11.17.2009

CELOTEH KEPADA MALAM DAN AIRMATA


Kulihat seorang bapak berceloteh kepada malam tentang himpunan angka di daftar barisan hutang: “engkau adalah tangisan nafkah bagi rembulanku. Ya. Rembulan yang hampir pejam”


Kepada airmata ia berbisik: “malam berwajah murung begitu congkak mengendarai rembulan, entah ke mana. Dan engkau telah merupa bulan-bulan baru di sisi petak-petak tanggunganku.”


Kulihat seorang bapak menutup celotehnya dengan memotong pita doa pada malam airmatanya.



2009

0 pembaca kata berbicara:

Posting Komentar

silakan rawat benih ini