9.03.2010

TENTANG SUARA DI TUBUH





~ 1/
Ni, aku telah duduk dan jelma waktu yang tetas di detak alat pendengar degup
jantungku sendiri. ketika kepalaku masih saja memeras keberuntungan
menemukan dirimu yang bersuara suara sayup di antara bunyian semayam
pada dada yang rasanya ingin kubelah dan kusendirikan bersama kepala
dan stetoskop.

~ 2/
bertahun tahun aku sudahi percobaan penerkaan yang karam, Ni. di lautan
tanpa suara dan arah ke mana aku harus berlayar mengembalikan ombak
yang dulu sempat tersesat di pesisir pantai yang sedang sakit karena teriak
jejak kakimu memanggil manggil perpisahan sehabis engkau peluk. bertahun
tahun aku sudahi percobaan akan pendengaran yang sebenarnya memetakan
ketulian ingatan pulau pulau senyap di kedua lubang telingaku.

~ 3/
kepada dadaku yang belum tentu bisa mengartikan ketulian suara itu sendiri.
aku berucap lewat tubuhku yang makin surut dari bisikan bayanganmu. “Ni, aku
sungguh ingin menemukan suara-alamatmu yang lama terkubur di pasir
ingatanku. aku sungguh ingin mencari dan mencari di mana engkau meletakkan
suara paling parau hingga aku bisa melupakan ketulianku sendiri dan pergi
dengan segera menuju alamat-suaramu.”

~ 4/
Ni. dan bila suara benar benar kekal

pada penemuanku yang kedua kalilah, aku berjanji bahwa akan kutulis-bacakan
suara kehilanganku atas abjad abjad kerinduan yang hampir punah dan
ingin sesekali disuarakan, dibiarkan lepas atas susunan susunan maknanya sendiri.

~ 5/
suatu waktu aku ingin tiada, Ni. dengan suaraku yang akhirnya kutemukan
bukan di dada-telingaku. melainkan di tubuh pesakitan tempat aku duduk
merenungi mu dan

suara.



2010
ilustrasi gambar oleh steven kurniawan

0 pembaca kata berbicara:

Posting Komentar

silakan rawat benih ini