PERCAKAPAN ANTARA LAWRENCE DENGAN AMICHAI [1]

Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)

NASIHAT-NASIHAT BEN ONKRI

Bagian Satu: 15 Nukilan “A Way of Being Free” (Phoenix House, 1997)

SESEORANG TELAH MENGACAK-ACAK MAWAR-MAWAR INI

Terjemahan atas pembacaan cerpen Gabriel Garcia Marquez

CETAK ULANG: "PADA SUATU MATA KITA MENULIS CAHAYA"

Cetak ulang buku Sepilihan Sajak oleh penerbit Garudhawaca

WAWANCARA ORTOLANO DENGAN COELHO

Terjemahan atas pembacaan wawancara antara Glauco Ortolano dengan Paolo Coelho

11.24.2010

HAIKU [1 - 5]


[1#] TELUR BULAN


tetas menetas

sarang di sarang malam

rindu yang induk



[2#] KOTA KOTAK


di pelamunan

lagu sudut delapan

jalanan lalang





[3#] MATANANAR


tam mata ketam

lepas air pualam

nanar terdalam




[4#] SEPEDA GURU


kepalang-ajar

sepeda roda kelas

ilmu memutar waktu




[5#] SEMAR ARANG


semar dan arang

tarian asap genang

sjarah kota kenang


2010


HIKAYAT IBUPERJALANAN KEPADA SEORANG WAKTU DAN USIA


pada semua hayat yang nisan,

apakah kau tetap menjadi perapal-doa

tempat seorang waktu berhasil mengenalmu

ibu?


sepanjang detak-kertak jam adalah tubuh, sejatinya

waktu tak pernah tahu tentang muasal perjalanan

yang berkali datang-kembali memeluk

- -mengetuk pintu kecil di dada lapangnya

di setiap airmata masa setiap seribu peribahasa

melindapkan ketimpangan segala rindu

segala ingatan sebagai isyarat bahwasanya

ibuperjalanan adalah sorga-rahim


pada semua hayat yang nisan,

apakah perjalanan itu kelak bernama tua

seperti halnya bagi panggilan seorang usia

ibu?


maka, barangkali hidup adalah belajar sadar

menamai samar dan tak sekedar

menandakan perpisahan- -mencium bibir nazar


2010

11.19.2010

SOLILOQUI BAYANG-BAYANG SKINNER

: b.f.skinner


~ 1

kata sejarah amerika ada bangkai mayat seperti bayang-bayang puisi

tentang riwayatmu yang membicarakan percobaan-percobaan

tikus-merpati. dan kotak itu, di tanganmu tiba-tiba pecah

dari susunannya. lalu nampak keluar. mataobsevasi,

seketika kau letakkan ide yang menyebut koherenitas

teori antara perlakuan-penguatan antara rangsang-stimulus. maka

dengan kepala gontang, sesuatu telah memotong teka-teki bahwa

tak ada teori yang lebih penting dari pembuktian. eksperimen!


~ 2

ibarat merpati yang limbung karena cahaya dalam kotakmu. merpati

bodoh yang kau pintarkan adalah kenyataan paling sendu paling

pilu untuk memanusiawikan manusia. sebaliknya, di kondisi-kondisi

di mana tingkat stimulus kau jadikan penguatan rupanya ada waktu

yang datang berurutan sebagaimana kau percaya pavlovpun terlalu

radikal melakukan hal ini. hanya saja, merpati masih linglung

kepada tikus yang terdorong iri tak punya sayap kepada

hukuman dan hadiah yang lupa kau setarakan di balik teori

catatan harianmu tentang kesengajaan mejadikan setiap perlakuan

seperti perutmu.



2010

11.16.2010

PUISI NAFISATUL W.*


Kami berduka, kami tersenyum**


Lereng Merapi

di tanah ini daku terlahir

di tanah ini bencana terjadi

di tanah ini harapan kami

di tanah ini peluh kami tercurah

doa berbulir air mata

saat bencana hadir tiada duga

detik waspada tanpa jengah, posko-posko berdiri

bertahan nyawa dikandung badan

Lava pijar, lahar dingin, abu bertebaran

Ibu-anak mati berpelukan

Duka-air mata

Sudah tanpa henti di bumi pertiwi

Kami berduka, kami tersenyum

Kami bisa, kami bangkit

Selalu ada tangis, selalu ada tawa

Selalu ada hikmah, selalu ada cerita






















Muntilan, 2010

*siswi kelas I SMA

**salah satu puisi yang saya himpun dari salah seorang remaja korban dampak bencana merapi

PUISI NOVIANA WIJAYANTI*


Masih Membisu**


Orang-orang memanggilmu,

Merapi.

Menjulang tinggi tembus cakrawala

Laksana raja bertakhtakan mega

Naungi seribu jiwa penuh dosa.

Betapa bodoh kami ini,

berpaling sudah dari isyaratmu

yang terus merintih dalam bisu.

Kadang kau adalah surga,

namun juga hadirkan luka

sibak jendela tabu

antara mati dan dosa.


Kini kau,

Merapi

Ah. . .

Marah, murka, atau malah

Lara?

Bisu, masih bisu.

Mengapa kau hadirkan bencana

Di tanah daku ini?

Abu, wedhus gembel, lahar,

Menu favoritmu

Sudah. . .

Sudah. . .


Wahai Tuhan yang Maha Baik

Dengarkanlah doa kami,

Agar para petani,

Kembali memabajk sawah.

Agar para siswa,

Kembali ke sekolah.

Kini tinggal posko-posko kecil

Sebagai pengganti rumah,

Tuhan. . .

Akankah desaku masih sama seperti dulu?























*siswi kelas I SMA

**salah satu puisi yang saya himpun dari salah seorang remaja korban dampak bencana merapi

PUISI DWI SISWANTI*


Bencana Hinggapi Bumi**


Bencana yang kini hinggapi bumi

Selalu memberi arti untuk kami

Do`a menjadi permohonan besar

Untuk lengkapi hidup ini


Merapi. . .

Kau lontarkan abu di tanah indah ini

Kau turunkan pasir, batu, air di lerengmu

Dengan isyarat kau inginkan kami pergi

Kini posko menjadi pelarian untuk kami


Merapi. . .

Tangis air mata tertetes karenamu

Lereng undah kami kini menjadi suram

Namun semua itu ujian Tuhan

Kembalilah seperti dulu

Kan kunikmati indah alammu yang dulu.






















Muntilan,13 November 2010

*sisiwi kelas III SMA

**salah satu puisi yang saya himpun dari salah seorang remaja korban dampak bencana merapi

PUISI SULISTYO WIDODO*


Doa Untuk Merapi**


Ya Allah. . .

Kami mohon lindungilah kami

Dari bencana ini

Bencana Merapi yang masih mengancam

Mengancam seluruh tanah lereng merapi.


Ya Allah. . .

Kami berdoa semoga cepatlah pulang

Dari posko pengungsian.


Ya Allah. . .

Aku berdoa dengan isak tangis yang deras

Seperti derasnya abu yang menghujani lereng merapi.


















Muntilan, 2010

*siswa kelas III SMP

**salah satu puisi yang saya himpun dari salah seorang remaja korban dampak bencana merapi

PUISI ANDREA BAYU AJI S.*


Bencana Merapi**


Dari posko bencana merapi

Semua berdoa untuk tanah kami

Walaupun abu terus menyelimuti rumah kami

Kami warga di kaku merapi akan terus berdiri.

















Muntilan, 14-11-2010

*siswa kelas II SMP

**salah satu puisi yang saya himpun dari salah seorang remaja korban dampak bencana merapi

PUISI ELLY*


Merapi Datangkan Bencana**


Apa yang membuatmu murka merapi

Hingga kau datangkan bencana

yang membuat kami ketakutan

yang tiada kira

Tanah yang dulu subur

Kini menjadi tandus

Karena bu-abu yang kau keluarkan

Posko-posko didirikan

Doa kami panjatkan

Tuk keselamatan kami


















Muntilan, 2010

*siswi kelas I SMA

**salah satu puisi yang saya himpun dari salah seorang remaja korban dampak bencana merapi