PERCAKAPAN ANTARA LAWRENCE DENGAN AMICHAI [1]

Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)

NASIHAT-NASIHAT BEN ONKRI

Bagian Satu: 15 Nukilan “A Way of Being Free” (Phoenix House, 1997)

SESEORANG TELAH MENGACAK-ACAK MAWAR-MAWAR INI

Terjemahan atas pembacaan cerpen Gabriel Garcia Marquez

CETAK ULANG: "PADA SUATU MATA KITA MENULIS CAHAYA"

Cetak ulang buku Sepilihan Sajak oleh penerbit Garudhawaca

WAWANCARA ORTOLANO DENGAN COELHO

Terjemahan atas pembacaan wawancara antara Glauco Ortolano dengan Paolo Coelho

4.30.2009

MANUSIA dalam API


CRAKKK !!!

terbenam kau oleh pejam

menyeruak tubuhmu


mengupas hingga kelopak mata jinggamu

memerah-jingga membungkus setelah


terbujur sekujur tubuhmu

hingar dalam pijar-pijar meluap

bersama reruntuhan geliat dingin kristal mimpi


dan...

muncul, tampak

menyala, tak redup dipagut kelam

deras bara berkobar di ujung ketiadaanmu


terbakar kau oleh lukamu

sampai ngilu malam terisak menangisimu

menyusupi degup waktu

dirimu, serupa kau dalam api



200904SMG

4.27.2009

Doa untuk Puisi



tuhanku, terimakasih engkau telah mengaruniakan kata untuk dijadikan cahaya di mata malam para pemahatnya. Berkatilah tebaran kata yang hinggap senantiasa menggores di setiap relung mereka, jagalah ia supaya tetap membara di atas belahan kanvas-kanvas reot ini. Utuslah malaikat-malaikat kecilmu supaya para pujangga tak terkulai lelah mencarinya di saat terdampar di lembah suram di mana kata takkan beriak dalam keheningan...



200904SMG

4.19.2009

Ytc. Puisi



Wahai puisi(ku) yang baik hati,

Bersendiriku. Biasa. Di lorong-lorong setiap malam. Menggantungkan hiasan katamu yang indah bila dipasang. Kadang, malamku kering. Seperti tersisih di padang bermandikan pasir. Menunggumu datang membawa pundi-pundi baru untukku. Mataku yang tak berani menyala lagi di tengah keredupan. Habis kataku.

Puisi(ku)...datanglah malam ini!!! Kutunggu. Biasa. Di sarang tubuhmu.....


pujangga yang menggigil malam ini

200904SMG

4.15.2009

Serpihan Bernas Kata Tadi Malam


Tadi malam kata berkerumun di wajahnya

Menanggalkan gaun-gaun lamanya

Mengenakan topeng-topeng di luas-sempit ruangnya

Hingga pergelaran malam diporakporandakannya



Ialah bernas surga bahasa

Merajalela dalam ilusi-ilusi romansa

Dan semut-semut kata berdansa

Dalam rupa larik-larik karsa



Mereka melepas petang, akhirnya

Bertengger kembali di habitatnya



2009/01/06/SMG

4.12.2009

RELUNG(MU)


Mataku menggumpal di deras cucuran darah

Menjadi malam-malam di deret penantian panjang

Melesap di lubuk-renta jiwa

Hingga luka meminta lelehan air matamu


Telingaku melayang mendekap tepian bibir

Merekat di dinding-dinding mulut

Tak sampai habis ditelan ludah

Tak sampai tenggelam di dasar laut dekilmu


Wajahku melukis-hias bersama tinta merah-jambu

Berontak mencerca topeng-topeng retak

Mengoyak di sudut kening

Lantas mengerak di kehening-teduhan bayang sinarmu





Otakku yang hampir meremuk-redamkan gulita

200904/SMG

4.05.2009

Ilustrasi penyair malam


Raga

Terbius

Irama sangkar

Bertubi

Berkelakar

Memintajawab

Mendung awan

Hanyut

Di kekeruhan malam

Sementara

Roh kata

Menghembus

Lewat

Jalan-jalan sunyi

Lenyap

Menggelap



200904SMG

4.03.2009

menjelang habis tinta, tinta habis


“kemesraan ini...

janganlah cepat berlalu....”

[Bang Iwan]


Kanvas I


air mata, mata air

milikku?

milikmu?

milik...????



Kanvas II

layang-layang kata

bertumbuhkembang manja

di deru embun-embun

berloncat-ria

di gegap gempita

turunnya surga kata, semu

melukis-hias batas-batas cakrawala

tapi tak seindah pesta kembang api

di kemeriah-riuhan album barumu

Kanvas III

berdiri tetap

matatinta menatap

sesaat

menodai

sang perawan kata

tak jemu bertukar mata


Kanvas IV

datang penjual

henti membual

mengganti kemelut mulut

menjadi romantika luka

melesap-dekap

menanti reruntuhan tinta



Kanvas V

duhai telingamalam,,,

siapkah engkau buka daun pintumu???

izinkan sajak berbaring




Kanvas VI

di serambi matamu,

senantiasa tergenang sayup-sayup larik

bergelantung di dahan telingamu

menggumpal bersama buliran embun darahmu

berdetak di degup relung



Kanvas VII

tersisa

hanya butiran

berselimut pasir...


Kanvas VIII

guratan

habis terlukis

mengias di paras kanvasmu

pena terkulai

lagi tak bertinta



Kanvas IX

menjelang habis,

tinta mencucurkan kata

di mata kanvas

tak berbekas



200904/SMG