PERCAKAPAN ANTARA LAWRENCE DENGAN AMICHAI [1]

Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)

NASIHAT-NASIHAT BEN ONKRI

Bagian Satu: 15 Nukilan “A Way of Being Free” (Phoenix House, 1997)

SESEORANG TELAH MENGACAK-ACAK MAWAR-MAWAR INI

Terjemahan atas pembacaan cerpen Gabriel Garcia Marquez

CETAK ULANG: "PADA SUATU MATA KITA MENULIS CAHAYA"

Cetak ulang buku Sepilihan Sajak oleh penerbit Garudhawaca

WAWANCARA ORTOLANO DENGAN COELHO

Terjemahan atas pembacaan wawancara antara Glauco Ortolano dengan Paolo Coelho

7.31.2013

PUISI-PUISI YANG DIMUAT DI MAJALAH (TEENLIT) STORY

Puisi-puisi yang relatif lama ini ternyata dimuat di Majalah Story edisi Juli 2013. Berikut mereka ini:



MENUNAIKAN SENJA
untuk s.

untuk setiap senja
yang kita tintakan dalam sebuah amplop:
izinkanlah aku tiupkan angin kencang untukmu
supaya awanawan lekas bergerak menujumu
meneduhimu lewat gerimisgerimis rindu
lalu menjelma sayapsayap sunyi baru
dan nyanyiannyanyian musim
bagi sepasang burung dara
yang hinggap bersarang
pada bulubulu mata kita.

- dengan demikian, senja telah tunai
kepadamu-


2010





CANGKIR KOPI: ENGKAU PENA FISIKA DI JEMARI PUISIMU

semalam, cangkir kopi yang bermalam di suhu matamu itu
berbicara tentang zat dan energi di halaman kepala yang
engkau letakkan massamassa mengikat sampai ubunubunmu
dan garisgaris sambung yang engkau cipta selalu berarah menujuku:
aku yang engkau jadikan satuan watt melebihi lampu meja belajarmu.

penamu begitu elastis dan pegas ke atas proyeksiproyeksi
yang engkau tarik dalamdalam dari muka wajahku hingga
sepi yang meluncur cepat berkelok dengan kecepatan tak
terumuskan oleh teori kinetik sekalipun.

semalam, aku menghitung diamdiam seberapa sublim
cangkir kopi yang aku temu di jemari puisimu oleh fisika
yang ternyata menjadi penampang peta bagi penamu. 

- semalam, ada persamaan sudut lahir di kepala kita -


2010





PAGI MENUJU SEBERANG JENDELA
buat sheila q.

1.
bagaimana aku bisa menyampaikan gerimis
di kedua mata mungilku kepada abjadabjad puisi
sedang lampu belajar masih saja membacakan nyalanya
pada kertas dan pena di meja belajar itu

bagaimana aku bisa berbicara tentang seberang jendela
di bibir-puisi yang baru saja mengatakan bahwa
gerimis adalah tekateki yang kurancang semalam

- pun engkau tahu meja belajar itu melihatmu
perlahan muncul di uapan cangkir kopi –

2.
lewat tanya yang telah aku tuliskan,
lewat alis yang kupertebal semalam
aku mencium baumu dari uapan itu
: kopi yang terasa manis untuk lidah-gerimis

3.
tulisan bahwa aku berdiam di antara halaman tumpukan buku
adalah isyarat lama yang kutujukan pada rerintik
yang jatuh menebalkan pagi melebihi jumlah halaman itu
aku adalah alismu

dan kita, kita telah lupa akan waktu yang tak berhenti
menebalkan kulitnya supaya kita tahu bagaimana
mengajarkan pagi menuju seberang jendela
yang dipenuhi anak-anak gerimis.


2010

7.20.2013

HARIPUISI INDOPOS, SABTU, 20 JULI 2013


Sebuah kolom HariPuisi di Surat Kabar INDOPOS pada hari itu memuat empat puisi saya. Kolom di surat kabar ini diredakturi oleh Presiden Penyair Indonesia. Berikut ini puisi-puisi yang dimuat:



KOLASE KENANGAN ( II )

sepanjang jembatan dengan pembatas berwarna oranye
di bawahnya rumah-rumah kayu yang menjerit
setiap kemarau tiba. di hadapan kabel-kabel tebal
pemanggul sepanjang jalanan ini,
langit memburat kuning-merah. setiap kali senja
adalah nyala waktu anak-anak; mereka yang bertaruh
kepak burung-burung dara, menyelamatkan satu
pasangan demi pasangan lainnya.

lanskap itu telah memindai masa depan
memutuskan yang lalu. kamu, risalah yang kini
dan yang sembunyi pada jarak. aku bentangkan
penantian yang lena seperti penjual kepiting
sendirian di trotoar.

sepanjang jembatan dengan kita yang mesra
lalu anak-anak pulang. jalanan lengang
barangkali aku tak perlu merapal
sebagai aspal dan segala yang berlalu


2013




KOLASE KENANGAN ( III )

langit yang kita cintai adalah bentangan jalan raya
bagi burung-burung. mereka itu yang membuat cerita
jarak sejauh apapun mesti dirangkul sebab kepak sayap;
kepak sayap yang membuat perjalanan dan pemberhentian
benar-benar menyatu.

langit yang kita cintai, biru apa adanya; awan-awan
adalah kisah penderitaan yang dimuntahkan seekor burung
yang tertinggal sendirian di antara burung-burung lain.
langit yang kita cintai tetaplah biru apa adanya
maka bersama waktu yang hablur, kita merayakannya
hingga tak ada lagi tebaran-tebaran cemas atas derita.

langit yang kita cintai, biru yang kita jamu;
orang-orang justru mengira itu adalah pandangan
yang minus dan tak sampai


2013





KOLASE KENANGAN ( V )

katamu, mendung adalah catatan keterangan tempat;
kita yang selalu bermawas-mawas: gumpalan kelabu itu
akan berhanti ataukah berlalu. katamu, jika hujan tiba
akan ada rezeki yang berjalan dari kejauhan.

sebuah pemandangan tentang kita, cuaca
tentang bagaimana orang-orang memesrakan diri
dengan kehangatan yang dirindukan pulang
masuk lewat daun-daun pintu basah


2013



KOLASE KENANGAN ( VI )

aku menemukan kalian di pasar karimata kartini
: ketakutan, kegetiran, keterasingan
yang menyatu, yang tak terbaca
dari sangkar-sangkar beserta sesak segala burung

“mereka ingin terbang, mereka ingin terbang
hinggap di langit, mengembangbiakkan
kebahagiaan di pohon-pohon”
kata seseorang

ini bukan tentang liputan-liputan kesedihan
orang-orang itu tak pernah sekalipun selesai
pada kecemasan yang menetap di dadanya,
orang-orang itu tak peduli berapa banyak
yang mesti diungsikan dari langit maupun
pepohonan

aku menemukan kalian di pasar karimata kartini
:ketakutan, kegetiran, keterasingan
yang disangkar dan tak pernah ada yang ingin
melepaskan, sebab orang-orang itu selalu
memelihara kecemasan di dalam sangkar
bersama kalian


2013



sumber: http://epaper.indopos.co.id/Main.php?MagID=4&MagNo=921&data=1



7.15.2013

MARGONDA 19.30



lalu aku sadar, ini kota sudah jadi yang lain
barangkali juga kamu. kita ingin sekali bepergian
tapi entah, jalan-jalan yang kamu ingat justru
mengarahkan pada tempat-tempat di mana
terasa udara kota ini masih seperti baru saja
ditebar garam. ini kota di mana malam
selalu saja risau. aku asing lagi, apartemen
yang memuat para pendatang, mereka
membawa make up di tas dan kantong-kantong
pakaian. di dompetnya uang berbau parfum-parfum,
soft drink, makanan instan, dan celana pendek.
aku linglung saja

lalu aku sadar, ini bukan sebentar mimpi
aku di lantai 8 bersama kamu dan kesunyian
bagi lorong-lorong dan kesepian bagi pintu-pintu
dan ketenangan bagi nyala lampu-lampu.

jendela ini sekiranya bahagia ketika kita
memandang kolam renang
dikelilingi cahaya-cahaya lampu
lalu membikin kita seperti ingin menjatuhkan
diri dari lantai 8

lalu aku sadar, tadi kamu memesankan
aku ayam bakar di warung mak ani
dan kita akan makan malam di sini saja
minum es krim, menyalakan tivi
menunggu jemuran
sampai kedinginan karena ac
malam ini, tanpa paksa aku ikut saja
sebab aku ingin belajar pasrah
dari seisi gedung ini


2013

7.13.2013

MOON RIVER* MALAM INI


~ kamu bertanya, kenapa setiap pagi,
waktu muncul seperti jarum-jarum
yang pernah digunakan ibu kita. jarum-jarum tajam
mengkilat dan menjahit kenangan di mata kita;
kita yang kanak-kanak
dan merasa ingin selalu berhati kanak-kanak
supaya bisa menyelinapkan kelindan peristiwa
masuk ke dalam lubang
jarum-jarum itu

tapi waktu, sedemikian maha segalanya
ia yang mengizinkan kita tumbuh
akan ingatan-ingatan yang redup dan nyala
pada hamparan halaman-halaman
baik yang kita benci
baik yang kita cinta

~ kamu bertanya, kenapa setiap malam
dada ini terus menerus ingin paham
bagaimana ukuran cinta itu, seraya
merapal jarak yang mengulur dan mengatur
pelajaran-pelajaran tentang peram rindu

tapi waktu, sedemikian maha segalanya
ia yang mengizinkan kita tumbuh
membikin kamu dan aku
seperti tanaman-tanaman perdu
yang bertunas di hari keindahan
di mana kecemasan menjelma
air yang menyuburkan kita
menciptakan kata-kata mesra,
sebab oleh cinta
kita bertindak

~ tapi waktu, sedemikian maha segalanya
ialah ibu;
ia yang mengizinkan kita tumbuh
bersama jarak yang bernyala
menerangi lorong-lorong diri:
kecamuk pada dada yang hampir rusak
dengan pelukan seperti detak jam
di tangan kita,

betapa luas aku mengenang kamu
kita yang sedang beranjak dewasa
atau bahkan lebih dari itu


2013


*adalah salah satu lagu yang diciptakan Henry Mancini, ada dua penyanyi wanita yang saya favoritkan ketika mempopulerkan lagu ini: audrey hepburn dan katie melua

7.08.2013

DEPOK SQUARE


kamu meminta aku beli apa, semalam kita sepakat
mempercayai bahwa uang pangkal mabuk
aku sangsi, kita yang asing mengasingkan
dari diskon-diskon dan makanan-makanan jepang
maka aku menatap pasangan-pasangan
yang menyebut diri sebagai orang-orang yang pulang kerja

"kita bisa makan enak di sini. makanan impor, tentunya"

kamu berkhayal, kita ini sepasang kekasih
seperti yang akan berangkat kerja

aku bilang, jangan banyak-banyak mencintai
dengan cara-cara demikian;
cahaya-cahaya di gedung-gedung mal bisa saja
membuat cinta kita demam, sebab hidup
semata hanya kerja


2013

J825


sebelum pukul 5 sore kolam renang sudah penuh
matahari menghisap kami ke dalam udara yang diciptakan ac
di dalam kamar, jam berdetak berputar seperti pandangan
kami mengitari apartemen. udara membikin dada kami
ingin dipenuhi air, kepala yang lebih baik menjadi kolam renang
daripada jadi penumpang bus metromini

sebelum pukul 5 sore, ada seseorang yang ingin dibangunkan
jemuran belum juga kering, tapi waktu terus memompa kami

bukankah kita bisa berhenti di hari senin?
katamu

tidak, kita bukan kolam renang
bukan pula bus metromini;
kita ini sebuah kamar yang dihimpit
cemas yang mengapung di hari-hari
di rindu-rindu selanjutnya


2013