PERCAKAPAN ANTARA LAWRENCE DENGAN AMICHAI [1]

Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)

NASIHAT-NASIHAT BEN ONKRI

Bagian Satu: 15 Nukilan “A Way of Being Free” (Phoenix House, 1997)

SESEORANG TELAH MENGACAK-ACAK MAWAR-MAWAR INI

Terjemahan atas pembacaan cerpen Gabriel Garcia Marquez

CETAK ULANG: "PADA SUATU MATA KITA MENULIS CAHAYA"

Cetak ulang buku Sepilihan Sajak oleh penerbit Garudhawaca

WAWANCARA ORTOLANO DENGAN COELHO

Terjemahan atas pembacaan wawancara antara Glauco Ortolano dengan Paolo Coelho

1.31.2011

BAB BAB MENJELANG MIMPI


BAB I: KAMAR

ubin kamarku malam ini penuh dengan salju, lalu aku menyusun tungku

terbuat dari bara kutub utara yang mencair. aku mendekatkan diri seraya

mengatupkan telapak tangan tempat bermunculan anjing anjing laut

sebelum masuk ke rongga mulut paus pembunuh. anehnya, ada kau di

sana bersama seorang pemuda menanam pohon limau. dan aku ingat

limau di kamarku yang sedemikian getir bagi lidah. bertahun tahun

pohon itu tetap saja tak tumbuh buah, sebab di kamar ini telah genang

bekuan airmata rusuk yang tak ingin berbuah di masa kegigilan tempat

semua tungku dinyalakan dan orang orang tekun menghangatkan diri

memeluk ingatan dirinya yang berada di musim panas kamar masing

masing. membunuh raung anjing anjing getir di setiap lubang dada

melalui jalan jalan telapak kaki.


BAB II: LEMARI

aku memasrahkan segala waktu kepada pakaian pakaian. sebab, mereka

yang lebih tahu tentang penanda umur dan lagu api gomora. di dalam

lemari memanggil derit pintu pesakitan sodom tempat aku berjanji takkan

menengok masa kanak kanakku dan kekasih lama lagi. aku mengambil

baju tidur di lemari. memakaikannya erat erat di tubuh, hingga kulitku

adalah kain. aku menutup lemari dan pergi jauh jauh darinya sebelum

kepalaku menggelantung di gantungan pakaian dan mataku menjadi

koyak karena umur.


BAB III: RANJANG

sepanjang tubuhku nyaman di ranjang ini, aku takkan berani membiarkannya.

bunga ilalang liar begitu lebat tumbuh di sana sini dan ranjangku tak pernah

mengeluh untuk memuat untuk mewarnai hijau pada spreinya. aku bahagia

bisa punya ranjang penuh sayap kupu pagi hari, suara jangkrik malam hari.

menatap langit seperti laut dekat bibir pantai yang biru muda, aku seakan

semakin dekat dengan fotomu yang dulu. bahwa di ranjang ini pun, aku

berharap melihatmu memakai gaun putih rebah di hijau tubuhku. dan kita

mulai membicarakan tentang rumah berkelebat angin rumput bunga

bunga lavender dan ranjang di langit yang mulai menatap tanah kering

menjelang segala sesuatu beruban ungu, pada rambutku juga kau.


BAB IV: SELIMUT

aku menuliskan tentang selimut bukan karena aku melulu kedinginan,

melainkan karena sebenarnya aku telanjang. dan mungkin hanya

selimut yang paham benar bahwa manusia itu makhluk paling telanjang

di muka bumi. alih alih, selimut bisa meramal kegigilanku menerjemahkan

ketelanjanganku. dan aku mendukung selimut untuk menjadi seorang

psikolog bagi setiap kecemasan yang merayakan bahasa persembunyian

kepribadian tubuhku. maka, aku tak henti henti mengenakan selimut

untuk mengetahui betapa jujurnya aku.


BAB V: BANTAL

mengadu adalah mengaduh. ke atas bantal di balik baunya yang lekat

rambutku, mimpi siap kurancang bahwasanya di dunia ini tak terlalu

sempit untuk surga yang sebentar lagi tidur dari liur airmata juga

harapan ke mana diri ini membawa pulang.



2011