PERCAKAPAN ANTARA LAWRENCE DENGAN AMICHAI [1]

Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)

NASIHAT-NASIHAT BEN ONKRI

Bagian Satu: 15 Nukilan “A Way of Being Free” (Phoenix House, 1997)

SESEORANG TELAH MENGACAK-ACAK MAWAR-MAWAR INI

Terjemahan atas pembacaan cerpen Gabriel Garcia Marquez

CETAK ULANG: "PADA SUATU MATA KITA MENULIS CAHAYA"

Cetak ulang buku Sepilihan Sajak oleh penerbit Garudhawaca

WAWANCARA ORTOLANO DENGAN COELHO

Terjemahan atas pembacaan wawancara antara Glauco Ortolano dengan Paolo Coelho

11.30.2014

PASS ON*


Sumber gambar: Button Poetry


Saat meraba-raba ingatan delapan hal yang hilang:

Satu. Kita kapal-kapal. Kita ruang-ruang. Kita bagian yang begitu kurang penting atas hal-hal yang bernaung dalam diri kita.
Kita sepanjang papan-papan sirkuit, menelan listrik demi hidup pada kelahiran.
Menggelindingkan roda hari-hari kita; mencipta setiap peristiwa,
detak nadi sebuah kisah, menggerakkan kerja dan cinta dengan halus.
Pada saat-saat terakhir kita, akan tiba keramaian
dari dada-dada kita dan lalu dikembalikan pada angin.
Ketika kita mati. Kita pergi ke segala penjuru.

Dua. Newton mengatakan energi tidak diciptakan atau dileburkan.
Di aula sekolah menengah aku masih bisa dengar
kawanku Steven menyanyikan lagu favoritnya.
Dalam gimnasium aku masih bisa mendengarnya
bagaimana dia menggiring bola basket seperti sebuah godam
dan tanah memantulkan suara seperti sebuah gambang.
Dengan condong telinga menuju Atlantik aku bisa mendengar
Titanic Band bermain untuk lelapnya,
Musik. Angin. Musik. Angin.
Jika kau mendengar lewat angin, kau dapat mendengar musik ribuan tahun dan kau 
tak terlampau berat untuk menhisapnya.

Tiga. Hari kakekku tiada di sana ada hembus angin sangat kencang,
Aku bisa merasakan tangan lembut yang bertiup dariku.
Aku tahu mereka sedang beranjak menemukan seseorang
yang membutuhkan mereka melebihi aku.
Rata-rata 1,8 orang mati per detik di bumi.
Selalu ada nafas angin di suatu tempat di sana.

Empat. Hari Steven dibunuh
segala sesuatu yang membuat kita mencintainya mengucur dari luka pisaunya
seolah-olah dadanya jelma sebuah auditorium
hidupnya seluruh penonton yang meninggalkan barisan utama.
Setiap ons beratnya telah membungkus seluruh dunia dalam sebuah badai.
Aku telah mencari dia sepanjang 9 tahun.

Lima. Tubuh kita tidak lebih dari tuan yang mengumpulkan hal-hal brilian.
Ketika seseorang tiada aku tak meratapi polaroid atau sebangsanya,
aku mulai mencari cahaya kilat yang telah menanggalkan mereka.
Aku merasa menyentuh angin sepoi lalu berhenti berlari.

Enam. Setelah 9 tahun aku menemukan Steven.
Aku melewati lapangan basket di Boston
point guard digiringnya seolah ia memiliki stadion yang menderu di telapak tangannya
Wilt Chamberlain yang memompa kakinya,
tangannya berkelip seperti sinar-x,
sebuah cross-over, sebuah cross-over, sebuah wrap-around
rewinding, turn-tables yang retakannya terbuka.
Kameramen menyulap lampu flash menjelma kembang api.
Tujuh pertandingan dan ia tak pernah melewatkan pun satu tembakan,
tangannya berkemilau.
Berdenyut. Bergetar.
Aku bertanya berapa lama ia telah bermain,
9 tahun katanya.

Tujuh. Teori enam derajat pemisahan
tidak pernah dimaksudkan menunjuk berapa banyak orang yang dapat kita temukan,
melainkan serangkaian petunjuk bagaimana menemukan orang yang telah hilang di sekitar kita.
Aku mendapati paraumu Steven,
mendapatinya di tubuh seorang anak muda di Michigan yang selalu bernyanyi,
yang paru-parunya mengepak seperti layar-layar kapal
Aku menemukan senyumanmu di Australia,
seorang gadis muda dengan gigi bersinar seperti gedung opera di lehermu,
Aku menemukan cinta sejatimu yang datang berdiri di atas aspal Boston.

Delapan. Kita tak diciptakan atau dileburkan,
kita terus-menerus ditambah, diganti dan diperbarui.
Segalanya yang kita terima semata untuk kita.
Kematian tak datang ketika tubuh terlalu lelah pada hidup
Kematian datang, karena kecemerlangan dalam diri kita hanya bisa terkandung begitu lama.
Kita tidak mati. Kita berjalan terus, berjalan terus melewati pembakaran hidup melalui tenggorakan kita.
Ketika kau meninggalkanku, aku tak akan meratapimu
Aku akan berjalan menuju angin paling kencang yang dapat kutemui
dan menyambutmu. Di rumah.


*Ditulis oleh Michael Lee (seorang pegiat slam poetry, seorang terapis puisi) yang pembacaannya didokumentasikan oleh Button Poetry ( https://www.youtube.com/watch?v=0JAq6VpmgB0). Dialihbahasakan oleh Ganjar Sudibyo (Semarang, 2014).

11.29.2014

TERAPI PUISI*



Oleh: Hirsch Silverman**

“...puisi berada
dalam hati semua manusia.”

Thomas Carlyle

Sumber gambar: https://frombehindthepen.wordpress.com/tag/poetry-therapy/



Orang-orang di seluruh dunia memilih puisi untuk melepaskan emosi—sebagai harapan dalam menghadapi keputusasaan, untuk memperoleh kenyamanan ketika menghadapi stres, sebagai inspirasi ketika menghadapi kebimbangan. Akhir-akhir era ini, banyak terapis (psikolog, psikiater, pekerja kesehatan mental, ilmuwan perilaku) yang mengakui puisi sebagai sebuah kekuatan, bahasa yang halus, instrumen penyembuhan—penyemangat, pembebas dan penenang perasaan-perasaan yang bergejolak dari jiwa tak sehat dan dari sisi emosional individu yang terganggu.

Terapi puisi memberikan penerangan pada sisi gelap pikiran. Yang kemudian menekankan bahwa pengalaman puitik sebagai sebuah bagian penting dalam ilmu psikologi, pendidikan dan program rehabilitasi. Penggunaannya (terapi puisi) yang spesifik sebagai sebuah alat yang valid dalam mencipta kreativitas bagi pergolakan ilmu psikologi. Dalam praktik profesional, puisi dapat digunakan sebagai sebuah pemeriksaan psikodiagnostik untuk menilai keadaan tak sehat, fungsi kepribadian dan modifikasi perilaku. Terapi puisi mencoba untuk membawa kepada kesadaran yang mendasari munculnya ketegangan dan kecemasan, dengan demikian ilmu psikologi menawarkan kenyamanan dalam mempercepat proses penyembuhan. Melalui proses membuka pikiran individualitas pasien, proses ini juga membantu terapis-psikolog untuk mengenal atribut dalam bentuk kepribadian pasien.

Dalam melakukan treatment terhadap pasien yang menderita dari ketakutan-ketakutan, kecemasan-kecemasan, dan depresi, puisi dapat dibaca dan ditulis secara individual, berpasangan maupun berkelompok. Ini adalah cara terbaik yang digunakan para terapis guna mempengaruhi persepsi mereka tentang pasien. Sebuah kesadaran dari dalam diri berkaitan dengan kebutuhan dan cara-cara mencari untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka adalah dasar bagi terapis puisi, sebagaimana mereka tidak memisahkan antara kesadaran dan peran sosial dengan semua ekspektasi-ekspektasi mereka. Banyaknya wawasan diri adalah prasyarat kebijaksanaan terapis yang nantinya digunakan untuk diri mereka sendiri. Melalui pemilihan puisi-puisi yang berkaitan dengan filsafat dan psikologi stres, yang memaparkan pikiran bermasalah dengan penghiburan, dan dunia perasaan moral yang salah, terapis dapat memodifikasi, menghapus, atau memperlambat gangguan-gangguan.

Puisi adalah salah satu sumber daya alami yang dimiliki oleh manusia untuk penyembuhan. Dalam konteks ekologi manusia, puisi dapat menjadi sebuah pengaruh yang konstruktif untuk memelihara keseimbangan energi-energi dalam diri manusia.

Efek penyembuhan lebih dimungkinkan terjadi ketika pasien menullis puisi dengan spontan. Ketika pasien bebas bermain kata-kata dan imajinasi, mencampurkannya, menyusunnya, mendengarkannya dan memandangnya. Lebih dari itu, menulis spontan akan memunculkan rima, ritme, imajinasi visual, repetisi dari suara-suara. Pendekatan ini menjelaskan lebih lanjut bahwa sebuah puisi tidak dinilai dalam hubungannya dengan kesusastraan, moral dan nilai estetik, atau menyangkut apakah puisi disukai dan tidak disukai. Dalam menulis spontan, format dan struktur puisi-puisi tidak dibuang; malah sebaliknya mereka akan muncul dengan sendirinya.

Pembacaan puisi serta penulisan puisi adalah kekuatan bagi penyembuhan. Ada tiga kondisi yang menawarkan penyembuhan melalui pembacaan puisi. Pertama adalah bahwa puisi harus dibaca kata demi kata, agar irama dan sajak, asonansi dan aliterasi dapat dihargai. Kualitas-kualitas akan hilang jika puisi dibaca sambil lalu. Kondisi yang kedua adalah bahwa puisi itu harus didengar. Salah satunya dapat mendengarkan puisi yang dibaca oleh orang lain atau mungkin membacanya keras-keras untuk diri sendiri atau mungkin "mendengar"kannya dalam pikiran seseorang sebagai salah bagian dari membacanya diam-diam. Kondisi ketiga untuk penyembuhan adalah seperti apa yang disebut Jack Leedy (1969) sebagai "iso-principle", yang berarti bahwa perasaan puisi harus sama dengan perasaan orang yang mendengar puisi itu. Meskipun demikian, mungkin memerlukan waktu untuk dapat bekerja terhadap pemenuhan kebutuhan seseorang. Apabila seseorang merasa putus asa dan membaca sebuah puisi putus asa tanpa harapan yang mendasarinya, perasaan seseorang mungkin akan semakin galau. Apabila terlalu banyak keputusasaan yang dirasakan, kita bahkan bisa berhenti membaca sebelum tiba di bagian membagikan harapan lebih dari puisi itu. Apabila seseorang tidak merespon sebuah puisi, kita harus menghentikan membaca dan membalikkan halaman puisi atau penyair lain, seolah-olah melihat ke atas menu untuk sesuatu yang menarik. Puisi dengan tema-tema sedih tetap harus memiliki bait yang mencerminkan optimisme.

Puisi digunakan sebagai sarana komunikasi antara terapis dan klien. Puisi akan menjadi landasan bersama dalam sebuah dialog yang mencari alternatif penyelesaian konflik. Ini tidak berarti bahwa terjadi pembicaraan yang tak ada habisnya. Pentingnya pikiran jernih yang dapat terjadi secara alami dalam pertimbangan kebenaran puisi itu harus diterima. Puisi yang dipilih harus atraktif baik bagi terapis maupun pasien.

Terapi puisi dengan cukup sukses digunakan untuk mengatasi kegelisahan dan depresi. Pasien rehabilitasi akan difokuskan pada langkah pembacaan; puisi menawarkan perasaan depresi dengan contoh-contoh bertema harapan. Dalam langkah terapi, pasien didorong untuk menghafal puisi sehingga mereka dapat menarik krisis yang mereka hadapi untuk kemudian memperoleh hasil (kesembuhan) yang diinginkan. Pasien membaca, belajar, membaca-ulang, menafsirkan puisi dan mengakui bahwa mereka tidak sendirian dalam masa keputusasaan mereka. (Puisi sering berhasil digunakan adalah " I’m Nobody " karya Dickinson, "The Road Not Taken" karya Frost, " Ode on a Grecian Urn" karya Keats, dan " I Celebrate Myself '' karya Whitman).

Para pasien menekuri puisi yang berisi prosa dan mimpi. Sebab puisi adalah jalan keluar yang lain menuju ketidaksadaran. Pasien memiliki katarsis dalam melepaskan perasaan tertekan, dan kemudian muncul intensi yang diungkapkan secara tak sadar. Keinginan bunuh diri secara langsung dapat dideteksi, hal tersebut yang sering pasien ungkapkan. Dengan kata lain bahwa mereka ingin mengatakan supaya mereka diselamatkan.

Terapis harus berusaha menggunakan puisi dengan tema-tema yang mendalam dan luas. Puisi membutuhkan pemikiran, banyak keheningan, dan semua perasaan yang tulus yang alamiah dari masing-masing individu. Bagi penyair (yang ahli dalam menciptakan puisi), hidup kadangkala agung, kadangkala tanpa harapan, berbahaya dan menakutkan. Terapi puisi harus mengeksplorasi tema-tema ini dan kemudian pengaruhnya terhadap konflik yang dialami oleh pasien. Terapis menjelaskan dan membuat saran sebagai solusi yang berangkat dari permasalahan. Upaya ini dilakukan untuk memecahkan karakter tersembunyi, membantu pasien mendapatkan kekuatan batin dan memampukan pasien untuk mengarahkan jalinan baik hubungan mereka dengan orang-orang. Meskipun individualitas sering ditekankan dalam teknik terapi, integrasi sosial ke dalam masyarakat tidak dapat dikesampingkan dari realitas.

Fungsi tertentu puisi untuk terapis harus memindahkan emosi dan untuk membawa pikiran. Pikiran itu harus mendominasi kata-kata; penyair  dengan penuh harapan telah berusaha memandang kedalaman daripada hanya permukaan. Dalam puisi, jika ingin menjadi vital dan dinamis, harus ada pemantik suasana hati, aksen dan gambar dalam intensitas yang segar. Puisi lebih dari sekedar seni; puisi mencakup seluruh rentang pengalaman manusia dan ruang takdir moral. Oleh karena itu, puisi terapi harus mewakili sesuatu yang lebih dari pengungkapan secara lisan; dengan demikian harus menggabungkan fragmen-fragmen personalitas daripada keterampilan-keterampilan retorikal (dalam membaca puisi). Garis penyair membantu untuk mengaktifkan pencarian pasien atas realitas dan penegasan nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena penyair cenderung menyibukkan diri dengan tema-tema kehidupan dan kematian. Bagi pasien, karya-karya penyair (puisi) barangkali dapat mengasah beberapa aspek kehidupan: keindahan, cinta, ketenangan pikiran. Demikian puisi dapat mengembangkan sebuah kesadaran baru dalam merasakan sesuatu.

Terapi puisi bergerak ke dalam jiwa orang tersebut perlahan dan diam-diam, demi membuat individu merasa lebih baik, lebih baik, lebih baik, sebagai media pencarian diri. Shelley melihat puisi sebagai "gambaran yang sangat hidup yang diekspresikan dalam kebenarannya yang kekal." Puisi, di satu sisi dapat memantik potensi kecerdasan seseorang, juga memiliki dasar keindahan yang merawat moralitas dalam diri secara alami. Mungkin ini terlampau idealis serta individualis. Namun, keaslian dapat ditemukan dalam puisi-puisi yang berfokus pada kemampuan abstraksi seseorang.

Terapis menyadari bahwa puisi merupakan sebuah representasi dari sebuah gagasan. Di lain sisi, meliputi konten dan karakter yang "ideal", dan idealisme ini sangat erat kaitannya dengan individualisasi yang bertumbuh secara signifikan. Semakin banyak kita tahu tentang fenomena yang berikaitan dengan interpersonal, intrapsikis, tubuh, energi dan transpersonal, semakin banyak mendapati prinsip-prinsip yang mendasari pertemuan dan penyatuan diri melalui terapi puisi.

Mengaktualisasi terapi secara kreatif melalui puisi menciptakan sebuah inti dimana polaritas perasaan disintesis. Pendidikan holistik dalam setting puitik berkembang dalam pikiran. tubuh, emosi, imajinasi. intuisi dan semangat. Sebagai terapis, kita harus mengeksplorasi pengembangan dan integrasi dari masing-masing fungsi tersebut melalui pengembangan konsep diri, kesadaran sensoris, kesadaran gestalt, fantasi terkontrol, psikosintesis, afirmasi dan pemikiran individual.

Hambatan dan emosi negatif dapat dibuka melalui terapi puisi dan energi yang berharga dalam diri kita, yang kemudian digunakan untuk menjalin interrelasi secara mendalam. Menjalani psikoterapi melalui puisi sebagai pembuka kunci energi psikis membuat orang semakin terbuka untuk mengalami pertemuan-pertemuan yang lebih intens antara fisik, emosional dan spiritual.

Puisi digunakan oleh seorang terapis yang memiliki daya sensitivitas, sehingga dapat menenangkan pikiran yang berkecamuk ketika memberikan ungkapan-ungkapan emosional. Terapi puisi dipandang sebagai pekerjaan rehabilitasi yang dicapai dengan kombinasi ilmu pengetahuan dan seni. Terapis puisi akhirnya harus menyadari bahwa orang dengan kesulitan-kesulitannya adalah buah dari kesulitan dirinya sendiri dan ekspektasi dari proses terapi tersebut barangkali dibatasi oleh resistensi individu atau ruang lingkup gangguan psikisnya.

Melalui terapi puisi, seorang ahli klinis dimungkinkan berhasil mengobati kecemasan, kesulitan-kesulitan dalam penyesuaian diri, gangguan-gangguan psikosomatis, fobia, gangguan hubungan interpersonal, gangguan perkawinan, keragu-raguan untuk terlibat dalam kegiatan hidup, perilaku antisosial, ketidakmampuan untuk menjalin interaksi dengan orang-orang, kebingungan, konflik, malfungsi kepribadian, dan fenomena psikologis pada umumnya.


* Sumber Jurnal: The Arts of Psychoterapy, vol.13 pp.343-345, 1986, USA. (Dialihbahasakan secara bebas oleh Ganjar Sudibyo, S.Psi.)
**Hirsch Silverman, seorang profesor emeritus, divisi pascasarjana, Universitas Seton Hall, dan Direktur Nasional Konselor Akademi dan Terapis keluarga, Hirsch juga seorang pengarang berbagai buku dan artikel.



semarang, 2014

11.25.2014

PERCAKAPAN ANTARA GLAUCO ORTOLANO DENGAN PAOLO COELHO*

sumber foto: www.gopixpic.com


GO (Glauco Ortolano): Pemenang Hadiah Nobel Oe Kenzaburo pernah berkata bahwa Paulo Coelho telah menemukan rahasia alkemi dalam kesusastraan. Saya yakin ada banyak penulis muda tertarik untuk belajar tentang rahasia ini. Apakah Anda berkenan membagikannya kepada kami?

PC (Paolo Coelho): Rata-rata sekali cetak sebuah novel di Amerika atau Perancis sekitar tiga ribu eksemplar, hampir sama dengan di Brazil. Adapun formula rahasia, itu tidak ada: seorang penulis yang mencoba mengekspresikan dirinya dengan hanya memikirkan pasar barangkali akan memiliki buku yang sangat sukses, tapi ia kemungkinan besar tidak akan mengulangi kesuksesan yang sama, yang mana tidak akan memungkinkannya untuk mencari nafkah dengan menulis. Dalam kasus saya, saya melakukan satu-satunya hal yang mesti saya lakukan: mendayagunakan tulisan-tulisan saya untuk tujuan mengenal diri lebih baik. Sepanjang saya tetap setia pada diri sendiri, tanpa mencari formula, pembaca juga tetap setia. Sastra telah jauh banyak memperoleh berbagai kritik justru yang bukan semakin tradisional, kritik sastra telah menjadi semakin reaksioner. Dengan demikian, kritik sastra memiliki kuasa untuk menjual maupun menghalangi penjualan buku. Pembaca, di sisi lain, mengamati realitas lebih dekat dan membeli apa pun yang mencerminkan keadaan pikiran atau status quo-nya. Akibatnya, dua golongan telah muncul: mereka yang ingin menghidupkan kembali masa lalu di masa kini (banyak akademisi yang masih terikat dengan serangkaian tradisi lama) dan orang-orang yang benar-benar hidup di masa sekarang (para pembaca).
GO: Selama tahun-tahun kepenulisan awal Anda, siapa penulis brasil atau penulis asing yang mempengaruhi masa depan kepenulisan Anda?
PC: Jorge Luis Borges, Jorge Amado, Henry Miller, dan William Blake.

GO: Cerita-cerita Anda jarang mengambil setting tempat di Brasil, yang kemudian menyebabkan beberapa kritikus mengucilkan tulisan Anda dari kanon sastra di Brasil. Bagaimana tanggapan Anda melihat ini? Apakah Anda memandang diri Anda sebagai penulis brasil?

PC: Menariknya, karya saya sedang digunakan di sekolah-sekolah di seluruh Brazil, dan setiap buku yang berhubungan dengan sastra brasil pasca-1990 pasti akan membuat referensi ke salah satu karya saya. Satu hal untuk menulis tentang Brazil adalah cukup dengan memandang dunia lain melalui mata seorang brasil -- sesuatu yang hadir di setiap baris yang saya tulis. Tidak ada yang pernah berpikir bahwa Hemingway adalah penulis Spanyol, atau Henry Miller adalah penulis Perancis, meskipun kedua penulis telah menulis tentang wilayah-wilayah di Amerika Serikat.

GO: Anda baru saja dikukuhkan sebagai anggota terbaru Brazilian Academy of Letters (Academia Brasileira de Letras - ABL) yang bergengsi terlepas dari semacam perlawanan tertentu oleh beberapa anggota yang konservatif. Menurut pendapat Anda, apa faktor kunci untuk mengubah sikap mereka?

PC: Beberapa perlawanan tidak hanya wajar, tetapi diperlukan -- itu adalah bagian dari proses kreatif. Badan ABL terdiri dari empat puluh anggota, dan saya menerima mayoritas mutlak suara (dua puluh tiga orang), meskipun kandidat lainnya juga luar biasa dalam kualifikasi sastra. Sebenarnya ABL tidak perlu pasar dan tidak mengantarkan pada apapun seperti alasan saya diterima. Oleh karena itu, merupakan sebuah fakta konkret: parameter kriteria untuk penempatan telah berubah. Dan karena kita menemukan akademi hari ini dipenuhi individu-individu yang sensitif terhadap arus isu-isu (dan bukan ke masa lalu, sebagai legenda berjalan), ini membuat penerimaan saya menjadi mungkin. Iklim budaya telah berubah, kemudian orang-orang telah menyadari bahwa penting untuk mengesampingkan prasangka dan mencoba mengevaluasi kesusastraan sebagai cermin masa kini dan bukan sesuatu yang berada dalam beberapa konsep masa lalu.

GO: Pekerjaan Anda tampaknya tidak merangkul setiap pandangan politik atau ideologi. Apakah benar untuk menganggap bahwa Anda benar-benar tidak memiliki kepedulian kepada kelompok tertentu, ataukah saya yang tidak bisa membaca yang tersirat?

PC: Kepenulisan saya benar-benar diarahkan untuk sebuah sikap politik baru: manusia dalam pencarian identitas dirinya. Hal semacam ini tidak berurusan dengan golongan tua dan usang dari kanan dan kiri. Ada sebuah revolusi yang perlahan disiapkan, yang tidak pernah tampak dan dimunculkan oleh pers. Jika saya harus meringkas gagasan hanya dalam satu ekspresi, saya akan mengatakan bahwa sikap politik baru untuk zaman kita adalah untuk "die alive”. Dengan kata lain, menyadari dan berpartisipasi pada hal-hal sampai hari kita tiada -- sesuatu yang jarang terjadi. Orang akhirnya tiada dengan dunia pada hari mereka meninggalkan impian mereka. Setelah itu, satu keberangkatan dalam perjalanan seperti yang dilakukan Ulysses, menerima berbagai tantangan dan mengetahui bahwa kadang-kadang kita harus berjuang sendirian, meski demikian memahami bagaimana ia berdiri demi seluruh umat manusia.

GO: Dalam penyebutan tren sastra Amerika Latin yang menghasilkan seperti penulis besar antara lain seperti Mario Vargas Llosa, Gabriel García Márquez, dan Julio Cortazar, banyak penulis yang dituduh mengorbankan kualitas sastra untuk pembaca yang lebih besar. Akankah Anda katakan bahwa sikap ini dibenarkan di era kita komunikasi massa?

PC: Saya akan mengatakan bahwa siapapun yang mengkritisi para penulis ini tidak tahu banyak tentang sastra. Tidak satupun dari antara para penulis ini telah memberikan dalam tekanan-tekanan komersial. Mereka ini adalah individu-individu sehat yang sangat jujur dalam pekerjaan mereka.
GO: Sekarang karya-karya Anda telah lebih banyak dibaca daripada penulis kolombia, Gabriel García Márquez. Demikian hingga menjadi penulis Amerika Latin yang paling banyak dibaca sepanjang masa, kita bisa menganggap bahwa akhirnya periode ledakan sastra Brasil telah tiba?
PC: Buku saya telah terjual secara internasional selama tujuh tahun sampai sekarang. Permasalahan saya bukan soal sebuah ledakan tren dalam kancah nasional, disebabkan terutama para penulis brasil yang sangat berbeda dan merefleksikan banyak realitas yang berbeda. Ledakan tren Amerika Latin berkaitan adalah suatu temuan dari para kritikus yang tidak pernah meninggalkan batas-batas Amerika Latin. Penulis yang telah mencapai ketenaran -- yaitu, Borges, García Márquez, dan Vargas Llosa – sungguh benar berbeda dalam hal tema dan gaya penulisan. Satu yang tidak bisa dijadikan generalisasi atau sekedar mode dengan menggunakan sastra sebagai alat untuk katalisasi: mereka ini menjadi terkenal karena mereka telah menulis sastra berkualitas dan bukan karena mereka berasal dari benua yang sama.
GO: Banyak tanda keberhasilan dari pekerjaan Anda, setidaknya sebagian, hingga waktu di mana kita hidup. Sejak pernyataan tentang kematian bagi semua ideologi, tampaknya ada hasrat untuk kembali ke waktu di mana ada perhatian yang lebih besar untuk situasi kemanusiaan. Pekerjaan Anda, dalam segala kesederhanaan, tampaknya telah bertemu hasrat semacam ini. Bagaimana Anda menanggapi komentar seperti itu?

PC: Kematian ideologi belum dinyatakan. Apa yang telah berlangsung adalah kematian seluruh sistem pemikiran kolot. Manusia akan selalu membutuhkan sesuatu yang ideal, karena itu adalah bagian dari sifat manusia. Semua manusia dalam pandangan saya seumpama gunung berapi. Gumpalan terakumulasi tetapi tidak ada yang berubah di permukaan. Suatu ketika seorang manusia bertanya pada dirinya sendiri: Apakah hidup saya selalu seperti ini? Kemudian lahirlah saat persitiwa proses erupsi. Jika ia cerdas, ia akan membebaskan lava di kedalaman dirinya supaya mengalir keluar dan mengubah lanskap sekitarnya; jika ia tidak demikian, maka ia akan mencoba mengendalikan letusan dirinya. Sejak saat itu, ia akan menggunakan semua energi dalam berusaha menjaga gunung berapi di bawah kontrolnya. Saya pribadi yang cukup pragmatis untuk memahami pada saat-saat tertentu dalam hidup saya, maka perlu menahan rasa sakit yang disebabkan oleh letusan tersebut demi menikmati pemandangan baru di sekitar saya. Ada banyak pendapat mengenai mengapa manusia selalu mencari etika sendiri. Seorang teman saya mengirimi saya sebuah cerita; suatu saat tentang seorang manusia yang kemudian memberitahu cucunya, ada sekitar dua binatang yang lahir untuk menghuni jiwanya: anjing yang melindunginya dan serigala yang akan melahap apa pun yang ditemukan. Cucunya kemudian bertanya yang mana yang terkuat di antara keduanya, orang itu menjawab bahwa terkuat selalu yang makanannya  terbanyak, tergantung pada keadaan. Ideologi utama umat manusia, dari awal waktu, adalah hormati orang terdekatmu.

GO: Anda telah menerima penghargaan-penghargaan penting oleh beberapa negara, seperti Perancis, Jerman, Italia, Israel, dan Brasil. Apa pentingnya penghargaan-penghargaan tersebut bagi Anda? Apakah sekarang Anda merasa memiliki tanggung jawab sosial yang lebih besar daripada ketika Anda pertama kali memulai karier Anda sebagai penulis?

PC: Siapa saya ditemukan di setiap salah satu buku saya. Mereka mewakili beberapa aspek yang berbeda dari kehidupan saya, masing-masing dengan kesakitan dan ekstasi sendiri. Mereka tidak mewakili alam semesta yang saya idealkan, tapi alam semesta yang telah tinggal dalam saya. Oleh karena itu, saya bertanggung jawab atas setiap baris saya menulis. Di sisi lain, keberadaannya selalu konstan berubah, dan saya harus tetap memperhatikan perubahan ini hingga terus menjadi pantas terkait apa yang saya tulis. Ini adalah jawaban saya: jujur dengan diri saya sendiri. Dan sekarang bahwa saya memiliki status selebriti yang pencapaiannya berat untuk tidak dibayangkan bagi seorang penulis, saya mengerti bahwa saya bisa menggunakan ketenaran saya untuk memperjuangkan hal yang saya yakini. Itulah alasan saya memutuskan untuk membuat Paulo Coelho Institute, yang peduli untuk anak-anak dan orang tua di Brasil dengan stipendium tahunan sebesar $ 300.000. Saya juga telah diterima menjadi terlibat dengan beberapa lembaga yang cita-citanya saya percayai. Saya menjadi penasihat khusus program UNESCO pada Konvergensi Spiritual dan Dialog Antarbudaya, menjadi anggota dari Shimon Peres Foundation, dan melayani di Dewan Schwab Foundation, yang telah menciptakan struktur baru untuk bidang sosial kewirausahaan -- yaitu, orang-orang yang bertanggung jawab tidak hanya memproduksi tetapi juga untuk memahami bagaimana produksi mesti dicapai.

GO: Sebagai penulis sendiri, saya paham dengan baik bahwa setiap pekerjaan seumpama anak-anak kita dan bahwa kita biasanya tidak suka berbicara secara terbuka tentang anak yang kita favoritkan. Tapi kalau saya boleh meminta Anda untuk memungkinkan pengecualian di sini dan berbicara tentang beberapa karya favorit Anda, yang mana di antara mereka?

PC: Jawabannya terletak pada pertanyaan tersebut: kita mencintai anak-anak kita dengan cara yang sama. Beberapa memang membutuhkan perawatan lebih daripada yang lain -- tetapi akan menjadi tidak adil untuk mencoba untuk mengklasifikasikan karya ini atau itu. Kita semestinya tidak menghakimi cinta, kita cuma sebaiknya tinggal di dalamnya.


*Percakapan ini bermula dari bahasa portugal kemudian dialihbahasakan oleh Glauco Ortolano (seorang novelis Brasil yang saat ini mengajar di Departemen Bahasa Modern, Sastra, dan Linguistik di University of Oklahoma, di mana ia juga beekontributor sebagai editor WLT) menjadi bahasa inggris yang kemudian dialihbahasakan secara bebas oleh Ganjar Sudibyo menjadi bahasa indonesia. Percakapan diambil dari teks aslinya yang berjudul "AN INTERVIEW WITH PAULO COELHO: The Coming of Age of a Brazilian Phenomenon" dari Majalah World Literature Today, edisi Apri - Juni 2003.

semarang, 2014

11.23.2014

HEMBUS WAKTU


kini waktu berlalu lekas dan lekas
menjadikan perjumpaan-perjumpaan
yang menggemaskan yang akupun
gampang melupakan rasanya berbincang;
diriku yang silam hanya jadi ruji-ruji roda
jadi jam pasir -- sama-sama terus bergerak
tanpa adab

segala yang kutemui telah riuh dalam kerja,
aku malah hibuk membikin arca sendirian
dari bahan masa kini dan masa depan
dari kulit tubuh yang perlahan terkoyak
oleh kencangnya waktu


2014

11.16.2014

IMPERASI DERMAGA



laut ibumu, telah lama menyusui kejatuhan cahaya
dan secara beraturan menggelindingkan pendarnya
dalam lengkung gelombang menuju pandanganku,
pandangan yang kemudian susut
terpelanting sejauh kapal-kapal angkutan
melampaui jeratan lanskap mata.

inikah namanya bagian yang tak terkatakan
atau tak tercatat sebab ia senantiasa kehilangan
tempat?

kail--yang bergerak sendiri sampai tambat pada arus ikan;
masa lalu yang berjalan tertatih, pelan-pelan jelma umpan
lalu diperas cahaya pada jarak tertentu
menghilang seperti ikan-ikan

waktu yang tak pernah padam, kita yang bertaruh rindu
ingat, pancingmu yang pernah bergoncang kecil
di dermaga tempat beberapa orang datang sekedar
membuang pandangan tak penting;

menjauhlah dari tipu gelombang
mendekatlah pada laut ibumu
yang kedalamannya belum benar kau kenali


2014

CERPEN O HENRY ( I )

KENANG-KENANGAN*
Oleh O Henry**

J
endela kamar Nona D'Armande tampak terbuka ke arah Broadway dan teater-teaternya. Namun Lynette D'Armande membalikkan kursinya dan kembali duduk dengannya memandang Broadway. Ia seorang aktris, dan membutuhkan Teater Broadway, tetapi Broadway tak membutuhkannya.

Ia kini tinggal di Hotel Thalia. Tempat bagi para aktor pergi untuk beristirahat di sana selama musim panas dan kemudian mencoba memperoleh pekerjaan selama musim gugur sewaktu teater kecil dibuka kembali. Kamar Nona D'Armande di hotel ini tak terlalu besar, namun di dalamnya ada banyak kenangan akan hari-harinya di teater, dan juga foto-foto dari beberapa teman baiknya. Kini ia memandang salah satu dari foto-foto tersebut, lalu tersenyum.

"Aku ingin tahu di mana Lee sekarang," katanya kepada dirinya sendiri. Ia memandang sebuah foto Nona Rosalie Ray, seorang wanita muda yang begitu cantik. Pada foto tersebut, Nona Ray sedang mengenakan rok sangat pendek dan duduk di sebuah ayunan. Setiap malam ia pergi ke teater, berayunan di ketinggian udara, sampai melampaui kepala semua orang.

Ketika ia melakukan aksi tersebut, semua orang di teater menjadi sangat terperanjat dan lantas berdiri. Alasannya, ketika kaki panjang Nona Ray yang indah meninggi di udara, ikat stoking kuningnya terbang lalu jatuh ke orang-orang di bawahnya. Ia melakukan aksi ini setiap malam, dan setiap malam seratus tangan berdatangan demi menangkap pengikat stoking tersebut. Selain itu, ia melakukan aksi-aksi lainnya. Ia bernyanyi, ia menari, tetapi ketika ia naik ke ayunannya, semua orang sontak berdiri. Nona Ray tak mesti berusaha terlalu keras demi memperoleh pekerjaan di teater.

Setelah dua tahun ini, Nona D'Armande ingat, Nona Ray tiba-tiba meninggalkan teater dan pergi untuk tinggal di suatu negara. Dan tujuh belas menit setelah Nona D'Armande mengatakan, “Aku ingin tahu di mana Lee sekarang”, seseorang mengetuk pintu.

Itu, tentu saja, Rosalie Ray.

"Masuklah," Nona D'Armande memanggil, dan Miss Ray pun masuk. Ya, itu Rosalie. Ia melepas topinya, dan Nona D'Armande sedapat mungkin melihat bahwa ia tampak sangat pucat lelah dan tak bahagia.

"Aku punya ruangan di atasmu," kata Rosalie. "Mereka bilang kepadaku di meja lantai bawah bahwa kamu berada di sini. " "Aku sudah di sini sejak akhir April”,  tukas Lynnette. "Aku mulai bekerja lagi minggu depan, di sebuah kota kecil. Tapi kamu meninggalkan teater tiga bulan lalu, Lee. Kenapa kamu di sini? "
"Aku akan memberitahumu, Lynn, tapi beri aku minum dulu." Nona D'Armande lantas memberi sebuah botol kepada kawannya itu.

"Ah, ini menakjubkan!” ucap Rosalie. Minuman pertamaku untuk tiga bulan ini. Oke, Lynn, aku meninggalkan teater karena aku lelah pada hidup, juga karena aku lelah pada pria -- maupun orang-orang yang datang ke teater. Asal kamu tahu, kita harus melawan mereka sepanjang waktu. Mereka binatang! Mereka memintamu supaya pergi keluar bersama mereka, mereka membelikanmu minuman segelas atau dua gelas -- dan lantas mereka berpikir bahwa mereka dapat melakukan apa yang mereka inginkan! Itu mengerikan! Kami hanya bekerja keras, tapi kami cuma mendapat sedikit uang untuk kerja keras kami. Kami terus menunggu sampai kami kaya sejahtera -- itu tak pernah terjadi. Namun dari semuanya itu, aku meninggalkan teater karena pria.

Yah, aku menyimpan dua ratus dolar dan saat musim panas tiba, aku meninggalkan teater lalu pergi ke sebuah desa kecil melalui laut di Long Island. Aku merencanakan untuk tinggal di sana sepanjang musim panas, kemudian belajar bagaimana menjadi seorang aktris yang lebih baik.

Namun ada orang lain yang tinggal di rumah yang sama --­ Pendeta terhormat Arthur Lyle. Ya, Lynn, seorang pria dari gereja! Ketika aku memandanginya untuk pertama kali, aku jatuh cinta padanya sekaligus. Ia seorang pria yang tampak baik dan memiliki suara yang indah!

Yah, itu hanya sebuah kisah singkat, Lynn. Sebulan kemudian kami memutuskan untuk menikah. Kami berencana untuk tinggal di sebuah rumah kecil dekat gereja, dengan banyak bunga dan binatang. Tapi tidak, aku tidak mengatakan kepadanya bahwa aku adalah seorang aktris. Aku ingin menjauhkannya dan meletakkan kehidupan itu di belakangku.

Oh, betapa bahagianya aku! Aku pergi ke gereja, aku membantu para perempuan di desa. Arthur dan aku keluar untuk berjalan-jalan -- dan desa kecil itu adalah tempat terbaik di dunia. Aku harap, aku dapat tinggal di sana untuk selama-lamanya. . .

Tapi suatu pagi, seorang wanita tua yang bekerja di rumah mulai berbicara tentang Arthur. Ia berpikir bahwa ia menganggumkan. Lantas wanita tua itu bilang kepadaku bahwa Arthur pernah jatuh cinta sekali sebelumnya, dan peristiwa itu berakhir sedih. Ia menceritakan bahwa di dalam meja miliknya, ia terus mengenang -- sesuatu yang dimiliki gadis itu. Kadang-kadang ia mengambil dan memandanginya. Sedang wanita tua itu tak tahu itu apa -- sebab mejanya terkunci.

Sore itu juga aku bertanya kepadanya tentang hal itu. "Ida," katanya, (tentu saja, aku menggunakan nama asliku di sana). Sebelum aku mengenalimu, sebab aku belum pernah bertemu dengannya. Itu jauh berbeda dari cintaku padamu.

"Apakah ia cantik?" tanyaku.
"Sangat cantik," jawab Arthur.
"Apakah kamu kerap melihatnya?"
"Sekitar sepuluh kali," ucapnya.
"Dan kenangan ini - ia kirimkan untukmu?"
"Itu ada buatku darinya,” katanya.
"Kenapa kamu tak pernah bertemu dengannya?" tanyaku lagi.
"Ia berada jauh di atasku," jawabnya.
"Tapi, Ida, ini sudah selesai. Kamu tidak marah, kan? "
"Kenapa tidak. Aku mencintaimu sepuluh kali lebih banyak dari sebelumnya."
Dan aku melakukannya, Lynn. Dapatkah kamu paham? Betapa indah cinta itu! Ia tak pernah bertemu dengannya, tak pernah berbicara padanya, tapi ia mencintainya, dan tak ingin apa-apa darinya. Ia berbeda dari orang lain, pikirku ia benar-benar pria yang baik!

Sekitar pukul empat sore itu, Arthur harus pergi. Pintu kamarnya terbuka, mejanya tak dikunci, dan aku memutuskan untuk melihat kenangan itu. Aku membuka meja dan perlahan-lahan mengambil kotak itu dan membukanya.

Aku mengambil satu dari di antara kotak itu, aku pergi masuk ke kamarku lantas mengemasi koperku. Arthurku yang hebat, ia benar-benar pria yang baik, tak jauh berbeda dari pria-pria lain!

"Tapi, Lee, apa isi yang ada dalam kotak?",  tanya Nona D'Armande penasaran. "Salah satu ikat stoking kuningku!”, isak Nona Ray.



*) Cerpen ini diambil dari kumpulan cerpen O Henry yang berjudul New Yorkers terbitan Oxford University Press. Diterjemahkan bebas ke dalam bahasa Indonesia oleh Ganjar Sudibyo (penggiat komunitas sastra LACIKATA Semarang).

**) O Henry bernama asli William Sydney Porter. Lahir di North Carolina pada tahun 1862. Seorang cerpenis amerika yang terkenal dengan cerpen-cerpennya berbau miris, humoris, dan plot cerpen yang tidak terduga. Ia menggunakan nama pena semenjak mendekam di penjara pada tahun 1890an. Ia meninggal di New York pada tahun 1910.

11.09.2014

MENULIS JALANMU



1.
aku mulai dungu tentang cerita padang sabana mahaluas itu
tapi kamu terus menerus mengantar pandanganmu kepadaku
kisah-kisah tak putus; daya ingat yang lapang dan teduh.
sekali lagi kamu memaksaku untuk menangkap untuk mengingatnya
sepanjang jalan berulang ini menghimpun batu-batu
jalan tapak yang berkali-kali jadi terjal.

lanskap itu jadi sangat kemarau kini
sebelum hujan pertama menjatuhkan diri
lalu orang-orang mengisahkannya
dengan sangat membosankan

2.
bahasa-bahasa di kepalaku tak punya kekuatan menampung
setelah sekian lama berjauhan dengan kata-kata
hanya membaca, yang barangkali alamat pekerjaan  
menghimpun hasrat untuk menutupi hasrat lainnya:
menulis

aku mulai lupa; cara jari-jari memilih huruf-huruf
lalu menjalinnya di layar-layar. aku mulai lupa;
sebab mata dan tubuh puitik
diracuni bunyi kopong ciptaan sunyi yang palsu

3.
memikirkan kalian, bermalas-malasan dengan hari
aku tak menemu kesudahan
selain jerih yang payah membikin pedih
memilin potongan-potongan kisah puisi

hingga kini, hingga kukosongkan
nama tuhan juru selamat bahasa
yang teramat jauh itu



2014