3.28.2013

DI SAM POO KONG, KITAKU




[1]
gerimis di sini tiba-tiba jadi semacam doa penunjuk arah;
ya, sebuah rencana yang tak dapat kita reka-reka
namun jangan sampai kamera kita basah, bukankah
kita akan merekam semuanya. semuanya yang berdiri
di kota ini--Semarang, tempat kita menelusuri gedung-gedung
yang jadi museum, restoran, tempat nongkrong atau peziarahan.

gerimis di sini tiba-tiba jadi hujan. baiklah, kita duduk-duduk sebentar
di antara relief patung-patung dewa dan warna-warna merah emas;
daripadanya: hujan, klenteng-klenteng yang perkasa membuat kita kian
khusyuk memandang. kitaku, dengan perasaan-perasaan yang kesemutan,
kita telah lama ingin mengenal semua ini: sejarah-sejarah yang tak
berhenti memperbincangkan cerita pun dongeng-dongeng. nun di sini
orang-orang Tionghoa tak putus saling berceramah dari asap dupa
ke asap dupa yang lain, dari warisan tahun-tahun pelayaran
nenek moyang;
“kami masih meyakini Sam Poo Tay Djien yang mulia itu,
baju zirahnya yang tak pernah ditanggalkan adalah
segenap perasaan syukur di hamparan tanah subur
beserta kebajikan-kebajikan yang senantiasa bergerak
seperti deras sungai simongan di penghujan,
kami masih meyakini Sam Poo Tay Djien yang mulia itu,
persinggahan ini adalah langit yang juga kami tinggikan
demikianlah kami menghaturkan berkali-kali harapan”

[2] 
hujan seperti merayakan para peziarah yang sedang saling salam
sujud bersujud dalam sembahyangan King Sing,
lalu bersama gantungan lampion-lampion, orang-orang mengabarkan
bahwa malam akan bersegera tiba, hujan akan bersegera reda;
sebagian orang bersegera melepas kimono dan asesoris-asesoris
dari Cina, para tukang foto bersegera mencetak foto-foto mereka.

kitaku, kita paham bahwasanya di kota ini sajalah kita temukan
berbagai lambang dan cara untuk mengabarkan cinta dari seberang;
demikianlah, demikianlah, kita bersama-sama mengamini:
tanah ini, negeri yang selayaknya menjadi tempat orang-orang
memandang dan mengabadikan, lalu menyalakan sejarah
kamera-kamera mereka untuk belajar tak membenci
lembaran-lembaran klise perihal perbedaan
bahasa foto demi foto


2012-2013


0 pembaca kata berbicara:

Posting Komentar

silakan rawat benih ini