PERCAKAPAN ANTARA LAWRENCE DENGAN AMICHAI [1]

Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)

NASIHAT-NASIHAT BEN ONKRI

Bagian Satu: 15 Nukilan “A Way of Being Free” (Phoenix House, 1997)

SESEORANG TELAH MENGACAK-ACAK MAWAR-MAWAR INI

Terjemahan atas pembacaan cerpen Gabriel Garcia Marquez

CETAK ULANG: "PADA SUATU MATA KITA MENULIS CAHAYA"

Cetak ulang buku Sepilihan Sajak oleh penerbit Garudhawaca

WAWANCARA ORTOLANO DENGAN COELHO

Terjemahan atas pembacaan wawancara antara Glauco Ortolano dengan Paolo Coelho

9.03.2010

DUA MUSIM UNTUK MARET

Musim I

apa yang dapat kita artikan tentang musim dingin
yang kekal pada gigil tubuh kita, selain sebuah kalender
dengan angka-angka diam. ya, hanya diam yang enggan
bersaksi atas muka-muka kita yang semakin beku
tersebab waktu.

apa yang seharusnya kita artikan tentang musim dingin
yang tak sampai mengisi kekosongan gelas bir tempat engkau
tumpahkan ke atas didih matamu; wahai biduan lagu-lagu
gigil yang menginap di rambut-rambut kepalaku!

- aku dan engkau telah mengenal bagaimana salju juga es, kelak
memberi warna makna untuk setiap ujung rambut kita untuk
setiap musim pertama yang datang dari dua-kutub kalender kota kita -


Musim II

kawanan kerbau bertanduk yang menyeberang di bibir sungai
adalah pertanda bahwa penghujan yang tiba mengharuskan
kita menanggalkan sepasang sepi untuk dibawa pada arus sungai
dan memaksa kita menerjemahkan musim yang pindah
dari bibirku ke bibirmu

apakah tiap rerintik yang patah pada ingatan kita telah
jadi hujan yang pasti bermalam di setiap purnama yang takkan
sembunyi pada sungai kata-kata yang memusimkan sepenggal rindu
sehingga engkau lupa bagaimana kerbau di mimpi-mimpi itu bermula
tanpa tanduk-tanduk mereka

- dengarlah! penghujan banyak menciptakan ingatan bagi sebuah musim
tempat aku meletakkan bunyi puisi ini kepada setiap nama yang engkau
panggil menuju ujung musim di bibirku dari bibirmu -


2010
(sajak ini diikutkan dalam PESKSIMINAS 2010 di Pontianak setelah memperoleh peringkat V se-JATENG)

TENTANG SUARA DI TUBUH





~ 1/
Ni, aku telah duduk dan jelma waktu yang tetas di detak alat pendengar degup
jantungku sendiri. ketika kepalaku masih saja memeras keberuntungan
menemukan dirimu yang bersuara suara sayup di antara bunyian semayam
pada dada yang rasanya ingin kubelah dan kusendirikan bersama kepala
dan stetoskop.

~ 2/
bertahun tahun aku sudahi percobaan penerkaan yang karam, Ni. di lautan
tanpa suara dan arah ke mana aku harus berlayar mengembalikan ombak
yang dulu sempat tersesat di pesisir pantai yang sedang sakit karena teriak
jejak kakimu memanggil manggil perpisahan sehabis engkau peluk. bertahun
tahun aku sudahi percobaan akan pendengaran yang sebenarnya memetakan
ketulian ingatan pulau pulau senyap di kedua lubang telingaku.

~ 3/
kepada dadaku yang belum tentu bisa mengartikan ketulian suara itu sendiri.
aku berucap lewat tubuhku yang makin surut dari bisikan bayanganmu. “Ni, aku
sungguh ingin menemukan suara-alamatmu yang lama terkubur di pasir
ingatanku. aku sungguh ingin mencari dan mencari di mana engkau meletakkan
suara paling parau hingga aku bisa melupakan ketulianku sendiri dan pergi
dengan segera menuju alamat-suaramu.”

~ 4/
Ni. dan bila suara benar benar kekal

pada penemuanku yang kedua kalilah, aku berjanji bahwa akan kutulis-bacakan
suara kehilanganku atas abjad abjad kerinduan yang hampir punah dan
ingin sesekali disuarakan, dibiarkan lepas atas susunan susunan maknanya sendiri.

~ 5/
suatu waktu aku ingin tiada, Ni. dengan suaraku yang akhirnya kutemukan
bukan di dada-telingaku. melainkan di tubuh pesakitan tempat aku duduk
merenungi mu dan

suara.



2010
ilustrasi gambar oleh steven kurniawan