PERCAKAPAN ANTARA LAWRENCE DENGAN AMICHAI [1]

Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)

NASIHAT-NASIHAT BEN ONKRI

Bagian Satu: 15 Nukilan “A Way of Being Free” (Phoenix House, 1997)

SESEORANG TELAH MENGACAK-ACAK MAWAR-MAWAR INI

Terjemahan atas pembacaan cerpen Gabriel Garcia Marquez

CETAK ULANG: "PADA SUATU MATA KITA MENULIS CAHAYA"

Cetak ulang buku Sepilihan Sajak oleh penerbit Garudhawaca

WAWANCARA ORTOLANO DENGAN COELHO

Terjemahan atas pembacaan wawancara antara Glauco Ortolano dengan Paolo Coelho

8.24.2011

KONON, DI SEBUAH KAMAR YANG MENDOWNLOAD BULAN TAK HENTI-HENTINYA


menghisap udara dengan sepuluh jari tanganmu
seperti berpulangnya sengal nafas satu per satu
menuju penantian yang kucatat-ulang tadi pagi
karena tanggal-tanggal semakin semu tak berganti
dari episode menjelang episode yang terindui
orang-orang kampung bermatakan channel televisi.

udara kian sesak saja dan bunyi sepi bergentang
seperti penyair menenggelamkan kesunyian dirinya
seumpama berkendara di kemacetan tanpa klakson
selebihnya kota telah lampau memperbaikki alarm
supaya tak ada pagi terbit bersilih karena kaki-kaki
mulai tak sanggup menasrifkan kilometer perjalanan
menyembunyikan derap-derapnya, merahasiakannya
dengan nafas istirah panjang di kamarmu. demikian
segalanya terasa ingin abadi di kamarmu, dan kau tak
kunjung menyerah karena bulan selalu kuning merah
diam tak ingin kausuarai sebagai bulan yang pelan
masuk ke malam berikutnya.

alangkah kau masih mempercayai penantian bertahun
yang batal itu, menuliskannya dengan kecut jari-jarimu
dari kamar hingga bulan bisa tampak kekal di dalamnya
mengembalikan seluruh alamat pergi, membesuki
kebahagiaan tinggal di sini sambil menyaksikan gelap
kamar beserta bulan yang sebentar lagi memilih mesra
selamanya


hey, bukankah bulan tak mudah kehilangan byte sedikitpun?


2011

8.22.2011

TAKDIRKAN AKU SEBAGAI KATAKMU
















tertanda nenek lampat


[i]
selama perut masih girang beribu tahun lampau
selama dirimu tak pernah fiksi,
izinkan aku membenamkan diri ke rahim kesepianmu

lebih sulit rasanya jika batu batu ini kujelma
sebagai bunga bunga liar di ladangmu
daripada menjadi mahkota pangeran
sebab di rabun usiamu, aku belajar menghayati
tawar airmata mana yang benar benar menenggelamkan
warisan cinta adam

sebelum aku menatap nanar sesudah segalanya
lenyap karena tertelan ludah sendiri—sesudah manusia
tak lagi mengenal hikayatnya sebagai penyempurnaan
makhluk, aku benci dan sangsi jadi manusia
nek!

[ii]
niscayalah bujang katakmu, tak sekali anakmu semata
niscaya zamanmu itu nyata di belakang abad danau toba
dan seketika orang orang menamai sebuah tempat
dekat jurang terjal di jawa
:tangkuban perahu

ini aku. datang dari milenium ketiga
yang bersedia diberkati olehmu—oleh rapal doa doa
menjadi anak kedua berkulit hijau licin
bermuka katak

ini aku. jemputlah ke masa kini
atau doakan aku
supaya bisa tiba ke masamu
walau terkadang di duniamu
matahari tampak bayang
manusia tampak binatang

[iii]
silakan datang, nek
lahirkanlah kembali aku.
dunia ini bisa kau cipta
sebagai masa lalumu

dan barangkali, di balik kaki bukit itu
--yang kini penuh televisi, internet
blackberry pun ipad;
ada keyakinan
bahwasanya mereka tak pernah sanggup
memfiksikanmu juga si bujang anakmu
sama dengan manusia

“nenek lampat, demi namamu
aku takdir kemanusiaan katak
aku takdir hidup musibah milenium masa

takdirkanlah aku”




2011
Puisi ini terinspirasi dari sebuah pembacaan cerita rakyat: Si Bujang Katak
(Puisi masuk dalam antologi Pertemuan Penyair Nusantara v: "Akulah Musi")



8.14.2011

TUGU MUDA SERATUS RIBU TAHUN


Sir Richard Owen takkan pernah melihat semarang punya tugu
homo sapiens kini bergentayangan naik bus trans semarang
keduanya bertemu dinosaurus yang ternyata masih hidup
di bawah tanah. bergerak bergelimpang, tak bisa kencing tenang
karena kota ini semakin keparat saja. bau pesing terjadi di mana-mana.


2011

SEDINDING GABUS, SEPANJANG PERJALANAN YANG LANTAS KE TEMPAT SAMPAH

karena f.


2008, sketsamu berjumpalitan
sketsamu masih berjumpalitan di dinding yang terbuat dari gabus
sepertinya ingin membunyikan sesuatu tentang kebaikan dunia maya
--kita mesti jujur...kita mesti jujur
aku sempat mengiggau tentangmu dan enam belas tahun sms balasanmu
menunggui bau printer yang ngadat, lantas kapan selesai mencetak
sejarah kenapa kau putuskan untuk menemaniku sebagai lelaki

ketahuilah, sketsamu berkali-kali memanggil dingin dinding bukan tanpa alasan,
adakalanya aku tak dapat sepenuhnya mengerti bahasa
kedamaian yang hanya ada di pundakmu
lalu terpotret di sana bersama sebab-sebab takhayul
kucing hitam, bunyi gagak, kekupu cokelat, bintang jatuh,
hujan monyet, kecelakaan

aku mulai paham kalau kau tak pintar membikin puisi sampai-sampai menyesal
menangisi puisimu sehingga menggantinya sebagai musik
namun musik telah berhenti sebagai musik selain menumbuhi pemandangan berdua
mungkin sepasang kekasih yang lama jumpa. musik hanyalah diam dengan
bisikan lembut kepada telinga kita:
ya, kita tak sepatutnya berjalan
kita tak sepatutnya menempuh perjalanan
mengatur siapa yang akan menyelesaikan arah
menentukan di mana rumah yang sah

kepadamu, suatu waktu telah bersedia diketemukan oleh tempat sampah
aku meremasmu dan sketsa yang berisi pundak-pundak kita
dengan demikian kita tak perlu berkeluh kesah atas tempat
yang telah menemukan kekesahan terlebih dahulu
melepasnya ke ruang yang tak pernah terkira untuk disinggahi

barangkali, perkenankanlah aku untuk memperkenalkan diri, lagi

sejujurnya
ini aku yang mengetuk malam-malam supaya aku kau keluarkan dari bau printer
sketsa, dan 2008!



2011

8.11.2011

ALEGORI POHON BELIMBING


yang rela menerima segala sampah

dan tumpah tanpa membunyikan sebah adalah tabah

kita tak perlu bermuluk-muluk memakai peci
dan baju koko yang baru bilamana yang lama
telah usang karena kita tak pandai merawat
atau mengukur cawat

dahi ini tetap dahi setinggi manusia, ia akan
seperti kesombongan bilamana mendongak
lebih tinggi dan tinggi hingga melupakan
siapa yang menderaskan darah ke segala
tingkah

aku. aku. akulah pohon yang setengah terpangkas
oleh dada penuh bulu brutal yang mengeras.
setengah mati tanpa ada suara ketuk pintu
suara kerendahan hati--
"izinkanlah aku memangkasmu sebab telah kuketuk pemilikmu"

hahaha!
ini musabab, pak erte yang baik...
akulah batang-batang pohon yang tersungkur di pinggir jalan
yang tak mengutuk kalaupun benci angslup di tajam belatimu
manakala kau bersikeras patahkan dengan doa sepulang umroh

maka di pangkal akarku telah berulangkali
menerima nasihat syahdu dari air selokan
dan tak sebentar sungsang karena berseberang
semata,
lantas suaraku yang khilaf mengaku aku
menjemput laku kehilangan manusia
seketika pergi tanpa busana
tanpa memberi salam pemiliknya, tanpa!

yang rela menerima segala sampah
dan tumpah tanpa membunyikan sebah adalah tabah


2011

8.01.2011

SAJAK-SAJAK MELANIE LIEBERMAN*

Menghabiskan Waktu dengan Kakek


Bagian I
Untuk Seseorang yang Pernah Veteran

ia sudah terbang mobil di stopwatch langit yang membeku
rem dengan katup yang terjebak
seperti burung cuckoo macet di pintu sebuah jam.

ia duduk
di kursi penumpang dari ford lengkap fokus 2007
tapi semua yang ia lihat hanyalah kendali tekanan udara
dan sayap di samping pandangan cerminku.

ia masih menganggap sekelilingnya adalah perang
yang berjuang selama terbang di atasnya sehektar padang hijau
ujung es dan biru seperti electroshocks yang melalui kulit.

itu
pelajaran pertama aku mengemudi, tapi aku tidak belajar untuk terbang
mencoba untuk menavigasi pinggiran kota terasa lebih sulit
ketika rekan-pilot mengira kau menghindari artileri-artileri.

di puncak
bukit ia mendesakku melepaskan gas -- dan rem,
untuk pindah ke gigi yang lebih rendah,
sehingga aku mampu memberhentikan jet kargo di landasan.

tidak ada gunanya
bersikeras
bahwasanya mobil tidak bekerja dengan cara yang sama seperti jet
atau pikiran yang tua sama dengan yang muda
bahwasanya rem ada untuk berhenti sementara
meluncur menuju tepi sebuah langit yang datar.



Bagian II
Jika Kau Tak Gunakan Kata-Katamu Mereka Menghilang

Seumpama dokter-dokter yang mendeteksi infeksi
merambat naik dari pergelangan kaki kirinya
melalui pahanya yang seperti puding kismis
dan ke dalam tebal-kanker perutnya.

ia meletakkan jariku ke dalam tangannya,
sementara lidah licinnya bertongkat pada sebuah kata,
vokal akord kuno berdecak dengan sungguh
semua sembilan puluh tahunnya mundur dari sistem.

sebuah kamera video betanda kutu-kutu pada
sudut meja dapur,
untuk mengabadikan cerita-cerita
dari orang-orang pabrik

hikayatnya menetes perlahan
sampai gambar abu-abu dan putih yang mengerak
sejak tahun 1930-an di New York
membusuk ke dalam sarang laba-laba dan debu.

"kau
tahu," katanya, berpindah dari satu
pemikiran mampet menuju yang baru,
"jika kau tidak menggunakan kata-katamu mereka benar-benar
menghilang. "

dan
aku mencoba untuk merawat milikku
menandai setiap chip seperti dalam sebuah batu rosetta
sebelum berubah menjadi tetes embun di beranda belakang
pergi secepat cahaya matahari gudang seantero dunia





*Melanie Lieberman adalah seorang penulis dan editor muda Amerika yang sampai saat ini telah menerbitkan 13 buku. Sajak-sajak ini diterjemahkan oleh Ganz Pecandukata, 2011.

Sumber: http://www.hillstead.org/PDFs/lieberman_grandpa2009.pdf