PERCAKAPAN ANTARA LAWRENCE DENGAN AMICHAI [1]

Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)

NASIHAT-NASIHAT BEN ONKRI

Bagian Satu: 15 Nukilan “A Way of Being Free” (Phoenix House, 1997)

SESEORANG TELAH MENGACAK-ACAK MAWAR-MAWAR INI

Terjemahan atas pembacaan cerpen Gabriel Garcia Marquez

CETAK ULANG: "PADA SUATU MATA KITA MENULIS CAHAYA"

Cetak ulang buku Sepilihan Sajak oleh penerbit Garudhawaca

WAWANCARA ORTOLANO DENGAN COELHO

Terjemahan atas pembacaan wawancara antara Glauco Ortolano dengan Paolo Coelho

11.30.2015

PEREMPUAN A




: hester prynne

 sebuah panggung telah disiapkan, para penonton
dan nyanyian hukuman: lapangan bagi yang bersalah.

perempuan yang menggendong anak di antara kerumun
para pendakwa. ia yang menyangka setiap pagi adalah
jalan keberanian untuk bersaksi bahwa cinta tidak bisa
diadili dengan prasangka apa-apa;
perempuan itu memberkati nasib di punggungnya, memegang
kebencian para puritan untuk dilempar ke semak belukar,
di luar sana penduduk kota bergilir menikam kebenaran
di gedung-gedung pemerintahan

maka seorang pendeta muda datang untuk menyembuhkan lukanya
menyeka airmata sarat misteri. seorang pendeta yang hanya bercita-cita
mencucukkan khotbah-khotbah di mulut lapar si anak;

sebuah panggung suatu ketika telah bersiap menerima seorang pendeta
bersama seorang perempuan dan anaknya, mereka
telah menarik siksaan juga perasaan-perasaan ganjil
untuk dikelebatkan pada hasrat diri yang keparat

"dengan kutuk sunyi yang panjang, kita tebus waktu, anakku
yang menjadikan kita pohon-pohon pinus hidup tanpa dedaunan
rerumput kering yang dibiarkan tidur oleh hujan; segala tanda
yang belum tercecer oleh tumpahan moral"



2015
*https://www.pinterest.com/pin/374080312772368404/

11.29.2015

KEPADA INGATAN



sebenarnya ia sudah tak tahan
bagaimana memperlakukan segala
yang pernah tercerap, bergerak seperti
sesuatu yang tak mudah dimaafkan

ia hanya hendak belajar
bagaimana cinta mesti patah serupa
dahan-dahan pohon tua, lalu tumbuh
tunas pada dahan lain

sebenarnya ia sudah tak tahan
tapi napasnya yang terpotong-potong
oleh matapedang malam panjang
terus membuat kedua matanya menutup
membasahinya sampai kering
sampai benar-benar tawar

ingatan, bila usia masih panjang
apa yang mesti kita mulai
selain mengagumi diri sendiri?


2015

*Sumber gambar: https://www.pinterest.com/pin/490259109407486810/

11.28.2015

TERPUJILAH KEPALA: LAUT YANG PENUH KUNANG-KUNANG KENANGAN



aku hendak melarungkan namamu, di hadapan misteri
yang mahamistik. aku hendak menenggelamkan diri dalam
goncang ombak lautan, dalam diri para pesiar berbulan-bulan
lamanya--tanpa menyebut namamu. bahwasanya ingatan
adalah anugerah yang tak bisa dikutuk sesiapa, aku tetap teguh
menyiarkanmu demikian

gelombang utara mengucilkan harapan tanpa kompromi, mencuri
seperti kematian. aku hendak menjauhkan namamu, sejauh lafasku
yang mengingkari keutamaan seorang novis. maka semestinya
terpujilah segala yang terlintas dalam kepalaku. lautan mahaluas
yang pasang dan surutnya muncul bertubi secara tiba-tiba atau
sebaliknya. terpujilah cahaya kunang-kunang, pertanda bencana
atas hilangnya rencana. kunang-kunang di dalam kepalaku,
memenuhi pikiranku. mengubur kenangan melebur ketenangan
menghidupkan keduanya, tepat di suatu masa ketika aku benar-benar
hendak melarungkan namamu


2015 
*Sumber gambar: pinterest.com

11.27.2015

MEMBAYANGKAN ENGKAU, JOHN




membayangkan engkau mengunjungi sebuah negara dengan para rakyat
yang saling menyimpan pistol di dada mereka, mengunci
rindu yang pangkal bencinya menolak keadilan didentangkan
sebagai reklame-reklame janji

membayangkan engkau dalam suatu konser bertema jalan raya
menyanyikan imagine di hadapan anak-anak jalanan, gelandangan,
para pengemis dan orang-orang kesepian di lampu lalu lintas yang menyala
selamanya merah; memandang engkau berdiri di panggung melihat
sebagian rakyat yang lain saling tikam sebab kebenaran telah berwajah lebam
untuk disuarakan

membayangkan engkau dengan perasaan aduh yang terjebak
pada notasi oh my love di antara pemuda-pemudi patah hati
yang sebagian dari mereka (memiliki jiwa seperti chapman)
mengarahkan pistol pada kepala mereka sendiri

"aku ingin mataku terus haus menyaksikanmu bernyanyi tentang dunia
sebelum waktu-waktu jadi hangus terbakar oleh getirnya sisa-sisa kenangan,
tragedi kemanusiaan yang sempat mampir dalam sumbang lirik-lirikmu"


2015
*Sumber gambar: https://www.pinterest.com/pin/308215168226999139/

11.26.2015

CERITAKAN KEPADA KAMI SOAL MARQUEZ, O VELASCO


ceritakan kepada kami tentang memori yang terpelanting
sebagai awak kapal di pelabuhan cartagena. o velasco,
dengan suara camar yang mengantar angin buritan melekuk-
lekukkan gelombang. kota-kota telah dikepung air dan sebagian
telah karam berabad lamanya. kami telah mendengar
soal marquez, pengarang itu. yang baginya pahlawan
bisa membedakan suara tuhan dan setan. 

ceritakan kepada kami ya velasco, tentang tempat berlabuh
dan tempat berteduh. kami rindu kisah-kisah yang tidak terlampau 
fiksi untuk dituliskan dengan permainan di balik kosa kata;
kami butuh kisah-kisah untuk mendaur-ulang yang sempat
terkenang dalam ngiang rindu ataupun pilu

ceritakan kepada kami, o velasco. tentang betapa heroiknya marquez
yang menampik bahwa ia telah menang, sebab kemenangan terbentang
seketika nasib mampu tertawa dengan mulia di menit-menit terakhir
sebelum diganjar ajal, sebagaimana peta harta karun yang tenggelam
jauh di dasar pikirannya sendiri


2015
*Lukisan berjudul "Our Ends are Beginnings" karya Lindsey Waldron





11.25.2015

MELIPATGANDAKAN KETIDAKBAHAGIAAN



diperaslah jiwanya, seperti tubuh-tubuh para buruh
kekuatan yang sebentar karam. menyisakan yang dikenang
dalam kantung matanya. sebab hampir setiap malam
ia dihadapkan pada lintasan-lintasan nanar yang memancar
dari rak-rak bukunya. album-album itu. ia bahkan tak bisa
melerai yang sedang bertarung di dalam pikirannya.

diperaslah jiwanya, di ruang-ruang sempit yang pengapnya
berangsur membuat kuyup sekujur badan. mimpi-mimpi
telah dicatat sedemikian rupa, sebab ia tak ingin raib
dari tangan-tangan para pendulang. dengan gugup
ia memintal masa kini yang bulu-bulu sayapnya
sedang dicabik oleh setumpuk kegagalan. sungguh,
seorang pejuang tumbuh dalam dirinya sementara
jiwanya yang lain redup dan lepuh oleh kemungkinan-
kemungkinan yang jauh dari kenyataan.

suatu masa telah menyusut, dalam batinnya, ia tak ingin
ada anak kecil menangis merengek minta mainan
sebagai penghibur paling luhur. ia hanya percaya
kepedihan suatu masa hanya untuk suatu masa.

maka genaplah, pada kaki segala rindu yang dipatahkannya
ia mengecup sedemikian mesra, sebelum ketidakbahagiaan
tumbuh seribu kali lebih deras


2015

*Lukisan berjudul "The Sob" karya David Alfaro Siquerios

SEORANG SEPERTI AYUB MEMASANG LIANG BERPASIR



"sesungguhnya, orang bodoh dibunuh oleh sakit hati,
dan orang bebal dimatikan oleh iri hati"
[ayub 5:2]


suatu pertanda yang sebenarnya ia hendak menolaknya
membiarkannya berlalu; ia hanya memalingkan wajahnya
menatap bahwa yang sarat ratap bersegera hablur lalu
disimpan kubur terdalam. suatu pertanda yang tiba-tiba
menjadi kabar seperti titah pencuri dalam sebuah sabda,
mengucilkan nasibnya sekali lagi. melarikan keperkasaan
yang sedang meninggi seperti api.

sebuah pukulan telak memang sedang menimpanya
menciptakan bilur-bilur dan racun di nadinya. terlentanglah
ia di antara deraan. hingga mimpi, ia pun beroleh penglihatan:
seorang seperti ayub berjalan di atas sungai yang hampir
meluap. hujan deras. orang-orang yang mukim di pinggiran
menyimpan cemas, berharap harta berharga tak terkuras arus.
ayub membawa petaka, tapi ia tak nyata.

tapi orang-orang tidak sedemikian cemas, seperti ia;
bebannya terasa berat, dan lebih berat, ia memanggul sendirian
tanpa simon dan tangisan para perempuan. berdarah-darah ia,
setelah pertanda di hari sabat, segala yang ia pandang berjejal
menjadi perasaan-perasaan penuh liang; ayub tak serta merta
datang di bulan yang penghujan pun tidak luruh sepanjang hari,
yusuf si juru tafsir mimpi, membawakan keledai untuk ia
menerjemahkan pertanda: "jalanmu berpasir, luka-lukamu
akan segera menuju ke hilir, ayub hanya lambang nasib 
yang sebentar terkilir"


2015

*Lukisan berjudul "The Athenaeum - Waves" karya Akseli Gallen Kallela


11.24.2015

SEORANG LELAKI YANG TAK PUNYA KESEDIHAN PALING MESRA UNTUK MERAYU



ada jalan yang mesti dilalui orang-orang, ada jalan yang
hanya dilalui orang-orang tertentu. tapi, tenanglah, semua jalan
dijadikan hanya menuju satu kesatuan. begitu seseorang lain
berucap lirih kepada seorang lelaki

sepetak kamar berukuran sepasang kekasih mulai menjelma bangunan
sendirian. tapi memang seperti belum ada bahasa untuk mewakili
segala kenangan yang pernah bernapas di dalamnya. seorang lelaki
berusaha melupakan sekuat tenaga; kemesraan dan harapan yang pernah
tumbuh bersama sebagai akar yang mengalirkan udara ke gambar-gambar
yang menyimpan perjanjian di dinding kamar

seorang lelaki yang sekali lagi menepuk dadanya, menegakkan bulu roma
selama teror yang berlintasan di kepalanya hampir setiap malam panjang;
waktu yang fana, kita yang abadi tulis seorang penyair yang wajahnya
tersablon di sebuah tas produk pasar online

patah hati adalah sumbu mematikan bagi seorang yang berjiwa penyair
seperti seorang lelaki itu. ia bahkan bersiap meledakkan kata yang pernah
mengancam untuk menebarkan peristiwa-peristiwa masa lalu ke dalam
tubuhnya. tapi perih tetap perih. ia mesti melaluinya, mungkin merawatnya.

sebagaimana doa bekerja, ia masih memiliki cahaya kecil yang terpijar
dari sisi-sisi tempat masa lalu bersuara dan susah untuk dilepaskan;
ia seolah tidak mempunyai daya sebagai bahan paling mesra
merayu tuhannya, meghamparkan jalan panjang yang diisi
lalu lalang pendar masa depan

seorang lelaki sebagaimana orang-orang tertentu, meringkus diri
timpangnya sendiri, menjadikan tubuhnya kecamuk kamar,
bernapas tanpa kesedihan dan pusara rekaman mesra. ia
telah dipaksa menyerah oleh keadaan
untuk belajar tidak merayu kenyataan


2015

*Lukisan berjudul "Bornholm" karya Ela Strzałkowska.

11.23.2015

MENCIPTAKAN AKU



sejak itu aku menciptakan langit mangsi di dalam dadaku sendiri
lalu musim baru yang menyemburkan kenangan-kenangan pada
sejarah yang mulai bisa dipatahkan. waktu telah membukakan mata,
kata-kata adalah pisau masa lampau yang kembali diasah dengan
didih nafas gambar-gambar catatan di hamparan kepalaku.

sejak itu aku menciptakan badai deraan perasaan pada ambang
cinta usang yang mesti dikemas dalam kardus bekas. sebab itu
aku tak hendak kembali gamang, apalagi menjadi lembek di hadapan
jalan yang tiba-tiba curam; puisiku, lahirkanlah sekali lagi cinta
dalam tubuh-cuacaku meski terasa mentah jika disayat

sejak itu, bahasa yang menggeleparkan teka-teki menciptakan aku
yang lolos dalam pandangan-pandangan polos


2015 

*) Foto lukisan berjudul "Believe Me" karya Josefina L.M.

MORFIN DI BANGKU KERETA



kita tak sedang bercanda, flu di tubuhku terus memburu
kota sarat lelah-wajah di perhentian selanjutnya;
kita yang sebenarnya sedang didera kabar,
pada jalan tak pasti, ke mana kita musti sembunyikan
masa depan?

peluit panjang, antrean para penumpang
aku berdiri meninggalkan kotamu, lalu kursi-kursi tunggu
seolah hendak menegaskan bahwa manusia pernah sendiri
di hadapan deret penantian.

pintu kereta dibuka, para penumpang menjemput bangkunya
masing-masing. di peron yang tak asing bagi kita. aku tak lagi
fasih menyebut namamu, mengingat kapan pertama dulu
kita memberi tanda pada yang berlafal perpisahan.

kita tak sedang bercanda, meski kamu menganggap ini biasa
sedang aku berusaha menertawakan nasib yang sama,
meminum morfin membuang perihnya lewat tatapan jauh
dari jendela kereta

11.10.2015

BUNGA DI TANGAN MONSINYUR


gerimis menandai ini awal musim yang lain
kesudahan untuk musim yang lalu. laron-laron
mulai beterbangan di mendung pagi. awan-awan
memang sedang kelabu. seperti puisi yang pernah
ditulis, barangkali mereka sedang menjelma
para malaikat, sedang hendak menjatuhkan sesuatu

gerimis mungkin mitos bagi sebagian manusia
tapi tidak bagi bunga-bunga. tangkai yang telah
melahirkannya. mekar setelah kuncup. menunjukkan
lekuk dan warna. ini awal musim yang lain;
sementara bunga-bunga tidak hanya sedang akan mekar
di hutan tropis. manusia menanamnya di mana-mana.
musim menggerakkan tubuh cuaca. mengisi tempat
yang telah disediakan untuk bermukim selama waktu
mengizinkannya. demi keindahan atau demi apapun
tanaman bunga dipelihara manusia.

tengah malam dengan angin dan hujan kecil, sebuah lonceng
berdentang di kapel. november datang, perminyakan berlalu
sebagaimana lambang penyerahan diri kepada sang maha.
lalu pada sebuah kabar: ada yang sedang pergi rupa-rupanya

bunga-bunga tumbuh di tanah yang subur dan berumur
mereka mungkin mitos bagi sebagian manusia
tapi tidak di tangannya di tangan seorang monsinyur:
pada segala musim dan cuaca, masa yang ditakdirkannya
mereka mekar ungu kemerahan
mengirim kelabu mendung
menyalakan tantum ergo para malaikat
mengutus nyawa laron-laron
lalu jatuh menuju inti cahaya


2015

INSANG KOTA


bila kenangan buruk rupa berlanjut di jalanan, mendung
yang pertama di pancaroba. rasa-rasanya aku semakin kesulitan
menerjemahkan kamu. tapi ini laku yang asyik, bukan
pertama-tama hujan sebentar lagi menjatuhkan matapuitik,
ini soal hubungan kita yang diciptakan kota beserta
benda-benda sejarah yang membikin bernama.

memang susah benar, kutemukan kamu di kantor-kantor
yang berisi peraman masa depan. bernapas di sini seperti
diajarkan untuk menjadi diri lain, bukan diri sendiri. tapi
sekali lagi, hidup mesti dilanjutkan sebagaimana musim,
musim yang menggerakkan nyawa tumbuh-tumbuhan
dan siklus rantai makanan.  bernapas di sini, orang-orang
mudah meneteskan keluhan sebab mereka menanggalkan
hidung dan paru-paru. menggantinya dengan insang

bila kenangan buruk rupa berlanjut di jalanan, kita mungkin
semakin payah menghadapi kenyataan yang menjelma ikan-ikan,
kita semakin menisbikan sebuah hubungan. demikianlah
kota telah dipenuhi air, ditimpali arus-arus gelisah
dan segala benda hanyut di dalamnya


2015

11.09.2015

MEMANDANGMU DARI KEJAUHAN


yang berjejal dan berikat masker. hanya di rute paling hibuk
ia menggantungkan kedua lengan saat berdiri pada sebuah bus
yang berusaha memasukkan hasil pembakaran di dalam tas ransel
dan seluruh agenda halaman buku pencari kerja. di sini kota
tempat teks puisi ditenggelamkan, ujar seseorang. itu tak
lebih bernilai daripada sampah-sampah yang dianggurkan

oleh karena keringat para sopir angkot menandakannya tegar
pada getar klakson yang nyaris tak putus-putusnya; ia
hanya percaya: selain ia mesti menyimpan keringat ibukota
separuh kaum gipsi telah mengantre tinggal di dalam dadanya

di sinilah rencana-rencana ditebar dalam pandangan bising
menghindari pikiran-pikiran picing. siapa sangka suatu masa
terlahir dari rambu-rambu dan rerupa pelanggaran yang biasa.
kita tidak bisa melarikan diri dari sumbu yang telah dijadikan
para pekerja sebagai daya atas nama suaka-bahagia 

langit kini memaksa orang-orang bernapas menggunakan
internet yang sebentar menyimpan kehendak bebas. lalu kita
hanya butuh memandang sebuah surga kecil ibukota:
sekumpulan bocah yang bermain burung dara di pinggiran terminal kota

memandangmu dari yang jauh; mendengar suara-suara
yang jatuh dari atap gedung penakar ketinggian, mengingkari
penyakit-penyakit pancaroba--mengemas sembilunya
biar udara kembali pada bahasa paling lugu dari kanak-kanak
yang masih alpa memandang riuh berita dan keluh derita


2015