PERCAKAPAN ANTARA LAWRENCE DENGAN AMICHAI [1]

Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)

NASIHAT-NASIHAT BEN ONKRI

Bagian Satu: 15 Nukilan “A Way of Being Free” (Phoenix House, 1997)

SESEORANG TELAH MENGACAK-ACAK MAWAR-MAWAR INI

Terjemahan atas pembacaan cerpen Gabriel Garcia Marquez

CETAK ULANG: "PADA SUATU MATA KITA MENULIS CAHAYA"

Cetak ulang buku Sepilihan Sajak oleh penerbit Garudhawaca

WAWANCARA ORTOLANO DENGAN COELHO

Terjemahan atas pembacaan wawancara antara Glauco Ortolano dengan Paolo Coelho

11.16.2014

IMPERASI DERMAGA



laut ibumu, telah lama menyusui kejatuhan cahaya
dan secara beraturan menggelindingkan pendarnya
dalam lengkung gelombang menuju pandanganku,
pandangan yang kemudian susut
terpelanting sejauh kapal-kapal angkutan
melampaui jeratan lanskap mata.

inikah namanya bagian yang tak terkatakan
atau tak tercatat sebab ia senantiasa kehilangan
tempat?

kail--yang bergerak sendiri sampai tambat pada arus ikan;
masa lalu yang berjalan tertatih, pelan-pelan jelma umpan
lalu diperas cahaya pada jarak tertentu
menghilang seperti ikan-ikan

waktu yang tak pernah padam, kita yang bertaruh rindu
ingat, pancingmu yang pernah bergoncang kecil
di dermaga tempat beberapa orang datang sekedar
membuang pandangan tak penting;

menjauhlah dari tipu gelombang
mendekatlah pada laut ibumu
yang kedalamannya belum benar kau kenali


2014

CERPEN O HENRY ( I )

KENANG-KENANGAN*
Oleh O Henry**

J
endela kamar Nona D'Armande tampak terbuka ke arah Broadway dan teater-teaternya. Namun Lynette D'Armande membalikkan kursinya dan kembali duduk dengannya memandang Broadway. Ia seorang aktris, dan membutuhkan Teater Broadway, tetapi Broadway tak membutuhkannya.

Ia kini tinggal di Hotel Thalia. Tempat bagi para aktor pergi untuk beristirahat di sana selama musim panas dan kemudian mencoba memperoleh pekerjaan selama musim gugur sewaktu teater kecil dibuka kembali. Kamar Nona D'Armande di hotel ini tak terlalu besar, namun di dalamnya ada banyak kenangan akan hari-harinya di teater, dan juga foto-foto dari beberapa teman baiknya. Kini ia memandang salah satu dari foto-foto tersebut, lalu tersenyum.

"Aku ingin tahu di mana Lee sekarang," katanya kepada dirinya sendiri. Ia memandang sebuah foto Nona Rosalie Ray, seorang wanita muda yang begitu cantik. Pada foto tersebut, Nona Ray sedang mengenakan rok sangat pendek dan duduk di sebuah ayunan. Setiap malam ia pergi ke teater, berayunan di ketinggian udara, sampai melampaui kepala semua orang.

Ketika ia melakukan aksi tersebut, semua orang di teater menjadi sangat terperanjat dan lantas berdiri. Alasannya, ketika kaki panjang Nona Ray yang indah meninggi di udara, ikat stoking kuningnya terbang lalu jatuh ke orang-orang di bawahnya. Ia melakukan aksi ini setiap malam, dan setiap malam seratus tangan berdatangan demi menangkap pengikat stoking tersebut. Selain itu, ia melakukan aksi-aksi lainnya. Ia bernyanyi, ia menari, tetapi ketika ia naik ke ayunannya, semua orang sontak berdiri. Nona Ray tak mesti berusaha terlalu keras demi memperoleh pekerjaan di teater.

Setelah dua tahun ini, Nona D'Armande ingat, Nona Ray tiba-tiba meninggalkan teater dan pergi untuk tinggal di suatu negara. Dan tujuh belas menit setelah Nona D'Armande mengatakan, “Aku ingin tahu di mana Lee sekarang”, seseorang mengetuk pintu.

Itu, tentu saja, Rosalie Ray.

"Masuklah," Nona D'Armande memanggil, dan Miss Ray pun masuk. Ya, itu Rosalie. Ia melepas topinya, dan Nona D'Armande sedapat mungkin melihat bahwa ia tampak sangat pucat lelah dan tak bahagia.

"Aku punya ruangan di atasmu," kata Rosalie. "Mereka bilang kepadaku di meja lantai bawah bahwa kamu berada di sini. " "Aku sudah di sini sejak akhir April”,  tukas Lynnette. "Aku mulai bekerja lagi minggu depan, di sebuah kota kecil. Tapi kamu meninggalkan teater tiga bulan lalu, Lee. Kenapa kamu di sini? "
"Aku akan memberitahumu, Lynn, tapi beri aku minum dulu." Nona D'Armande lantas memberi sebuah botol kepada kawannya itu.

"Ah, ini menakjubkan!” ucap Rosalie. Minuman pertamaku untuk tiga bulan ini. Oke, Lynn, aku meninggalkan teater karena aku lelah pada hidup, juga karena aku lelah pada pria -- maupun orang-orang yang datang ke teater. Asal kamu tahu, kita harus melawan mereka sepanjang waktu. Mereka binatang! Mereka memintamu supaya pergi keluar bersama mereka, mereka membelikanmu minuman segelas atau dua gelas -- dan lantas mereka berpikir bahwa mereka dapat melakukan apa yang mereka inginkan! Itu mengerikan! Kami hanya bekerja keras, tapi kami cuma mendapat sedikit uang untuk kerja keras kami. Kami terus menunggu sampai kami kaya sejahtera -- itu tak pernah terjadi. Namun dari semuanya itu, aku meninggalkan teater karena pria.

Yah, aku menyimpan dua ratus dolar dan saat musim panas tiba, aku meninggalkan teater lalu pergi ke sebuah desa kecil melalui laut di Long Island. Aku merencanakan untuk tinggal di sana sepanjang musim panas, kemudian belajar bagaimana menjadi seorang aktris yang lebih baik.

Namun ada orang lain yang tinggal di rumah yang sama --­ Pendeta terhormat Arthur Lyle. Ya, Lynn, seorang pria dari gereja! Ketika aku memandanginya untuk pertama kali, aku jatuh cinta padanya sekaligus. Ia seorang pria yang tampak baik dan memiliki suara yang indah!

Yah, itu hanya sebuah kisah singkat, Lynn. Sebulan kemudian kami memutuskan untuk menikah. Kami berencana untuk tinggal di sebuah rumah kecil dekat gereja, dengan banyak bunga dan binatang. Tapi tidak, aku tidak mengatakan kepadanya bahwa aku adalah seorang aktris. Aku ingin menjauhkannya dan meletakkan kehidupan itu di belakangku.

Oh, betapa bahagianya aku! Aku pergi ke gereja, aku membantu para perempuan di desa. Arthur dan aku keluar untuk berjalan-jalan -- dan desa kecil itu adalah tempat terbaik di dunia. Aku harap, aku dapat tinggal di sana untuk selama-lamanya. . .

Tapi suatu pagi, seorang wanita tua yang bekerja di rumah mulai berbicara tentang Arthur. Ia berpikir bahwa ia menganggumkan. Lantas wanita tua itu bilang kepadaku bahwa Arthur pernah jatuh cinta sekali sebelumnya, dan peristiwa itu berakhir sedih. Ia menceritakan bahwa di dalam meja miliknya, ia terus mengenang -- sesuatu yang dimiliki gadis itu. Kadang-kadang ia mengambil dan memandanginya. Sedang wanita tua itu tak tahu itu apa -- sebab mejanya terkunci.

Sore itu juga aku bertanya kepadanya tentang hal itu. "Ida," katanya, (tentu saja, aku menggunakan nama asliku di sana). Sebelum aku mengenalimu, sebab aku belum pernah bertemu dengannya. Itu jauh berbeda dari cintaku padamu.

"Apakah ia cantik?" tanyaku.
"Sangat cantik," jawab Arthur.
"Apakah kamu kerap melihatnya?"
"Sekitar sepuluh kali," ucapnya.
"Dan kenangan ini - ia kirimkan untukmu?"
"Itu ada buatku darinya,” katanya.
"Kenapa kamu tak pernah bertemu dengannya?" tanyaku lagi.
"Ia berada jauh di atasku," jawabnya.
"Tapi, Ida, ini sudah selesai. Kamu tidak marah, kan? "
"Kenapa tidak. Aku mencintaimu sepuluh kali lebih banyak dari sebelumnya."
Dan aku melakukannya, Lynn. Dapatkah kamu paham? Betapa indah cinta itu! Ia tak pernah bertemu dengannya, tak pernah berbicara padanya, tapi ia mencintainya, dan tak ingin apa-apa darinya. Ia berbeda dari orang lain, pikirku ia benar-benar pria yang baik!

Sekitar pukul empat sore itu, Arthur harus pergi. Pintu kamarnya terbuka, mejanya tak dikunci, dan aku memutuskan untuk melihat kenangan itu. Aku membuka meja dan perlahan-lahan mengambil kotak itu dan membukanya.

Aku mengambil satu dari di antara kotak itu, aku pergi masuk ke kamarku lantas mengemasi koperku. Arthurku yang hebat, ia benar-benar pria yang baik, tak jauh berbeda dari pria-pria lain!

"Tapi, Lee, apa isi yang ada dalam kotak?",  tanya Nona D'Armande penasaran. "Salah satu ikat stoking kuningku!”, isak Nona Ray.



*) Cerpen ini diambil dari kumpulan cerpen O Henry yang berjudul New Yorkers terbitan Oxford University Press. Diterjemahkan bebas ke dalam bahasa Indonesia oleh Ganjar Sudibyo (penggiat komunitas sastra LACIKATA Semarang).

**) O Henry bernama asli William Sydney Porter. Lahir di North Carolina pada tahun 1862. Seorang cerpenis amerika yang terkenal dengan cerpen-cerpennya berbau miris, humoris, dan plot cerpen yang tidak terduga. Ia menggunakan nama pena semenjak mendekam di penjara pada tahun 1890an. Ia meninggal di New York pada tahun 1910.