JALAN BRAILLE : MENUJU MATA DAN TELINGAMU -1-

tersebab memoar Hellen Keller


bunga-bunga lili liar menaruh sejumlah bentuk perasaan yang tumpah
ketika engkau bermain dengan bahasa-bahasa eja pada jemari
ke pemahaman bibirmu

lalu di antara semi pohon mimosa ada pikiran-pikiran tak terucap, jatuh
bersama dengan bunga-bunga keringnya dekat pagar rumahmu
dan hidung cabang-cabang basah mencium patahan
aksara mimpi-mimpimu melalui tebal kambium waktu;

kukira engkau benar bagaimana mengarahkan jendela-usia
menafsirkannya dengan cara hati-jemarimu, lantas mengatakan
kepada arakan anginlembah yang mengubah gerak awan merah jambu
ke atas pohon ek raksasa dan linden sehingga engkau dapati
nyanyian pipit mengirimkan pengharapan atas keindahan
merangkum segalanya di penghabisan februarimu
:
jika kita pernah melihat, maka
“hari itu serta apa yang ditunjukkannya adalah
milik kita”*



2010


*) penggalan kalimat dari catatan Hellen Keller


WO ES WAR, SOLL ICH WERDEN*



~1/

kami adalah kelahiran hasrat-hasrat kami sendiri
sejatinya kami bukan waktu bukan batu yang menetap
membentuk kepala-kepala. sebab kepala-kepala kami
masih menyangkarkan kanak-kanak kami di masa
ketika kami baru saja menyadari oedipus kompleks
telah mencatat bagaimana seharusnya kami menganggap
ayah dan ibu kami menjadikan kami seolah seperti

penyakit

~2/
kami tak ingin seperti kaum feminis, bengis
terhadap keraguan mereka sendiri terhadap
ketaksadaran ambigu yang lesap yang menggunung
beku melampaui suhu pada derajat titik nol. kami pun ragu
apakah mereka tak lebih paham tentang perumpamaan
gunung es tentang perilaku-perilaku yang sembunyi
menyebarkan kebohongan dari kepalsuan dari
kitab-kitab psikologi di perpustakaan jiwa mereka

pun kami tak merayakan selebrasi kaum maskulin
merasionalisasi-diri jadi pengibar penindasan. mungkin
penindasan ialah lawan kami, mungkin juga kakek kami
karena sejak kami menjadi kami
kami belajar melihat moral-moral yang berlalu-lalang
masuk di pintu-pintu kenyataan, realitas

: ego kami

~3/
di tulisan-tulisan riwayat kami, sekarang
hasrat ternyata mengikat seperti tafsir mimpi. ia
tak bisa terhapus setelah hipnosis berulang-ulang
mensugestikan bahwasanya di dalam hasrat yang sehat
terdapat ekuilibrasi yang likat
kami meyakini nasihat-nasihat dari tetua
bukanlah satu-satunya arah bagi
jalan penyembuhan kami atas
simtom-simtom yang mendirikan
tempat pelepasan bahasa ayah-ibu kami
pada fase menuju kedewasaan kami menuju diri kami
tanpa melalaikan kemayaan di antara kenyataan yang sering
mempersilakan dan mengucapkan selamat datang
kepada bayang-bayang kepribadian kami


2010
*) adagium freudian yang berbunyi di mana ada id di situ ego “berjaga”


AJARILAH KAMI MENANGIS TANPA TERSEDU DAN BERAIRMATA, AJARILAH KAMI BAHAGIA



sebab kami tak bisa berpangku-tangan

hanya dengan bangkai doa
yang setiap malam dan pagi
kami pecah-susunkan
ke atas kepala timpang kami


2010