PERCAKAPAN ANTARA LAWRENCE DENGAN AMICHAI [1]

Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)

NASIHAT-NASIHAT BEN ONKRI

Bagian Satu: 15 Nukilan “A Way of Being Free” (Phoenix House, 1997)

SESEORANG TELAH MENGACAK-ACAK MAWAR-MAWAR INI

Terjemahan atas pembacaan cerpen Gabriel Garcia Marquez

CETAK ULANG: "PADA SUATU MATA KITA MENULIS CAHAYA"

Cetak ulang buku Sepilihan Sajak oleh penerbit Garudhawaca

WAWANCARA ORTOLANO DENGAN COELHO

Terjemahan atas pembacaan wawancara antara Glauco Ortolano dengan Paolo Coelho

2.19.2011

SEPATU RAK SEPATU

sore sore, saya membersihkan rak sepatu. rak sepatu ini tergolong kekar

sudah sejak tahun delapan sembilan masih saja berwarna cokelat muda.

masih tahan menampung dua puluh satu pasang sepatu. pun, tidak ada

rerayap yang mau berkoloni membangun sarang. saat bersih bersih, saya

menemukan sepatu milik ibu saya yang penuh debu. entah, kapan terakhir

ibu memakai sepatu di tahun kemarin. tapi sepatu ini seperti tak berhenti

memohon supaya ada yang mengelapnya. saya mengabulkan permintaannya.

sepatu ibu ternyata warnanya sama dengan rak sepatu. ah, tapi untuk

apa lama lama mengelap sepatu ibu. toh, ibu tidak memakainya lagi

dan tidak memanggilnya lagi dengan nama sepatu. sepatu saya letakkan

kembali. hingga tiba tiba ada yang menjerit jerit di lubang sepatu:

surga, surga! bersihkan surga kami, sepatu para ibu!

saya kaget. saya mengintip intip lubang sepatu itu. ternyata

ada ngengat rayap memenuhi bekas telapak kaki ibu

sebelum saya dilahirkan.


sore sore saya membersihkan rak sepatu. rak sepatu yang pernah

sesekali jatuh dari gempa lima koma sembilan skala ritcher. dan tak

sekalipun pernah enyah dibawa bah pada tahun dua ribu enam.

saya kagum. rak sepatu ini seperti ayah saya. tegas. tak patah

arang. suka memberi nasihat bukan kepada pemiliknya saja

seperti saya. kerap kali, saya hanya ingin menjatuhkan airmata

saya demi rak sepatu sepanjang sore. merimbunkan lumut pertama

kalinya supaya nasihat muncul semakin keras dan berteriak seperti

dulu pernah terjadi menjelang penggusuran rumah tetangga saya;

"saban sore, orang mesti berbenah bencana sambil mendengarkan

rak sepatu mereka masing masing. mungkin saja, suatu ketika

ada doadiri memanggil manggil dari dalam sepasang sepatu

yang jarang dipakai mengabulkan bahwasanya di masa depan

benar benar tak ada bencana berpasangan dengan dosa."


2011

KEPRIBADIAN SEORANG SAJAK BERNAMA GANZ

di sajak yang tak ingin bohong, saya sungguh merasa jadi seorang ganz;

penyair muda yang sedang berbangga belajar ilmu psikologi. ho ho ho.

tentu, saya terbaca terlalu narsis sebab ini langkah saya supaya eksis. ya ya,

bolehlah jika anda berpikiran saya ini ganz si penulis yang kerap mencetuskan

sajak sajak, esai esai, dan sejumlah pemikiran absurd di facebook. namun,

bagi anda yang terlahir sebagai kata, saya berharap anda masuk di ruang saya.

bukan untuk menjadi ganz. tetapi untuk menjadi anda. karena anda tetap anda,

saya tetap saya, ganz tetap ganz. memang, sesekali saya merasa jadi ganz.

tapi bukan selamanya menjadi –nya. saya seorang saya yang tidak bisa

berhenti saling tumpah kepala-dada di depan laptop. menjumpa seorang anak

esde sedang bermain petak umpet dengan kata. menemu seorang ibu yang tiba

tiba telungkup bersujud kepada sepiring nasi dan memohon supaya sebutir nasi

menjelma sebuah kata. seorang bapak keluar masuk dari layar laptop. ia ingin

menunjukkan dirinya bahwa sebagai seorang lelaki mesti berani bertualang

melebarkan pandang berlari kencang, bukan menjadi seorang jalang bagi

diri seorang. seorang lelaki mesti punya hasrat menaklukkan dunia tanpa

melupakan cinta. menembus sesuatu yang bahkan dianggap (t)abu, bukan

semata untuk mencipta kata melainkan makna. kerap kali saya minum teh

bersama mereka, sekadar merayakan kata yang harus dirayakan. setiap kali

saya melihat ada seorang bernama ganz membawa serta mereka. duduk

dan memulai pembicaraan tentang asal mula anak, ibu, bapak. lamat lamat

saya percaya kepada ganz, ia tak pernah mengintrogasi pembaca seperti anda.

dan pembaca tak mutlak bernama anda. sebab dalam perayaan kata, segalanya

bisa terbalik berbalik. seperti saya dan ganz. anak, ibu, bapak. mereka itu

kadang menyamar sebagai anda.


--wooii...bodoh amat merayakan kata, apalagi merayakan anda! seru pembaca

di dini hari sambil memelototi sajak ini. sedang saya hanya mengulur tangan

dingin seraya menyambut kedatangan ganz di muka laptop, sekembalinya

berdisposisi sebagai sajak seorang kata seorang anak seorang bapak yang

berkepribadian ganda dan berjiwa anda.


laptop, 2011


KURSI TUA YANG TERBAKAR

jendela itu sekarat, mungkin sebentar lagi meninggal


di tubuhnya keluar asap asap. seketika seorang penyair duduk

meramalkan usianya sendiri sepeninggal puisi tak lagi

menjadi sebuah taman bermain yang luas bagi masa

kanak kanaknya, melainkan keranda bagi dirinya

setelah kursi tua menyematkan api

lebih panas dari bara merapi tahun silam.


jendela itu penyair. kursi tua itu puisi.

dan seseorang itu adalah jasad mereka

yang tak ingin kubur dari masa.


2011