PERCAKAPAN ANTARA LAWRENCE DENGAN AMICHAI [1]

Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)

NASIHAT-NASIHAT BEN ONKRI

Bagian Satu: 15 Nukilan “A Way of Being Free” (Phoenix House, 1997)

SESEORANG TELAH MENGACAK-ACAK MAWAR-MAWAR INI

Terjemahan atas pembacaan cerpen Gabriel Garcia Marquez

CETAK ULANG: "PADA SUATU MATA KITA MENULIS CAHAYA"

Cetak ulang buku Sepilihan Sajak oleh penerbit Garudhawaca

WAWANCARA ORTOLANO DENGAN COELHO

Terjemahan atas pembacaan wawancara antara Glauco Ortolano dengan Paolo Coelho

8.16.2012

SEBUAH TAROT PANGGUNG, CATATAN YANG KEDINGINAN, BESERTA FESTIVAL YANG SENDIRIAN



“Kenangan, kenangan, apa yang kau harapkan dariku?”
[Paul Verlaine]



i.
tiga kartu tarot yang terbuka itu membacamu, sekali peristiwa
(mereka bukan bahasa tiba-tiba dari wajah orang-orang)

kartu pertama, ada sesuatu yang berat jatuh
dari langit. tujuh tongkat dan seekor anjing
menyaksikan: seorang ratu mematahkan
sebatang kayu

kartu kedua, tiga orang berjubah di atasnya
tiga bintang bersejajar

kartu ketiga, seorang prajurit berkuda
membawa sebuah cawan, prajurit itu baru saja
datang dari medan yang ingin dilupakannya

tiga kartu tarot itu tak lelah membuka, sementara
berkali-kali aku mengirim pesan pendek kepada kekasih
sebelum pada akhirnya orang-orang kepayang
masuk menuju penafsirannya sendiri-sendiri

ii.
pohon-pohon karet yang condong, mata kita tak tegap
tubuh kita linglung. aku berlangsung menulis kalian
tanpa mesti ada kertas dan tinta. kata-kata telah sepenuhnya
beringsut pada penantian, sebab ketika orang-orang masih
mempercayai matahari yang tak mungkin mengirimkan angin
dingin, aku mempersalinkan diri melebihi ucapan dan puisi
yang hanya

di atas sini tak ada selimut lagi, aku mengenakan sarung,
daun-daun gugur dan suara imsak terdengar sekali lagi

iii.
sekelompok pemuda membangun percakapan
dengan perapian. pukul setengah enam pagi,               
masih saja ada yang khusyuk membikin kenangan
dari orang-orang pergi dan kartu tarot bergambar
tujuh pedang menusuk mati seseorang

sekelompok pemuda akhirnya kembali
begitu pula kesepian yang kerap dirasa berulang itu
: terjemahkanlah aku, katanya

iv.
tuan, puan,
saksikanlah
ini panggung
adalah acara yang tak pernah selesai
pun masai dari almanak kesekian

tuan, puan,
merendahlah
itu aku yang sama seperti kalian
belajar merawat panggung
dan kenangan bergantian
sebagai penonton


Sono Keling - Semarang, 2012