PERCAKAPAN ANTARA LAWRENCE DENGAN AMICHAI [1]

Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)

NASIHAT-NASIHAT BEN ONKRI

Bagian Satu: 15 Nukilan “A Way of Being Free” (Phoenix House, 1997)

SESEORANG TELAH MENGACAK-ACAK MAWAR-MAWAR INI

Terjemahan atas pembacaan cerpen Gabriel Garcia Marquez

CETAK ULANG: "PADA SUATU MATA KITA MENULIS CAHAYA"

Cetak ulang buku Sepilihan Sajak oleh penerbit Garudhawaca

WAWANCARA ORTOLANO DENGAN COELHO

Terjemahan atas pembacaan wawancara antara Glauco Ortolano dengan Paolo Coelho

8.16.2009

SAJAK SAJAK `45

MALAM DI KIBAR RAYU PULAU KELAPA

: 64 tahun tanah persada

Setengah abad lebih, kita duduk menenggak gelasgelas panembrama para ksatria. Bersama mereka. Rayuan belatibelati tanpa sarung di degup peluk. Rayuan pusakapusaka tanpa mantra di ujung genggam. Rayuan satuan-satuan doa tanpa takut di palung hati menuju tepian bibir. Rayuan langkah-langkah tanpa bungkuk di gelegar jalanan.


Setengah abad lebih, kita berpacu di pesisir pulau pejuang. Bersama mereka. Rayuan para pengikat kepala. Rayuan para pelempar bambubambu runcing. Rayuan para peneriak surga. Rayuan para nahkoda layarlayar samudera. Rayuan para penganyam bendera. Rayuan para pelantun pertiwi.


Setengah abad lebih, kita bermalam di gemuruh kelebat bendera tanda jasa. Bersama mereka. Kita berkibar. Pada anginangin rayu dan langitlangit perkasa. Nyiur pulau kelapa yang kita rindu dalam satu.


2009



MEMOAR UNTUK KITA

Sejak dulu, kita adalah bangsa. Kita telah meniti di garisgaris perang. Di medan tempat kita menengadahkan kepala. Tempat kita bergotong memanggul dan merakit senjatasenjata. Tempat kita menggendong para kawan yang berjatuh sakit atau menutup mereka dengan tangis.


Kita telah tersimpan. Dalam segudang buku sejarah. Dalam museum bingkaibingkai kepahlawanan. Dalam kenangan nisan liangliang kubur.


Sampai kini, kita adalah bangsa. Kita tetap meniti di garisgaris perang. Di medan tempat kita menundukkan kepala. Tempat kita bergotong memanggul balada tangis tanah kita. Tempat kita memejam mata di segala kepunahan atas penjajahan yang bisa terjadi.


2009



BETA PUNYA BENDERA

Beta punya bendera. Sewaktu tanah beta dikoyak gelegar para pendatang. Bendera beta naikkan di tiangtiang perjuangan. Bendera beta bawa lari. Di depan sana. Di kobar koar para pelawan kakikaki asing berdesing.


Beta punya bendera. Bendera beta bawa lari, ke mana beta bergema di tanah persada.


2009



KAMI GENERASI BAMBU RUNCING BARU

Kami adalah bambubambu muda. Yang dengan perkasa, meruncingkan diri lewat pisau dan belati.


Kami adalah bambubambu muda. Yang dengan gagah,

menikam tubuhtubuh bengis tanpa nama di terra kami.


Kami adalah bambubambu muda. Yang dengan perkasa, menenteng mayatmayat tak bertuan di makam kami.


Kami adalah bambubambu muda. Yang dengan gagah,

tegap menancap di gulungan reformasi.


Kami adalah bambubambu muda. Yang dengan perkasa, menyebut generasi dengan runcingruncing baru.


Kami adalah bambubambu muda. Yang dengan gagah,

memasung diri kami ke dalam tanah air bergelimpang pahlawan.


2009



SURAT KEPADA PANGERAN

Pangeran yang mulia,

Kita telah menunggangi kudakuda sejati. Memanah, menikam bersama. Kita telah setia menjaga lahanlahan para petani, rumahrumah rakyat dari gerilya musuh, juga lembaranlembaran wasiat dari bolabola api.


Kita telah memastikan. Musuh lari terbirit-birit. Melihat pasukan solid kita menggempur dalam bara dan tak mudah dibelah.


Dengan demikian selesailah pertempuran kita. Namun satu hal yang perlu engkau ingat di tempat peristirahatanmu. Kita bukanlah pahlawan tanpa tanda jasa.


Salamku,

Tanah tumpah darahmu.


2009



TANAH BERPASIR JUANG

Tanah ini bukan tanah biasa. Bukan sekedar pijakan manusia belaka. Bukan hanya pelataran tempat lahirnya gedung-gedung, kantor–kantor dan rumah-rumah bertingkat dengan kemegahan semu. Bukan.


Tanah ini bukan tanah biasa. Bukan pula tempat memendam segala yang mati atau hidup. Ini adalah tanah tanpa hiasanhiasan permadani maya lambang manusia pelupa sejarah. Ini adalah tanah beratas pasir juang. Di mana leluhur menaruh cinta pada setiap butirnya.


2009



TAHUN `45

Di tahun `45, para ibu bekerja keras menyeka jutaan airmata para suami dan anaknya. Melaparkan diri demi bulir-bulir padi dan umbi-umbi ketela milik lahan mereka. Demi susu nyanyian ronta para bayi.


Di tahun `45, para ayah bekerja keras menyeka jutaan airmata para ibu dan anaknya. Memperkasakan diri demi rumah-rumah dari para penjarah dan pemungut kedamaian. Demi kuntum-kuntum wasiat bumi.


Di tahun `45, para anak bekerja keras menyeka jutaan airmata para ibu dan ayahnya. Menggembalakan dirinya dari kawanan domba di antara raung-raung serigala kebebasan. Demi menyelamatkan yang hilang dari dirinya, juga mereka. Kemerdekaan itulah.


2009