PERCAKAPAN ANTARA LAWRENCE DENGAN AMICHAI [1]

Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)

NASIHAT-NASIHAT BEN ONKRI

Bagian Satu: 15 Nukilan “A Way of Being Free” (Phoenix House, 1997)

SESEORANG TELAH MENGACAK-ACAK MAWAR-MAWAR INI

Terjemahan atas pembacaan cerpen Gabriel Garcia Marquez

CETAK ULANG: "PADA SUATU MATA KITA MENULIS CAHAYA"

Cetak ulang buku Sepilihan Sajak oleh penerbit Garudhawaca

WAWANCARA ORTOLANO DENGAN COELHO

Terjemahan atas pembacaan wawancara antara Glauco Ortolano dengan Paolo Coelho

6.30.2012

IA YANG BERJAGA DALAM KESENDIRIAN MANUSIA




ia yang berjaga dalam kesendirian manusia, ialah waktu
yang mengenakan berulang kali setiap kali ia panggil
dirinya sebagai sebuah tanda atas bagaimana kelahiran
akan menemui ketiadaan; bagi dirinya, sepanjang sejarah
hanyalah angin yang tak pernah memiliki bentuk

sebuah penantian mengharuskannya mengganti tubuh
demi tubuh; sebab tubuh itu hanya angka-angka
pada putaran-putaran jam. ia tetap berjaga dalam
kesendirian manusia, sambil sesekali merancang
bagaimana mengakhiri lelah itu. sekalipun manusia,
sekalipun lelah, sekalipun tubuh, sekalipun penantian;
bagi dirinya, sepanjang sekalipun, ketiadaan tetap saja
mengulum kesendirian, lalu saling masuk berkelebat
serupa angin dan angka yang jatuh tak sempurna



2012  

MINGGU INI BIRU YANG MENYEKA NAMA


kepada kekasih kami

kami bersumpah burung-burung bangkai
akan masuk-keluar dari benak mata kami
sebelum kami seka mata kalian;
sebab sekalian orang telah remuk redam 
terhadap kecemasan mereka sendiri, di pulau
yang mereka cintai--
kepada anak-anak, kepada cucu-cucu,
tiada awan kini. hanya biru seperti
samudera hindia dari kejauhan. dari kejauhan
pula, kami mulai mengerti pintu-pintu rumah
masih terbuka. anak-anak masih bermain
di gang-gang kampung, para pemuda
yang membuang kondom di sembarang
tempat. sekali lagi, kami mengenal ahad ini:
sebuah tempat untuk saling menertawakan;
dunia, ialah kekasih yang tak pernah mati
ialah samudera dan segala ombak yang
tersandera


2012

6.18.2012

HANA



ia simpan kesabaran itu

udara kota kini kian pengap,
katamu.

ia simpan kesabaran itu. sebuah kendi
dibopongnya, seperti menimbang angin
yang amat sunyi dan yang muncul
secara rahasia

hana: sebuah kesabaran adalah lengan
yang tak pernah lelah ditumpangi kendi
beserta segala udara pengap di dalamnya
    angin: demkian tempat ia menyimpan



2012

6.14.2012

SAJAK-SAJAK YANG MEMBAGIKAN DIRINYA DI KORAN CYBER

Berikut ini adalah judul-judul sajak saya yang membagikan dirinya di Koran Cyber:

DOA SEORANG WANITA MESIR YANG TAK IKUT KE JALAN
KELINDAN
HALUSINASI DI SUATU KESEMPATAN 
PENCITRAAN MATA TENTANG PSIKOLOGI KLINIS SUATU SIANG DI RUANG 101 
MALAM SKIZOFRENIA
EPITAF PERISTIWA
SINOM JALAN KECEMASAN
DIAGNOSIS KOTA FOBIA

Selengkapnya dapat dibaca di:
http://www.koran-cyber.com/index.php/seni-budaya/169-puisi-puisi-a-ganjar-sudibyo 

6.09.2012

MENGUPACARAKAN KECEMASAN




tinggi-tinggi langit itu tak pernah sesekali merendah;
kita seringkali suka panjang-panjang merentangkannya
pagi-pagi saat masih biru bugar. dari mata, kemudian kita
mempercakapkan apa yang acapkali tak dinamai
(maka bukan lantas mereka adalah sesuatu), tapi
sekali lagi mereka hanya dentur yang mencari-cari:
inikah ketiadaan yang tak berarti kekosongan (maka
kita kerap menyerah pada percaya saja, percaya saja)

berlama-lama orang memamerkan ini itu, berjam-jam
kita berdiskusi tentang berapa lama lagi kita mesti berkekasih,
kau selalu saja risau berapa menit lagi telpon gratis habis, aku
tetap saja risau bilamana bahasa yang kututurkan padamu
tak sampai membikin cinta kita kelak. berlama-lama orang
mengamini percintaan dengan udara yang pengap, berjam-jam
sesudah aku meramal kita, dan kau menganggap itu seperti udara
malam tadi sehabis hujan, tapi tetap saja aku bukan ahli nujum
karena masa depan tak melulu mudah jadi kentara di tangan manusia
(permainan, kataku...ah, tapi apalah); berlama-lama orang masuk
ke tempat-tempat ibadah supaya tak lagi ada resah, berjam-jam
yang akan datang, kita bersepakat bahwasanya kecemasan
akan senantiasa berkecamuk seperti halnya sewaktu kita
berjalan bersama untuk melampaui kebahagiaan yang cuma

jauh-jauh setelah semuanya kembali pada tempatnya,
segenap prasangka telah kita lalukan bersama orang-orang;
segenap hasrat kita kenakan jaket hitam, mengantre sebelum keluar
rumah, sekedar melupakan perasaan-perasaan yang tumbuh kambuh
tak karuan, memperingati keyakinan yang jujur dan konyol, sekedar
membikin cuaca jadi hangat di antara orang-orang yang lelah
berhati-hati tersebab kedinginan


2012

6.08.2012

SATU CENTIMETER


:gara-gara karlina...ahahahaa

berapa kali lagi aku menyebut peristiwa demi peristiwa
sebagai langkah-langkah kecil untuk kita rayakan;
sebab pada sebuah tempat yang tak begitu dapat kita
ukur adalah waktu bagaimana kita melupakan ukuran
mencintai dan dicintai. jendela kamar sudah kubuka
pagi-pagi sekali, kekasih, tapi kau tak lekas-lekasnya
mengecil menjelma langit merah muda yang selalu
kita rindukan;
maka, sudah sepantasnya kita senantiasa tak mengukur
apa-apa, dengan mistar sekalipun. demikian, kita tahu
satu demi satu, langkah ini seperti perlahan-lahan
menggarisbawahi  perasaan yang janggal
sebanyak satu centimeter dan berkali-kali


2012

TERJEMAHAN SEBUAH PUISI DARI SELECTED POEMS OF RAINER MARIA RILKE


Engkau kegelapan, bahwasanya Aku berasal
Aku mencintai engkau lebih dari segala api
bahwa batas di dunia,
untuk membuat api
sebuah lingkaran cahaya bagi semua orang
dan lantas tidak ada sesiapa di luar yang belajar dari engkau

tapi kegelapan menarik dalam segala hal:
segala bentuk dan api, hewan-hewan dan aku sendiri
betapa mudah mengumpulkan mereka! --
kekuasaan dan orang-orang

dan mungkin sebuah energi besar
sedang bergerak di dekatku

Aku yang memiliki keyakinan di waktu malam



[Terjemahan bebas oleh A.Ganjar Sudibyo
dari Selected Poems of Rainer Maria Rilke]

6.04.2012

TAHUN-TAHUN KESUNYIAN


--marquez

"hidup hanya menunda kekalahan" 
(chairil anwar)

aku membantumu, mengabarkan kata-kata yang dari jauh muasalnya
sekalipun demikian orang-orang memaknainya dekat; karena menulis puisi
ialah ketekunan yang barangkali menyusun kehidupannya sendiri, karena
kata-kata tak pernah bisa ditunda sebagai kepulangan atau kepergian;
ruang ini berisi sejumlah percintaan dan sejumlah penghiburan diri
seperti puisi yang tak selalu menampakkan kerumitan luka
melainkan mengeram kehadiran

aku membantumu, meruwat kata-kata dari bayanganku yang sebentar
hablur. mengepal erat-erat bahasa... o! bahasa yang takzim
ke mana kota-kota dalam kenang mesti dimukimkan dari jarak
dan ketiadaan yang memutih. kota-kota memang telah terlewatkan
beserta perasaan yang menekuri kemungkinan-kemungkinan musykil:
kita masih saja percaya kata-kata sekali lagi tak pernah bisa
menjadi gagal dan bisu. kata-kata ialah kota-kota, puisi
ialah degup kesunyian selama tahun-tahun mengizinkannya


2012

NARWASTU


--maria

(“...apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia.”)


yudas yang miskin,

di kaki yang mahaperkasa, ia candui puja-puji kerendahan kepalanya
ia rendamkan beberapa perumpamaan pohon ara pada buli-buli
sebelum pecah—yang bikin tumpah bibir hingga tak tahan getar;
di tangannya, ia hisap kesederhanaannya sebagai ibu. jari-jari
perempuan telah menjadikan kesetiaannya lebih tinggi dari
langit yang pernah dipandang oleh sesiapa. daripadanya zaman
yang tampak khianat dan tersesat beroleh petuah dari lamur minyak;
maka ia tak peduli berapa kali lagi ia amini peristiwa-peristiwa
atas suara-suara nubuat yang datang dari gurun jauh. maka hanyalah
kesaksian: penyertaan sampai akhir sebagai wangi yang tak tercium
dari kenang dari betapa licinnya kaki itu untuk diartikan menuju
pemahaman lain


2012

6.03.2012

CAHAYA YANG BERENANG DI VIA DOLOROSA


CAHAYA YANG BERENANG DI VIA DOLOROSA

(“bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa”)


1. sekepal cahaya yang sedang kita reka-reka selalu saja luruh
sebelum salah satu tangan dari kita membuka terlebih dahulu:
itu, cahaya yang bersitubuh dengan suara-suara risik di bawah
telinga kita, katamu. katamu sekali lagi, itu: kamu dan segenap lupa,
aku dan segenap kenangan. sekepal cahaya bersama kita
yang bertelanjang menjatuhkan diri pada trenyuh air: kataku,
permukaan ini tak seperti dalamnya airmata, udara tak begitu saja
mudah hanyut dibawa menuju yang terdalam. mungkin kita sama-sama
perlu belajar rela pada sebentuk air, sebentuk udara, tanpa mengabaikan
ada cahaya pun suara-suara yang membikin kita basah kembali

kekasih, selarut-larutnya hidup ini dalam kita, seribu kali keberuntungan
bukanlah takaran bahwasanya perjalanan mulai menemui kedewasaan;
sebab bagaimanapun juga, kita seia menancapkan segala yang lupa,
segala yang kenang sampai suatu saat tercipta cahaya pada kepal
tangan lain. bagaimanapun juga, kita tetap percaya gelombang-
gelombang yang memerkasakan air seperti halnya menamakan
kemasygulan pada setiap debar. setiap debar tempat sepasang
mata kita yang bertaruh-tukar tawar: “cahaya itukah atau air
yang tak lelah khusyuk melipur dirinya”

2. menelusuri kita, adalah sekerat ketekunanku menerima setiap
kejadian tanpa memberi kesimpulan-kesimpulan yang asin
seperti halnya perayaan orang-orang mengenai ketabahan. kita, kekasih,
ialah kelindan-kelindan yang menyempurnakan sajak-sajak pertemuan
seraya menunggu perpisahan dan kesementaraan bekerja untuk saling picing
saling masuk: memeluk kita, jadi putih getar, putih abadi, putih kekasih


2012